
*Alwi Ahmad bin Syahab
Diceritakan bahwasanya Isham bin Yusuf datang ke majelis Hatim al-Asham. Saat itu Hatim al-Asham ingin menutup majelisnya, namun dia bertanya: “Wahai Aba Abdirrahman, bagaimana shalatmu?”
Maka Hatim menolehkan wajahnya kepada Isham, dan berkata: “Apabila waktu shalat datang, maka aku bersiap-siap untuk berwudhu dzahir dan batin, lalu mendirikan shalat.”
“Wudhu dzahir ialah membasuh anggota badan yang di wudhui dengan air. Adapun wudhu batin itu adalah membasuh dengan tujuh hal, yaitu: taubat, penyesalan, meninggalkan cinta dunia, pujian makhluk, jabatan, khianat, dan hasud. Kemudian aku pergi ke masjid, aku menegakkan anggota fisikku, maka aku melihat Kakbah di depanku.”
“Aku berdiri diantara kebutuhanku dan ketakutanku. Allah melihatku, surga di samping kananku, dan neraka di samping kiriku. Sementara itu malaikat maut di belakangku, dan seolah aku meletakkan telapak kakiku di atas Shirath. Dan aku menganggapnya sebagai shalat terakhir yang aku lakukan.”
“Kemudian aku berniat dan membaca takbir dengan baik, membaca Fatihah dengan penuh tafakur, melakukan ruku’ dengan tawadhu, sujud dengan doa yang sungguh-sungguh, tasyahud dengan penuh harap, salam dengan keikhlasan hati. Dan ini adalah shalatku selama tiga puluh tahun.”
Mendengar penjelasan panjang lebar itu, Isham bin Yusuf berkata: “Itu adalah aktivitas yang tidak mampu dilakukan siapapun, selain oleh engkau saja!”
Isham bin Yusuf pun menangis tersedu-sedu tiada henti.
Disadur dari kitab: An-Nawâdir, karya Imam al-Qulyubi, hal: 134.