لَعَمْرُكَ إِنَّهُمْ لَفِي سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُونَ

Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing didalam mabuk (kesesatan).” (QS. Al-Hijr [15]:72)

Ini pasal yang keempat dari kitab asy-Syifâ’, dalam menerangkan bab “sumpah Allah”. Allah bersumpah dengan ‏keagungan dan kedudukan Nabi Muhammad. “Demi umurmu—umur Nabi Muhammad—Allah mengatakan, mereka itu orang-orang kafir, berada dalam suasana mabuk.

‏Para ahli tafsir sepakat bahwasanya firman Allah yang berbunyi La ‘Umruka” (demi umurmu), itu merupakan sumpah Allah dengan umur Nabi Muhammad. Yaitu masa hidup Rasulullah, dari sejak beliau lahir sampai wafat. Allah bersumpah atas ‏namanya.

Jadi semua apa yang dilakukan oleh Rasulullah itu merupakan sesuatu yang agung, waktu yang beliau lewati, masa-masa hidup beliau, mulai dari beliau dilahirkan. Dilahirkan saja sudah banyak hal-hal ‏istimewa, banyak peristiwa peristiwa yang agung. Masa anak-anak beliau masih kecil, sudah bermain dengan rembulan dan bintang. Masa remaja begitu pula, ketika dewasa sampai turun wahyu, sampai wafat Nabi Muhammad selalu istimewa.

Kalimat “al-‘Umru” dibaca dhammah, tetapi pada ayat itu “La‘Amruka” dibaca fathah, padahal semestinya dibaca dhammah, La‘Umruka”. Tapi disini La‘Amruka”. Kenapa? Karena banyak orang yang menggunakan lafadz ini dengan ’Amruka, maknanya “Demi keberadaanmu, ya Muhammad.”

Dan semua ini merupakan puncak daripada pengagungan dari Allah, dan puncak daripada kebaikan Allah. Kata Sayidina Abdullah bin Abbas: “Tidaklah Allah menciptakan, tidaklah Allah mengagungkan, dan tidaklah Allah membikin jiwa yang lebih agung, yang lebih mulia dibandingkan Nabi Muhammad. Aku belum pernah mendengar Allah bersumpah dengan kehidupan seseorang, dengan masa hidup seseorang selain Nabi Muhammad.”

Itu ucapan siapa? Ucapan Sayidina Abdullah bin Abbas, dari istimewanya Rasulullah disisi Allah. Abu al-Jauza’ berkata: “Tidaklah Allah bersumpah atas kehidupan seseorang selain Nabi Muhammad, sebab beliau makhluk yang paling mulia disisi-Nya. Saat Allah mengatakan didalam al-Quran,

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujurat [49]:13)

Yang paling mulia di sisi allah diantara kalian adalah yang paling bertaqwa. Siapa yang paling mulia di muka bumi ini, dalam sepanjang sejarah umat manusia? Ya Nabi Muhammad. Gimana nabi tidak bertaqwa, beliau mencapai makam yang disebut dengan ’Ainul-Yan,Haqqul-Yan. Surga dan neraka itu bukan hanya sekedar dilihat, tetapi juga dirasakan beliau. Dalam sebuah riwayat pernah Rasulullah itu shalat, lalu maju ke depan sampai mau menyentuh tembok yang ‏ada di depannya, habis itu ke belakang. Shahabat bertanya setelah shalat: “Ya Rasulullah, tidak biasanya engkau begitu. Maju kedepan, habis itu mundur.”

Sampai mendekati shaf pertama mundurnya itu. Kata Rasulullah: “Ketika tadi aku shalat, itu surga diperlihatkan kepadaku. Hingga aku ingin mendekat, hampir aku itu mengambil sekuntum anggur. Makanya aku maju ke depan lebih dekat, karena aku mau mengambil buah anggur.”

