Alhamdulillah Wassalatu Wassalam ‘ala Sayyidina Rasulillah Muhammad Bin Abdillah Wa ‘ala Alihi Wasahbihi Wa Man Walah

Di antara cerita-cerita orang-orang yang mendapatkan pertolongan dari Allah dalam menuntut ilmu, adalah cerita yang disandarkan al-Imam as-Subki kepada Abil Abbas al-Bakri, salah satu daripada putra ash-Shiddiq al-Akbar Muhammad bin Jarir ath-Thabari—Ini ulama ahli tafsir, ahli sejarah dikenal dengan Imam Thabari, hidup pada Abad ke-III atau ke-IV Hijriyah—dan Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah dan Muhammad bin Nasr al-Marwazi dan Muhammad bin Harun ar-Ruyani—ini seorang ulama dalam Mazhab Imam Hanafi, terkenal dengan istilah Imam ar-Ruyani, termasuk mujtahid madzhab.

Mereka itu empat orang berkumpul di Mesir belajar sama-sama. Habis bekal mereka dan tidak ada yang tersisa dari yang mereka miliki untuk sekedar makan sehari-hari, mereka hanya bisa memegang perut dan badan mereka karena sangat laparnya, dan rasa lapar itu mempengaruhi diri mereka. Pada suatu malam mereka berkumpul di tempat mereka biasa berkumpul di situ dan tinggal di situ.

Akhirnya karena sudah kelaparan, mereka bersepakat untuk mengundi di antara mereka, barang siapa yang keluar nanti undiannya keluar, maka dia harus minta-minta keluar. Dia yang berkewajiban bertugas nyari makanan, minta-minta untuk teman-temannya itu. Ternyata Ibnu Khuzaimah itu yang keluar namanya, dan beliau berkata kepada teman-temannya: “Tunggu diriku, beri saya kesempatan sebentar, sehingga saya wudhu dan shalat.”

Beliau pun shalat, malam-malam ini. Tahu-tahu mereka melihat cahaya lilin, di situ ada pegawai dari Walikota Mesir mengetuk pintu, turun dari kudanya dan berkata: “Adakah di antara kalian yang bernama Muhammad bin Nashr (Imam al-Marwazi)?”

Maka mereka menjawab: “Ini dia orangnya.”

Kemudian dia mengeluarkan kantong, ternyata di dalamnya ada 50 Dinar di kasih kepada al-Marwazi. Kemudian dia memberi pada masing-masing mereka seperti memberi yang pertama, artinya masing-masing dikasih 50 Dinar. Terkumpul berapa Dinar? 200 Dinar! Empat orang dikali lima puluh.

Kemudian dia bilang kepada mereka: “Kemarin walikota itu akan tidur qailulah (tidur sebentar pada siang hari), tahu-tahu dia tertidur dan melihat dalam mimpinya itu ada sebuah khayalan dan berkata kepadanya: ‘Sesungguhnya para Muhammad ini—Muhammad bin Khuzaimah, Muhammad bin Nashr, Muhammad bin Harun ar-Ruyani, dan Muhammad bin Jarir ath-Thabari—Muhammad yang empat ini mereka memegang perut dan badan mereka karena kelaparan. Maka habiskan pundi-pundi ini dan bagikan kepada mereka!’ Maka saya bagikan kepada kalian (para Muhammad). Dan saya bersumpah, bilamana habis bekal ini, lapor kepada saya dan akan saya utus orang biar diganti.”

Artinya pertolongan dari Allah kepada orang yang serius dalam menuntut ilmu, di mana orang-orang ini memang dipersiapkan oleh Allah untuk menjadi manusia yang bermanfaat di masa depan, manfaat yang berharga.

Dan kemiskinan tidaklah menjadi penghalang bagi mereka, kemiskinan tidak akan menjadi penghalang untuk menuntut ilmu, kecuali bagi mereka yang memiliki jiwa yang lemah, mereka tidak bisa konsisten dengan cobaan-cobaan yang menimpa mereka, tidak bisa kuat untuk menahan cobaan.

