Dalam ajaran Islam, kita diperintahkan oleh Baginda Nabi صلى الله عليه وسلم
untuk mencintai dan menghormati keturunannya (ahlu bait),
sebab selain mereka adalah keturunan Nabi صلى الله عليه وسلم, mereka juga memiliki
keistimewaan yang tidak dimiliki manusia secara umum. Berikut
hadis Nabi صلى الله عليه وسلم yang menjelaskan kemuliaan ahlu bait:

Nabi صلى الله عليه وسلم meninggalkan ahlu baitnya untuk dijadikan pegangan guna menghindari
kesesatan
, beliau bersabda:
تَركتُ فِيْكُمْ الثَّقَلَيْنِ، مَا إِنْ تَمَسَّكْتُم بِهِمَا، لَنْ تَضِلُّوا: كِتابَ اللهِ، وَعِتْرَتِي أَهْلَ بَيْتِي
“Aku tinggalkan pada kalian dua perkara penting yang kalian tidak akan tersesat
selamanya jika kalian berpegang teguh pada keduanya, yaitu; al-Quran dan
keturunanku.”
(HR. Muslim)

Mencintai ahlu bait Nabi صلى الله عليه وسلم menjadi tanda keimanan sesorang, dalam suatu
hadits beliau bersabda:
وَاَّلذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَ يُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُحِبًّنِي, وَلَ يُحِبُّنِي حَتَى يُحِبَّ ذُرِّيَتِي
“Demi Dzat yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, tidak beriman seorang
hamba hingga ia mencintaiku dan ia tidak mencintaiku hingga ia mencintai keturunanku.”

(HR. Abu Syaikh dari Sayidina Ali)

Terdapat ancaman keras terhadap orang yang membenci atau menyakiti mereka.
Dalam sebuah hadis, Nabi pernah bersabda:
فَلَوْاًنًّ رَجُلً صَفَنَ بَيْنَ الرُّكْنِ وَالْمَقَامِ فَصَلَّى وَصَامَ ثُمَّ لَقِيَ اللهَ وَهُوَمُبْغِضٌ لَِأهْلِ بَيْتِ مُحَمَّدٍ دَخَلَ النَّارَ
“Andaikan ada seorang laki-laki berada di antara rukun dan maqam Ibrahim, lalu
ia shalat dan puasa, kemudian ia bertemu Allah جل جلاله dalam keadaan membenci
keturunan Muhammad, maka ia akan masuk neraka”
(HR. Muslim)

Refrensi: Kitab Nûrul Abshâr fî Manâqîbi ‘Ali Baitin-Nabiyyil Mukhtâr,
Karya Syekh Mu’min bin Hasan.