Makanya para shahabat Rasulullah tidak ada yang betah tinggal di dunia, dari nikmatnya buah di surga. Beliau tinggal mengambil bisa. Gimana tidak mau bertakwa kepada Allah!? Makanya pribadi beliau menjadi Akramul-Khalqi‘Alallâh. Rasulullah pernah mengatakan:

إِنِّي لأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ

“Aku adalah orang yang paling takut kepada Allah dan yang paling bertakwa kepada Allah.” (HR. Imam Bukhari)

***

Para ahli tafsir berbeda pendapat dalam makna atau mengartikan Yasin”. Abu Muhammad mengatakan, bahwa ayat Surah Yasin adalah Makkiyah, artinya diturunkan sebelum hijrah, maka disebut dengan Surah Makkiyah.

لِيْ عِنْدَ رَبِّيْ عَشْرَةُ أَسْمَاءٍ، فَذَكَرَ أَنَّ مِنْهَا طَهَ وَيَسٍ إِسْمَانِ لَهُ

Oleh Imam Abu Muhammad dikatakan, bahwasannya Nabi pernah bersabda: “Aku (Allah) memiliki sepuluh nama, kemudian disebutkan beberapa nama, di antara nama Nabi Muhammad itu Thâha dan Yâsin.” (HR. Imam Malik)

Ketika Allah mengatakan “Thaha”, dalam riwayat yang lain mengatakan “Dha’ rijlaka, ya Muhammad”(Letakkanlah kakimu dibawah, wahai Muhammad).Kenapa? Sebab saat itu Rasulullah membaca al-Quran sambil mengangkat satu kakinya. Artinya satu kaki beliau berdiri, sedangkan Rasulullah menikmati pembacaan al-Quran, sehingga hal itu membuat tersiksa tentunya. Maka sambil bermunajat kepada Allah:

طَهَ * مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَى

Al-Quran diturunkan bukan untuk mencelakakanmu, tapi sebaliknya al-Quran diturunkan untuk membahagiakanmu. (QS. Thaha [20]:1-2)

“Jangan menyiksa diri begitu!” Dari khusyuknya Nabi Muhammad, sampai digituin oleh Allah.

Di antara nama Rasulullah, sebagian ulama seperti Imam Suyuti dan yang lainnya menulis tentang Asmâun-Nabi, nama-nama Nabi Muhammad. Nabi Muhammad itu sampai dua ribu nama. Imam an-Nabhani dalam kitab Wasâilul-Wusl ilâSyamâilir-Rasûl, mengutip kalamnya Imam al-Qasthalani dalam kitab al-Mawâhib al-Laddunniyah. Bagaimana bahwa sebagian ulama mengatakan, saat Allah memiliki seribu nama, maka Nabi Muhammad juga memiliki seribu nama.

كَثْرَةُ الْأَسْمَاءِ يَدُلُّ عَلَى قَدْرِ الْمُسَمَّى

“Banyaknya nama itu menunjukkan akan keutamaan yang diberi nama.”

Rasulullah menyebut didalam beberapa hadis, seperti:

وَأَنَا الْمَاحِيّ الَّذِيْ يَمْحُو اللهُ بِيَ الْكُفْرَ، وَأَنَا الْحَاشِرُ الَّذِيْ يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمِيْ، وَأَنَا الْعَاقِبُ الَّذِيْ لَيْسَ بَعْدَهُ نَبِيٌّ

“Aku adalah al-Mâhi, yang Allah hapus kekufuran sebab aku. Aku adalah al-Hâsyir, yang setelah hari kebangkitan manusia akan berkumpul di padang mahsyar kepadaku. Aku adalah al-Aqib, yang tidak ada nabi lagi setelahku.” (HR. Imam Muslim)

Dalam al-Quran kita temukan, Allah memanggil nama Nabi Muhammad: an-Nabi, Ya Ayyuhan-Nabi; ar-Rasul, Ya Ayyuhar-Rasul, Ya Ayyuhal-Muzzammil, Ya Ayyuhal-Mudatsir. Itu semua nama-nama Nabi Muhammad. Di antaranya lagi adalah Thâha, di antaranya lagi adalah sîn.

Diriwayatkan dari Abdurrahman as-Sulami, dari Imam Jakfar ash-Shadiq, di saat Allah mengatakan “sîn”, maksudnya YaSayyid, wahai pemimpin, wahai orang yang mulia. Memanggil Rasulullah dengan kata-kata “Ya Sayyid”, itu menurut Imam Jakfar ash-Shadiq. Kemudian kata Sayidina Ibnu Abbas, maksud kata disitu adalah Nabi Muhammad. Yâsîn itu juga termasuk nama daripada nama Allah.