Syaikh Muhammad Awwamah

Hendaknya penghalang atau hal-hal datang yang menjadi penghalang ini, semestinya hal yang perlu diingatkan oleh para guru, di ingiatkan terhadap murid-murid mereka, agar jangan sampai menjadi sosok yang semacam ini. Sehingga bilamana misalnya dia memang benar-benar mendapatkan cobaan semacam itu, ia akan bersabar. Dan dia harus sadar bahwa cobaan itu hanyalah beberapa hari, mentok-mentok menderita itu paling setahun, itu pun enggak mungkin manusia dapat lapar, enggak makan sampai 3 hari. Enggak mungkin! Pasti ada jalan dan akan lewat.

Kita sudah memiliki contoh bagi para mubtadi ini, ada para salaf yang saleh contoh pendahulu yang mendapatkan hal yang sama tapi mereka bersabar. Di coba sabar, akhirnya mereka berhasil dan sukses. Maka amat beruntung orang-orang yang bersabar. Fahimtum?

Imam Ibrahim al-Laqqani pernah mengatakan: “Barang siapa yang menuntut ilmu dengan tujuan hanya karena Allah, maka akan Allah berikan untuknya apa-apa yang mencukupinya.”

Ga perlu takut, penuntut ilmu tidak perlu takut, asalkan dia memang betul-betul menuntut ilmu, maka akan dikasih kebutuhan-butuhan yang kita butuhkan.

“Saya ingin berkata pada saudara-saudara pembaca kitab ini, setelah mendengarkan dan membaca cerita itu, renungilah benar-benar renungi! Apakah cerita-cerita ini—ceritanya banyak, bukan ini saja—memang nyata atau itu hanya ilusi dari khayalan-khayalan? Atau orang yang lagi halu begitu cerita tadi itu, apa memang benar-benar nyata? Ini kenyataan, memang benar terjadi. Bahwa Allah akan membantu mereka orang-orang yang menuntut ilmu. Itu adalah cerita-cerita manusia yang dipilih oleh Allah, untuk menjaga agamanya!”

Nabi Muhammad adalah kekasih pilihan Allah, manusia yang paling disayang oleh Allah. Namun begitu, apa yang didapati, apakah Allah tidak tahu terhadap cobaan yang menimpa kepada Nabi Muhammad? Ceritanya banyak sekali, bagaimana cobaan yang dialami oleh beliau. Pernah 1 bulan penuh, kata Rasulullah: “Saya dan Bilal tidak ada makanan yang bisa saya makan, kecuali hal-hal untuk nyambung perut Bilal.” Katanya.

Satu bulan penuh, karena di boykot oleh orang-orang Quraisy, tidak boleh berjual beli, enggak boleh ini itu, selama 30 hari. Itu Nabi mengalami hal-hal yang seperti itu, sebab Allah persiapkan. Jadi mentalitas itu harus besar. Nabi dari kecil yatim, gede dikit di suruh gembala kambing, umur belasan tahun harus banting tulang pergi ke Syam ikut dagang. Miskin makan sulit. Itu yang Allah persiapkan, yang alam semesta ini tercipta gara-gara diri beliau.

Begitu pula kita, bukan ujian-ujian di dalam kertas doang yang ujian, itu mah remeh. Yang itu saja enggak lulus, itu saja sulit, suruh ngafal doang, kan memang kita ini kerjanya ngafal, memang di suruh nyangkul? Kerjanya memang ngafal, kerjanya memang memahami, kerjanya penuntut ilmu, ya itu profesi kita ya itu, konsentrasi kita di situ. Enggak ada yang disuruh macam-macam.

Jadi contoh orang-orang yang sukses adalah mereka yang sukses hari ini, berusaha untuk menaklukkan segala rintangan yang dapat merusak konsentrasinya. Ini setan yang semacam ini, enggak sanggup menyentuh ini. Enggak ada itu Ibnu Khuzaimah, Ibnu Marwazi berpikir tentang cewe, enggak ada otaknya berpikir tentang main game, majlas enggak ada itu. Semuanya tahshîl, semuanya pengen mendapatkan faedah.

