
Alhamdulillâh was-Shalâtu was-Salâmu ‘Alâ Sayidinâ Rasulillâh Muhammad bin Abdillâh wa ‘Alâ Alihî wa Shahbihî wa Man Wâlah.
Masih di dalam keutamaan membaca al-Quran, di mana dikatakan: al-Quran itu merupakan lautan yang tiada bertepi. Artinya, lautan yang sangat luas. Apa yang ada di dalamnya. Dari al-Quran itu dikeluarkan mutiara-mutiara ilmu, pemahaman-pemahaman yang berharga, yang amat indah. Dari mana? Dari al-Quran sendiri.
Makanya Imam al-Haddad (w. 1132 H) didalam kasidah-nya, beliau mengatakan: “Ketahuilah, bahwa al-Quran itu merupakan lautan yang amat luas lagi dalam (bahrul–muhîth). Sedangkan ilmu yang lain—atau kitab-kitab yang lain—itu merupakan sungai-sungai yang mendapatkan aliran daripada al-Quran.”
Luar biasa orang yang memahami al-Quran. Tentu itu bermula dari kecintaan terhadap al-Quran, sehingga tidak bosan untuk membaca al-Quran, mempelajari makna daripada al-Quran. Semakin kita baca dan kita selami, semakin banyak arti dan rahasia yang kita dapatkan dari dalam al-Quran.
Siapa yang dibuka oleh Allah jalan untuk memahami dari kalangan kaum mukminin, maka dia akan terus dan dia tidak akan pernah bosan dengan al-Quran. Kalau Nabi Muhammad pernah mengatakan:
الْقُرْآنُ مَعَ عَلِيِّ، وَعَلِيٌّ مَعَ الْقُرْآنِ
“Al-Quran beserta Ali, dan Ali bersama al-Quran.” (HR. Imam Hakim)
Artinya, Sayidina Ali bin Abi Thalib (w. 40 H) selalu bersama al-Quran. Maka begitu pula orang-orang yang serupa dengan Sayidina Ali bin Abi Thalib, mereka yang tidak lepas dari al-Quran—baik didalam pembacaan, didalam wiridan, didalam hidupnya—mereka pasti memiliki pemahaman yang luar biasa.
Sampai-sampai al-Imam Umar Muhdhar (w. 833 H), salah seorang ulama yang ada di Hadramaut, beliau pernah mengatakan: “Seandainya saya membicarakan tentang Tafsir dan makna daripada ‘Mâ Nansakh Min Ayatin’, maka itu tidak cukup kitab beronta-onta—kalau sekarang satu truk kitab.”
Enggak cukup gitu, dari luas dan panjangnya ketika menerangkan tentang nusakh didalam ayat al-Quran.
Al-Habib Idrus bin Umar al-Habsyi (w. 1314 H), beliau pernah bilang: “Setiap aku membaca al-Quran dan memiliki pemahaman dalam satu ayat, kemudian aku ulangi lagi ayat tersebut, maka aku mendapati pemahaman lain yang berbeda.”
Artinya, ada ilmu baru yang didapatkan, tidak seperti yang pertama kali. Artinya bertambah, bertambah, bertambah, dan seterusnya.
Sampai al-Habib Zain bin Smith, beliau punya karangan tentang penafsiran al-Quran, Al-Fuyûdhatur-Rabbâniyah min Nafâisil-Alawiyah, kalau tidak salah nama kitabnya. Di situ adalah penafsiran dan pemahaman dari para ulama kalangan Ahlul Bait tentang al-Quran.
Makanya Sayidina Ali bin Abi Thalib pernah ditanya, “Wahai Ali, apakah engkau memiliki al-Quran yang berbeda dengan al-Quran yang ada pada kami saat ini?”
Sebab Nabi Muhammad pernah mengatakan tentang Sayidina Ali:
أَنَا مَدِيْنَةُ الْعِلْمِ وَعَلِيُّ بَابُهَا
Artinya, Sayidina Ali itu orang yang paling paham dan paling alim di kalangan para shahabat. Maka beliau menjawab: “Tidak! Yang membedakan hanya Allah memberikan kepadaku pemahaman tentang apa yang ada didalam al-Quran.”