Di riwayatkan oleh Ibnil-Hanafiyah—bernama Muhammad Hanafiyah, anak daripada Sayidina Ali bin Abi Thalib dari ibu selain Sayidah Fatimah. Ibunya Khaulah bintu Jakfar al-Hanafiyah, makanya dinisbatkan kepada ibunya. Saudara daripada Sayidina Hasan dan Sayidina Husein. Lahir di masa khilafah Sayidina Abu Bakar, tidak menututi Nabi Muhammad. Sebab Sayidina Ali tidak pernah kawin semasa hidup Sayidah Fatimah. Saat Sayidina Ali itu pengen kawin lagi, pengen kawinnya malah sama anaknya Abu Jahal atau Abu Lahab. Dan desas-desus itu kedengeran Nabi Muhammad, maka nabi berpidato:

لَا تَجْتَمِعُ بِنْتُ رَسُوْلِ اللهِ مَعَ بِنْتِ عَدُوِّ اللهِ عِنْدَ رَجُلٍ وَاحِدٍ أَبَدًا

“Tidak mungkin putri seorang kekasih Allah akan berkumpul dengan putri musuh Allah.”

Sampai akhirnya Rasulullah wafat, ketika Sayidah Fatimah wafat bulan berikutnya, baru Sayidina Ali kawin dan memiliki beberapa budak (riyah). Di antaranya Sayidah Khaulah ini, dalam perang Yamamah. Perang Yamamah ini adalah perang di masa Musailamah al-Kadzab, di masa Sayidina Abu Bakar ash-Shiddiq. Ibnu al-Hanafiyah ini orang alim, termasuk generasi Tabiin, beliau mengatakan tentang “Yâsîn, itu maksudnya “Yâ Muhammad”,wahai Nabi Muhammad.

Menurut Ka’ab al-Akhbar. Ka’ab ini sempat mengikuti masa hidup Nabi Muhammad, dia itu seorang Yahudi dan banyak meriwayatkan dari kitab-kitab Taurat. Hanya saja dia di masa Rasulullah tidak masuk Islam, baru ketika Rasulullah wafat dia masuk Islam. Makanya ulama bingung memasukkan dia, masuk shahabat atau tabiin?

Karena definisi seorang “shahabat” adalah seseorang yang berjumpa Nabi Muhammad dan beriman kepada Nabi Muhammad, serta meninggal dalam keadaan beriman. Sedangkan dia (Ka’ab) berjumpa dengan Nabi Muhammad masih belum beriman, yang jelas beliau adalah tabiin.

Mengatakan bahwa “sîn” itu sumpah Allah, sebelum Allah menciptakan langit dan bumi, sejarak dua ribu tahun. Jadi Allah memanggil Nabi Muhammad dua ribu tahun sebelum terciptanya langit dan bumi, dengan panggilan “sîn” dan bersumpah atas nabi. Jadi mengatakan seperti itu. “Wahai Muhammad, kamu ini termasuk seorang utusan, bahkan sebelum diciptakannya makhluk.”

يس * وَالْقُرْآنِ الْحَكِيمِ * إِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ * عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

“Yasin. Demi Al Quran yang penuh hikmah. Sungguh, engkau (Muhammad) adalah salah seorang dari rasul-rasul. (Yang berada) di atas jalan yang lurus.” (QS. Yasin [36]:1-3)

Engkau termasuk utusan yang berada di jalan yang lurus. Jadi tidak mungkin mencang-mencong, senantiasa lurus didalam hidupnya.

Wallâhu A’lam bish-Shawâb…

MATERI: ASY-SYIFÂ BI TA’RÎFI HUQÛQIL-MUSHTHAFÂ

KARYA: AL-QADHI ABUL FADHL ‘IYADH BIN MUSA AL-YAHSHUBI

______________________________________________________________________________________

sumber: https://www.youtube.com/@pondokpesantrenal-ghanna
full video : https://www.youtube.com/watch?v=A47p5g2OYPA