Bagi sebagian penulis profesional, me-resensi buku kecil ini mungkin dianggap sebagai hal yang ‘sepele’. Namun bagi alfaqir buku ini sebenarnya sangat istimewa. Mengapa demikian? Karena ia ditulis oleh seorang ulama kaliber Internasional, al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz.

Pada 2013 silam, al-Habib Umar dinobatkan sebagai salah satu dari 50 tokoh paling berpengaruh dunia, versi The Muslim 500: The World’s 500 Most Influential Muslims, yang diterbitkan oleh Center for Muslim-Christian Understanding, Georgetown University (Amerika Serikat), dinahkodai oleh sarjana studi Islam ternama, John Esposito.

Lembaga riset independen lainnya, The Royal Islamic Strategic Studies Centre (RISSC) yang baru-baru ini merilis 500 Tokoh Muslim Berpengaruh Dunia 2024, bahkan menempatkan al-Habib Umar di posisi nomor ‘wahid’. Setelah sebelumnya ditempatkan di posisi ke-9 pada 2021, dan posisi ke-11 pada 2022 dan 2023.

Dengan kata lain, buku ini meskipun kecil akan tetapi memiliki nalar dan visi-misi yang amat besar. Seperti yang diketahui bersama, al-Habib Umar telah melahirkan puluhan atau ratusan buku dalam berbagai bidang dan disiplin ilmu. Namun masih berkenan menulis karya kecil seukuran buku saku, yang mungkin bagi sebagian orang hal ini terkesan ‘aneh’. Tetapi tidak jika Anda meneliti sejarah khazanah keilmuan Islam, tentu dengan segala perspektifnya yang kompleks.

Anda bisa temukan tokoh besar dan pakar filsafat, Imam al-Ghazali (w. 505 H) ternyata mengarang risalah kecil Ayyuhal-Walad; guru besar kenamaan negeri Bukhara, Imam az-Zarnuji (w. 840 H) menulis kitab tipis Ta’limul-Muta’allim;ulama populer kebangsaan Hadramaut, al-Habib Ahmad bin Zein al-Habsyi (w. 1144 H) melahirkan ar-Risâlah al-Jâmi’ah;mufti Mazhab Maliki kebanggaan Mesir, Sayid Ahmad al-Marzuqi (w. 1262 H) menciptakan teori Aqîdatul-Awwâm.

Kesemua karya tersebut sangat relevan dan isinya ‘full daging’, tak ada satupun paragaf yang ditulis sia-sia. Dan bisa jadi, ide besar ini yang menginspirasi al-Habib Umar menuliskan bukunya, adz-Dzakhârah al-Musyarrafah Fîmâ Yajibu ‘Alal-Muslim an-Ya’rifah.Jika alfaqirboleh berterus terang, inspirasi para ulama menulis karya-karya kecil nan tipis itu, insyaallah lebih disebabkan karena terfokus pada audien (mad’û) dari ‘objek ilmu’ yang disasar, agar bisa dikomsumsi semua umur. Bukan sekedar target ‘pangsa pasar’ terbuka, demi keuntungan komersial semata.

Analoginya begini, semisal Sayid Ahmad al-Marzuqi, penulis Aqidatul-Awwam. Kitab tipis ini sejatinya telah merangkum seluruh teori ‘akidah tauhid’ yang super sulit dipahami, hanya dengan 57 bait nadzam didalamnya. Bagi pakar kredibel sekalipun, pasti menyadari jika kajian keagamaan dan debat ketuhanan tidak akan pernah ada ujungnya, bahkan hingga hari kiamat kelak. Namun Sayid Ahmad mengupasnya secara komprehensif dalam buku tipisnya itu, tanpa perlu menulis kelanjutan Aqidatul-Awam edisi 2, edisi 3, dan seterusnya.

Tidak cukup sampai disitu saja. Sayid Ahmad al-Marzuqi memodifikasi esensi draft bukunya sedemikian rupa, agar mudah dipahami dan dihafal secara ‘santai’ oleh anak-anak TK sekalipun! Bisakah Anda bayangkan, betapa rumit dan begitu luas pengetahuan ilmu Sayid Ahmad al-Marzuqi. Sehingga mayoritas prinsip fundamental agama (ushûlud-dîn) dan teori ketuhanan (ilâhiyah) yang berbobot dengan mudah diakumulasi—alfaqirmenyebutnya ‘dikompres’—menjadi setipis 3 halaman saja, dengan pemilihan teks kalimat yang familiar pula. Jikapun kini ada orang mengaku bisa melakukan hal yang sama, maka sejatinya ia sedang ‘menjiplak’ dan tak akan jauh-jauh dari teori pemikiran Sayid Ahmad al-Marzuqi.