Tentu ini sulit dicapai, kecuali orang yang mendapatkan futûh. Orang yang telah mendapat futûh akan didapati kalau dia mudâwamah (komitmen) dengan al-Quran, cinta terhadap al-Quran.
Itu orang dulu, para habaib dulu, kalau anaknya tidak sempat melihat al-Quran pada siang hari, dia mau tidur masih belum baca al-Quran juga, sudah mau tidur kadang sudah terlelap, itu dibangunin: “Ayo bangun, bangun. Lihat al-Quran dulu, pandang al-Quran.”
Agar dirinya tidak termasuk orang yang yang disebut dalam ayat,
وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْآَنَ مَهْجُورًا
“Berkatalah Rasul; ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan al-Quran ini mahjûra (diacuhkan).’” (QS. Al-Furqan [25]:30)
Paling jarang itu termasuk mahjûr, jika selama 3 hari tidak menyentuh al-Quran, tidak membaca al-Quran, berarti ia meninggalkan al-Quran. Makanya tidak layak untuk Thâlibul–Ilim jauh dari al-Quran. Baca aja sudah al-Quran.
***
Dan termasuk “Min Asbâbil-Futûh”, kita pengen pintar Bahasa Arab, pintar baca kitab, lancar baca kitab, itu di saat kita membaca al-Quran, sering baca al-Quran. Itu salah satu daripada sebab kita mendapatkan futûh dari Allah. Dan akan sempurna cahayanya, dan akan luas ilmunya. Siapa itu? Orang yang mendapatkan futûh dari al-Quran. Dan itu banyak sekali.
Pada hari ini, al-Habib Umar bin Hafidz kalau nerangin Tafsir al-Quran, beliau pegang al-Quran doang, atau cuman baca dengan hafalannya. Diterangkan satu atau dua ayat dalam satu majelis, diterangin dengan bermacam-macam aspek tinjauan.
Sebelumnya, masih di zaman ini juga, ada Syaikh Fadhil as-Samirai, dari “Samarra” salah satu wilayah yang ada di Irak. Beliau itu luar biasa membaca al-Quran, padahal membacanya atau merenunginya dari sisi bahasanya, karena beliau pakar dalam ilmu bahasa, ilmu Nahwu. Sampai ketika kita mendengarkannya, itu luar biasa.
Ada orang yang lebih cenderung menggunakan Tafsir Maudhu’i (tematis), jadi misalnya satu lafadz itu kan kadang bermakna macam-macam, misalnya “dzikir”.
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d [13]:28)
Apa maksud daripada “dzikir” di sini? Dzikir kadang kala bermakna “al-Quran”.
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr [15]:09)
وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَىٰ تَنفَعُ الْمُؤْمِنِينَ
“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Adz-Dzariyat [51]:55)
Disitu maknanya “’Ibar” (teladan). Beda makna.
Ada lagi “dzikir” maknanya,
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha [20]:124)
Itu jika digabungkan semua maknanya, kemudian menyesuaikan dengan topik yang akan dibicarakan, maka itu disebut dengan Tafsir Maudhu’i. Sebelum-sebelumnya enggak ada, itu Ulama Mutakhirin yang mendalami tentang Tafsir Maudhu’i. Itu kadang kala al-Quran ditafsiri dengan al-Quran, kadang ditafsirin al-Quran dengan hadis, dan lain sebagainya. Fahimtum?
Nah, orang yang suka dan dia menyelami al-Quran dengan benar-benar, maka nanti akan nampak didalam jiwa mereka memiliki “pemahaman”. Dan subhânallâh, kita ini akan tertegun kadang kala dengan kebesaran Allah, mukjizat al-Quran, ilmu itu akan gampang di saat Allah kasih pemahaman al-Quran dengan baik. Hingga akhirnya dia kalau sudah dibuka hatinya, cinta kepada al-Quran, menyelami makna dan rahasia al-Quran, dia tidak akan bosan untuk membacanya siang dan malam. Sebab dia telah menemukan tujuannya didalam al-Quran. Dan segala yang dia inginkan, pasti akan didapatkan didalam al-Quran. Dia beruntung dengan harapan-harapannya. Dan beginilah sifat seorang murid yang serius, yang sungguh-sungguh, yang benar-benar. Dia seperti itu, tidak bosan membaca al-Quran, Lailan wa Nahâran.