Itu merupakan cerita-cerita manusia yang Allah pilih untuk menjaga agamanya dan pembawa syariat. Mereka sampaikan nama Allah sampai kepada kita, sehingga kita mengenal ilmu, melalui mereka. Allah tegakkan dan Allah bela mereka dengan agamanya. Maka kewajiban kita harus mengerti, kita harus menyadari, merenungi akan hubungan yang erat antara mereka dan janji Allah yang akan menjaga agamanya. Allah akan menjaga agamanya, melalui siapa saja. Allah berfirman :

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا ٱلذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

Akulah yang menurunkan adz-dzikr—ini secara khusus maknanya adalahal-Quran,tapisecara umum adalah ajaran agama dan syariat—Aku yang menurunkan danAkulah yang akan menjaganya, kami yang akan menjaga.” (QS. Al-Hijr [15]:9)

Di jaga oleh Allah, tentu Allah telah mempersiapkan perangkat-perangkat dan alat-alat yang akan menjadi penjaga daripada agama tersebut, dan mereka orang-orang yang terpilih untuk menjadi penjaga ini bukan orang sembarangan, pasti orang yang terpilih. Dan gara-gara mereka jaga agama ini, Allah beri rasa kepada mereka di dunia ini sesuatu dari balasan yang nanti mereka dapat di akhirat. Di akhirat lebih gede.

Dan dengan nikmat ini yang Allah janjikan dan Allah perkenalkan, mereka bersabar, mereka tabah dan bersabar. Seandainya mereka mengerti, benar-benar mengerti dan mengetahui secara hakikat, benar-benar mengetahui hakikat keagungan posisi mereka di sisi Allah, serta kemuliaan mereka di sisi Allah. Maka rasa capek, rasa letih, penderitaan yang mereka rasakan itu, akan menjadi sebuah rasa manis, yang dapat mengalahkan dan melupakan pahitnya kehidupan yang mereka alami.

Artinya, mereka itu seandainya mereka tahu, mereka akan berdendang dengan penderitaan, akan girang dengan penderitaan yang mereka rasakan, mereka akan senang dengan penderitaan yang mereka rasakan, mereka akan melupakan itu semua, dari agungnya posisi yang Allah berikan kepada mereka. Seandainya bukan hal ini semua, mereka gak bakalan ngerjain ini semua, tidak akan bersabar dengan apa yang menimpa pada diri mereka.

Maka mudah-mudahan Allah membalas kebaikan mereka, mereka yang telah berkhidmah untuk memelihara dan menjaga agama Allah. Mereka itu lebih layak dari segala hal, dan kalau ditinjau dari apapun juga, dengan apa yang diungkapkan oleh Abul ‘Ala, seorang penyair,

يَا مَالَ ذِيْ الْأَرْضِ كَانُوا فِي الْحَيَاةِ # وَهُمْ بَعْدَ الْمَمَاتِ جَمَالُ الْقُطْبِ وَ السِّيَرِ

“Mereka adalah orang yang terindah di saat mereka masih hidup. Setelah mereka meninggal, maka keindahan sejarah mereka tertulis di tintah emas, sejarah dan kitab-kitab.”

Mereka Imam al-Marwazi, Imam Ibnu Khuzaimah, Imam athThabari. Siapa yang enggak kenal mereka? Semasa hidupnya indah, meninggalnya pun indah. Enggak ada yang layak dalam ungkapan ini selain mereka, kata Syaikh Muhammad Awwamah. Yang paling layak dengan ungkapan dan syair ini, ya mereka itu.

Sedangkan cerita mereka di dalam himmah yang begitu tinggi itu panjang ceritanya, panjang lebar. Silahkan ada beberapa kitab, di antaranya yang dikarang oleh Syaikh Awwamah, dan yang dikarang oleh guru beliau misalnya kitab Qîmatuz-Zamân ‘Indal-Ulamâ, nilai sebuah zaman menurut ulama. Ulama itu enggak mau menyia-nyiakan waktunya.

Kemudian ada kitab Shafahât min-Shabril-Ulamâ, lembaran dari kesabaran para ulama. Himmah mereka yang amat hebat. Mudah-mudahan Allah berkahi kita dengan ilmu, dijadikan kita orang saleh.

Wallahu A’lam bish-Shawab. Wal-hamdulillahi Rabbil-Alamin…

MATERI: MA’ÂLIMUL-IRSYÂDIYAH LI SHINÂ’ATI THÂLIBIL-ILMI

KARYA: SYAIKH MUHAMMAD AWWAMAH

SELENGKAPNYA : https://www.youtube.com/watch?v=HRRohIbkJcc