Kitab kecil yang amat pas di saku, namun dipenuhi bobot ilmu.

.

Judul: adz-Dzakhîrah al-Musyarrafah
Penulis: al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz
Dimensi: 12,5 cm × 17,6 cm (B6)
Tebal: 58 Halaman
Kurikulum: Marhalah Idad

Penerbit: Dar al-Segaf Publishing and Distribution

.

Pun pula demikian dengan Adz-Dzakhîrah al-Musyarrafah Fîmâ Yajibu ‘Alal-Muslim an-Ya’rifah. Ia merupakan buku saku yang amat komplit dan komprehensif, terkait dengan tema fiqh dan tata cara beribadah dalam Islam. Asy-Syaikh Umar bin Abubakar al-Khatib (anggota Majelis Fatwa Tarim, Hadramaut) berkomentar, jika buku ini memanglah kecil tetapi ia telah memuat psinsip-prinsip fundamental Islam dalam seluruh tema didalamnya.

Mencakup ‘trilogi’ prinsip Islam, iman, ihsan. Tata cara bersuci, praktik shalat, dzikir-dzikir, doa-doa sebelum, ketika dan pasca shalat. Aktivitas atau bacaan yang mesti dilakukan ketika dirumah, sedang perjalanan, saat di pasar, di masjid, dan lokasi lainnya. Kesemuanya amat relevan untuk generasi anak pemula, atau bagi muallaf yang belum familiar dengan pengetahuan Islam dasar.

Dan yang unik dari buku ini, meski ditulis dalam format kajian fiqh, tetapi ia juga mempresentasikan Sirah Nabawiyah meski secara singkat. Meliputi nasab Rasulullah (dari pihak ayah-ibu), istri-istrinya, putra-putrinya, tentang peperangannya, sisi kenabian, slide hijrah, hingga kewafatan Rasulullah. Rincian nama-nama malaikat, para nabi dan rasul, serta identitas masing-masing mereka. Dengan artian, segala hal tentang prinsip-prinsip fundamental agama Islam telah terakomodasi di buku kecil itu.

Pemilihan teks bahasanya pun amat sangat mudah, menyesuaikan prinsip pengajaran bagi audien level pemula yang ingin belajar Islam dari tingkat paling dasar. Dan jika Anda ingin menambah pengetahuan tentang postulat-postulat yang melatarbelakanginya, Anda bisa membaca satu-satunya buku komentar (syarh) atas karya kecil itu, al-Fawâid al-Muallafah Syarhu adz-Dzakhîrah al-Musyarrafah,yang ditulis oleh Sayid Alwi bin Abdullah bin Husein Alaydrus.Sebab hingga detik ini, belum ada satu pun ulama yang men-syarahiisi teks buku tulisan al-Habib Umar bin Hafidz tersebut.

Jika ada buku kecil ditulis oleh ulama besar, maka ia merupakan hasil dari pergumulan intelektual yang merupa sebagai hak kekayaan intelektual (HAKI) yang amat bernilai. Prinsipnya, kita menginginkan para ulama dan tokoh besar tidak hanya berkontribusi pada dunia akademisi, karya intelektual dan keilmuan level tinggi lainnya. Namun juga memiliki perhatian serius pada nasib keilmuan generasi muda dan para pemula, yang jumlah mereka tidak bisa dianggap sedikit jika kita akumulasi dari populasi muslim di negara-negara Islam atau bahkan di seluruh belahan dunia.

Dan kini tentunya, buku adz-Dzakhîrah al-Musyarrafah telah berhasil menginspirasi banyak intelek muslim, agar juga ikut andil meramaikan dunia ilmu pengetahuan Islam dari level terbawah. Seperti kerja kreatif yang dilakukan asy-Syaikh Umar bin Abubakar al-Khatib, melalui website dan channel Youtube Sanad Academy. Atau Anda bisa mengaji langsung dari penulisnya sendiri, dengan mengunjungi website dan channel Youtube resmi al-Habib Umar bin Hafidz, di alamat alhabibomar.com. Mengupas tuntas kandungan atas isi dari buku ini. []