***
Syaikh Abu Madyan al-Maghrabi (w. 594 H), ini beliau guru daripada Imam Faqihil Muqadam (w. 653 H). Namanya Abu Madyan. Beliau itu termasuk ahli tasawuf, sufi yang sempurna. Mengirim Khirqah atau ijazah kepada Imam Faqihul Muqadam melalui pelantara, punya murid namanya asy-Syaikh Ali as-Shaleh. Beliau berkata kepada muridnya: “Tolong kamu pergi ke Hadramaut, sampaikan Khirqah ini kepada al-Faqihul Muqaddam, Muhammad bin Ali. Dia sedang belajar kepada seorang yang bernama Ali Ba Marwan.”
Akhirnya berangkat. “Tapi kamu kalau merasa akan meninggal, cari orang lain untuk bisa menyampaikan.” kata Syaikh Abu Madyan.
Dikasih Khirqah sebagai tanda ijazah. Berangkat itu pergi ke Makkah, dia dari Maroko. Di Makkah sudah merasa mau meninggal, akhirnya manggil seorang bernama Abdurrahman al-Maq’ad, muridnya. Maka disuruh pergi ke Kota Tarim dan disampaikan Khirqah dari Abu Madyan tadi. Akhirnya berangkat itu muridnya. Jadi melalui dua perantara.
Sampai di depan Faqihil Muqadam, yang saat itu sedang belajar kepada Syaikh Ali Ba Marwan. Akhirnya di-Tahkîm itu Faqihil Muqadam dan Libas Khirqah tersebut. Jadi di Talbîs, dipakaikan. Kemudian Abdurrahman al-Maq’ad pergi ke daerah Dau’an, di tempat namanya Qaidun. Beliau lalu membaiat, meng-ilbâs juga Syaikh Isa al-Amudi dan ada beberapa masyaikh yang beliau Ilbâs saat itu, untuk mendapatkan ijazah dalam ilmu tasawuf.
Kemudian jadilah Faqihil Muqadam. Jadi sanad dalam Ilmu Tasawuf Bani Alawi itu ada yang dari ayah ke anak, dan ada jalur dari guru. Guru tasawuf-nya Faqihil Muqaddam adalah Syaikh Abu Madyan al-Maghrabi. Beliau yang mengatakan:
لَا يَكُوْنُ الْمُرِيْدُ مُرِيْدًا حَتَّى يَجِدَ فِي الْقُرْآنِ كُلَّ مَا يُرِيْدُهُ
“Seorang tidak bisa dikatakan sebagai murid sejati, hingga dia menemukan didalam al-Quran segala yang dia inginkan.”
Kata Sayidina Ali bin Abi Thalib:
لَوْ ضَاعَ مِنِّيْ عِقَالَ بَعِيْرٍ، لَوَجَدْتُهُ وَسَطَ الْقُرْآنِ
Atau didalam riwayat yang lain: “Seandainya hilang jarum di tengah gelapnya malam, di padang pasir yang luas (shahrâ’), maka aku akan menemukannya di tengah-tengah al-Quran.”
Jadi didalam al-Quran ada cara untuk mendapatkan itu. Wallâhua’lam, apakah doa yang membuat barang itu ditemukan. Di antaranya, orang yang kehilangan barang, misalnya. Itu ada beberapa doa yang diambil dari al-Quran, di samping membaca Surah Fatihah kepada seorang ulama, juga di situ membaca ayat al-Quran (QS. Adh-Dhuha [93]:07).
وَوَجَدَكَ ضَالًّا فَهَدَىٰ
Sampai ayat itu, ia diam. Di ulang-ulangin, baru diteruskan lafal “fahadâ”. Diteruskan begitu. Itu cepat untuk ketemu. Itu salah satu doa untuk menemukan sesuatu yang hilang.
