
*Hilmi Ahmad Muzaini
Shalat Tahajud adalah ibadah sunah yang dianjurkan Allah, yang dilakukan pada malam hari. Umumnya shalat yang satu ini dilaksanakan di sepertiga malam. Dengan mendirikan Shalat Tahajud, umat muslim dapat meraih banyak manfaat. Termasuk salah satunya bisa mendekatkan diri dengan Allah.
Rakaat Shalat Tahajud pada dasarnya tidak ada batasan mengenai jumlahnya. Dan bila kondisi memungkinkan, cukup dengan Shalat Witir tiga rakaat atau satu rakaat sesudah Shalat Isya’. Jumlah rakaat yang dikerjaan oleh Rasulullah adalah 13 rakaat.
Shalat Tahajud memiliki beberapa keistimewaan, yaitu Allah akan mengabulkan semua permintaan hamba-Nya, apakah itu urusan dunia atau akhirat, dan semua itu terjadi pada setiap malam. Sebagaimana Rasulullah bersabda:
إِنَّ فِي اللَّيْلِ لَسَاعَةُ لَا يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللهَ خَيْرًا مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ، وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ
“Ada saatnya di malam hari, seorang hamba muslim tidak meminta kebaikan kepada Allah di dunia dan di akhirat, melainkan Dia akan mengabulkannya. Dan itu terjadi setiap malam.” (HR. Imam Muslim)
Di antara manfaat Shalat Tahajud ialah dapat mengangkat derajat seorang hamba di sisi tuhan-Nya, mudah mendapat pertolongan dari Allah dikala terjepit, membuat hati menjadi tenang, dan tentunya Shalat Tahajud menjadikan tubuh seseorang lebih sehat dan lebih bugar.
Keutamaan Shalat Tahajud itu lebih utama (afdhal) daripada shalat sunah lainnya, seperti yang telah disabdakan oleh Rasulullah:
أَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْمَكْتُوْبَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ
“Shalat (sunah) paling utama setelah Sunah Maktubah ialah shalat malam.” (HR. Imam Muslim)
Rasulullah juga pernah berkata:
عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ، فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِيْنَ قَبْلَكُمْ وَمُقَرَّبَةٌ لَكُمْ إِلَى رَبِّكُمْ وَمُكَفِّرَةٌ لِلسَّيِّئَاتِ وَمَنْهَاةٌ عَنِ الْإِثْمِ وَمُطْرِدَةٌ لِلدَّاءِ عَنِ الْجَسَدِ
“Hendaklah kamu salat malam, karena itu adalah aktivitas orang-orang shaleh sebelum kamu. Dan itu lebih mendekatkan kamu kepada Tuhanmu, menghapus segala keburukan, mencegah dosa, dan mengusir penyakit dari tubuh.” (HR. Imam Ahmad)
Salah satu keutamaan Shalat Tahajud juga, bisa mengangkat derajat seorang hamba di sisi Allah, sebagaimana termaktub dalam al-Quran:
وَمِنَ الَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِه نَافِلَةً لَّكَۖ عَسٰٓى اَنْ يَّبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُوْدًا
“Dan pada sebagian malam, lakukanlah Shalat Tahajud sebagai (suatu ibadah) tambahan bagimu. Semoga Tuhanmu mengangkat derajatmu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al-Isra’ [17]:79)
Rasulullah juga bersabda:
قِيَامُ اللَّيْلِ قُرْبَةٌ تُقَرِّبُكُمْ إِلَى رَبِّكُمْ وَخَصْلَةٌ تُكَفِّرُ سَيِّئَاتِكُمْ وَتَنْهَاكُمْ عَنِ الْمُحَرَّمَاتِ {إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ}
“Menghidupkan waktu malam (Shalat Tahajud) adalah sarana kalian untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, kesempatan untuk melebur dosa-dosa, dan melindungi kalian dari hal-hal yang dilarang. ‘Sesungguhnya shalat dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.’” (HR. Imam Manawi)
Alasan Rasulullah menganjurkan Shalat Tahajud, karena di waktu malam itulah rahmat Allah turun. Berkata Syaikh Ismail bin Ibrahim al-Jabarti:
جَمْعُ الْخَيْرِ كُلُّهُ فِي اللَّيْلِ
“Semua kebaikan itu turun pada malam hari.”
Rasulullah pernah bersabda:
يَنْزِلُ اللهُ كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا حِيْنَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْأَخِيْرِ، فَيَقُوْلُ: هَلْ مِنْ دَاعٍ فَأَسْتَجِيْبُ لَهُ؟ هَلْ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ فَأَغْفِرُ لَهُ؟ هَلْ مِنْ سَائِلٍ فَأُعْطِيْهِ؟ هَلْ مِنْ تَائِبٍ فَأَتُوْبُ عَلَيْهِ؟ حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ
“Setiap malam, Allah turun ke langit paling bawah ketika masih tersisa sepertiga malam. Dan Allah berkata: ‘Adakah orang yang menyeru kepadaku? Maka aku akan mengabulkannya. Apakah ada orang yang meminta ampunan? Maka aku akan mengampuninya. Apakah ada orang yang meminta hajat? Maka aku akan memberikan kepadanya. Apakah ada orang yang bertaubat? Maka aku bisa menerima taubatnya. Hingga menjelang fajar (subuh) tiba!” (HR. Imam Bukhari)
Dari itulah, Rasulullah menganjurkan Shalat Tahajud untuk umatnya. Para Salafunas-Shalihin bahkan merasakan ketenangan dalam tiap hati mereka, sebagaimana pernah dikatakan oleh Sayid Abdullah bin Abu Bakar al-Aydrus:
مَنْ أَرَادَ الصَّفَاءَ الرَّبَّانِيَّ فَعَلَيْهِ بِالْإِنْكِسَارِ فِيْ جَوْفِ اللَّيْلِ
“Siapapun yang menginginkan kejernihan hati, maka semestinya dia sering menangis di tengah malam.”
Dan bagi para kekasih Allah, mereka memiliki kedudukan yang tinggi sebab Qiyâmullail ini, dan ketenangan itu ditemukan pada hati mereka berupa kedekatan kepada Allah dan kelezatan berdua dengan Allah, sehingga sebagian dari mereka mengatakan: “Apabila penduduk surga merasakan apa yang seperti kita rasakan ini, sesungguhnya mereka berada dalam kehidupan yang indah.”
Dan yang lain berkata: “Mereka yang terbiasa hidup di malam hari dengan beribadah, kenikmatanya itu seperti orang yang berhura-hura dengan pestanya, bahkan lebih nikmat dari itu semua.”
Dan sebagian lagi berkata: “Selama 40 tahun, tidak ada sesuatu yang membuatku sangat bosan, melainkan terbit fajar (subuh). Lantaran kesempatan berdua bersama Allah telah hilang.”