Namun lebih dari itu, bahwa didalam al-Quran ada beberapa teori dari segala hal yang dibutuhkan oleh umat manusia. Makanya pernah ketika al-Imam Jakfar ash-Shadiq (w. 148 H) ketika menerangkan tentang al-Quran,
مَّا فَرَّطْنَا فِى ٱلْكِتَٰبِ مِن شَىْءٍ
“(Kata Allah) Aku tidak melewati apapun didalam al-Quran (sedikitpun).” (QS. Al-An’am [06]:38)
Jadi segala sesuatu pasti ada didalam al-Quran. Apa yang ente tanyakan, akan ada dalam al-Quran jawabannya.
Beliau (Imam Jakfar) sedang ngajar begitu, tahu-tahu ada Yahudi lewat. Dia bilang: “Coba saya mau nanya. Ada enggak didalam al-Quran harga gandum hari ini berapa?”
Nanyanya harga gandum. Kata Imam Jakfar Shadiq: “Oh ada didalam al-Quran.”
“Mana ayatnya, yang menerangkan harga gandum hari ini?”
Beliau manggil satu muridnya, “Kamu fulan, pergi ke pasar. Tanyain berapa harga gandum hari ini.” katanya.
Ketawa si Yahudi: “Yah, kalau cuman kayak gitu semua orang bisa. Katanya ada dalam al-Quran. Mana buktinya?”
“Iya, ini adalah ajaran dan petunjuk al-Quran. Allah berfirman:
فَسْـَٔلُوٓا۟ أَهْلَ ٱلذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.” (QS. Al-Anbiya [21]:07)
Tanyalah orang yang tahu, yang ngerti, kalau kamu tidak tahu. “Kita di sini—para ulama, para santri—enggak ngurus pasar. Yang tahu harga-harga itu orang pasar, makanya kita mau nanya, ya sama orang pasar.” Baru dia (Yahudi) terperangah.
Nah, ini maksud daripada bahwa al-Quran tidak meninggalkan apapun di dunia ini, dalam wujud ini, bahkan semua al-Quran berbicara. Ada di situ, jawaban-jawaban al-Quran. Fahimtum?
Makanya seorang murid sejati akan mendapatkan segala yang diinginkan, yang dicarinya ada di tengah-tengah al-Quran.
***
Kemudian kita dianjurkan untuk membaca beberapa surah dan ayat, yang di situ ada anjuran didalam hadis untuk membacanya di beberapa waktu. Misalnya, di antaranya membaca “Alif Lâm Mîm Sajadah” tiap malam. Surah Tabârak, Surah Wâqi’ah, ini surah-surah yang mesti kita baca, jangan ditinggalkan membaca Alif Lâm Mîm Sajdah dan Tabârak. Orang yang membaca Surah Tabârak tiap malam, maka dia akan selamat dari siksa kubur. Orang yang membaca Surah Waqi’ah tiap malam—kita membacanya tiap sore, sebagai ganti dari malam—maka akan dihidupkan dalam keadaan kaya oleh Allah. Itu Surah al-Waqi’ah.
Pernah Sayidina Abdullah bin Mas’ud (w. 32 H) sakit parah, di zaman Sayidina Utsman bin Affan (w. 35 H) menjadi khalifah. Maka datanglah Sayidina Utsman menjenguknya dan melihat Abdullah bin Mas’ud, beliau ini orang penting dalam Islam, banyak jasanya, orang alim. Kata Sayidina Utsman: “Kamu ini udah payah sekarang, mungkin kamu ada yang diinginkan? Ada kebutuhan atau apa?”
Beliau jawab: “Enggak. Oh iya ada,” katanya.
“Maghfirah, pengampunan Allah!”
“Waduh, kalau ini urusan Allah, saya enggak bisa.” kata Sayidina Utsman.
“Kalau selain itu aku enggak butuh apa-apa. Aku hanya butuh maghfirah dari Allah.”
Kata Sayidina Utsman: “Enggak. Maksud saya mungkin kamu butuh harta atau apa?”
“Enggak.” jawab Ibnu Mas’ud.
“Bukan untukmu, tetapi untuk anak-anakmu. Engkau ini hidup sederhana. Nanti keturunanmu, anak-anakmu kan butuh. Biar tidak engkau tinggalkan dalam keadaan miskin, lalu menjadi beban kepada orang lain.”
Apa kata beliau? “Enggak. Aku enggak takut mereka miskin, karena mereka pasti kaya. Sebab aku telah mengajarkan kepada mereka “Surah al-Waqi’ah”, Nabi pernah mengatakan: ‘Siapa membaca Surat al-Waqiah tiap malam, maka dia tidak akan tertimpa kemiskinan.’” (HR. Imam ad-Dailami)
Beruntung kita yang di zaman sekarang ini, perlu menggunakan sebab-sebab batin, seperti doa, atau membaca ayat-ayat ini. Agar kita tidak dijadikan orang miskin oleh Allah. Sebab di akhir zaman, miskin itu bahaya. Makanya Nabi pernah mengatakan:
كَادَ الْفَقْرُ أَنْ يَكُوْنَ كُفْرًا
“Kemiskinan itu hampir-hampir membuat seseorang kufur.” (HR. Imam Abu Nu’aim)
Al-Imam Abdullah bin Alawi al-Haddad (w. 1132 H) juga pernah mengatakan:
لَا يَصْلُحُ الْفَقْرُ لِأَهْلِ الْبَيْتِ فِيْ هَذَا الزَّمَانِ
“Tidak layak kemiskinan itu bagi Ahlu Bait di zaman sekarang.”
Sebab akan merusak, jadi orang-orang yang macam-macam nantinya. Makanya kita minta kepada Allah, agar diberi kecukupan. Meskipun bukan jadi orang kaya, paling tidak diberikan kecukupan oleh Allah, tidak menjadi beban atas orang lain. Nah, di antara kuncinya adalah membaca Surah al-Waqi’ah. Jangan ditinggal Surah al-Waqi’ah, meskipun sudah berhenti mondok nanti, biar tidak jadi orang kere.
Akhir daripada Surah al-Baqarah dapat mengusir Jin, tempat yang suka banyak jinnya, orang masuk kesurupan, orang tidur di situ mimpi Genderuwo, misalnya. Bacain akhir Surah al-Baqarah, maka yang datang malaikat.
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ ۚ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
Dan juga Surah ad-Dukhan pada malam Senin dan malam Jumat; Surah al-Kahfi pada hari Jumat dan malam Jumat. Kalau bisa baca Surah al-Munjiyat. Al-Munjiyat itu Surah Yasin, kemudian Surah Tabarak, kemudian Surah Waqi’ah, kemudian Surah Dukhan, kemudian Surah al-Buruj. Itu disebut dengan al-Munjiyat as-Sab’ah. Maknanya “Munjiyât” itu penyelamat. Orang membaca itu akan selamat dari segala hal yang tidak diinginkan.
Akhir daripada Surah al-Hasyr, Surah al-Ikhlas, Surah al-Falaq dan Surah an-Nas (mu’awidzatain), tiga kali, tiga kali. Wirdul-Lathîf yang kita baca, pagi dan sore. Ketika mau tidur juga baca itu.
Ini anjuran ayat-ayat yang mesti dibaca oleh seorang mukmin, apalagi santri harus tahu, paling tidak kita amalkan meskipun sekali. Jangan sampai ada amalan yang utama, terus kita sama sekali enggak ngamalin, itu merupakan satu aib yang tidak dibenarkan.
Maka mudah-mudahan Allah berkahi kita semua, Allah jadikan kita orang mendapatkan futûh dengan sebagaimana futûhal–Arifîn, orang-orang Arifin atau para Auliya’ Allah, istikamah di jalan yang benar ini, di jalan yang mulia ini.
‘Alâ Hadzihin-Niyah wa Kulli Niyatin Shâlihah, wa Ilâ Hadratin-Nabi Muhammadin Shallâllahu Alihî wa Sallam, Alfâtihah…
MATERI: RISÂLATUL-MU’ÂWANAH WAL-MUDZÂHARAH WAL-MUÂZARAH
KARYA: AL-IMAM ABDULLAH BIN ALWI AL-HADDAD
________________________________________________________________________________________
full video: https://www.youtube.com/watch?v=Maz1men9tq8
Kajian lainnya bisa disaksikan di laman youtube: PONDOK PESANTREN AL-GHANNA https://www.youtube.com/@pondokpesantrenal-ghanna