Shuhaib ar-Rumi berkata, suatu ketika Rasulullah pernah keluar Bersama Sayidina Abu Bakar. Sebenarnya aku juga ingin ikut keluar Bersama beliau, namun di hadang oleh anak-anak kecil Quraisy. Maka jadilah aku di malam itu hanya berdiri dan tidak duduk (berdiam saja).

Mereka berkata: “Dia tidak bisa diganggu, karena sakit perut (diare).” Padahal aku tidak sakit.

Ketika anak-anak kecil itu tertidur, aku berangkat keluar. Ternyata ada beberapa orang menyusul aku setelah berjalan (beberapa meter), membujuk agar aku kembali.

Aku berkata kepada mereka: “Aku akan memberikan kalian beberapa ons (awqiyah) emas, dan kalian harus membiarkan aku pergi. Apakan kalian mau?” Mereka mengiyakan.

Aku lalu kembali ke Makkah mengikuti mereka. (Setelah sampai di rumahku) aku berkata: “Buatlah galian di bawah pintu depan rumahku. Di sana ada emas. Ambil dan pergilah kepada Fulanah, mintalah darinya dua helai perhiasan!”

Aku pun bisa bebas, sehingga bisa menyusul Rasulullah di Quba sebelum beliau bertolak (ke Madinah).

Ketika Rasulullah melihatku, beliau berkata: “Wahai Aba Yahya, (transaksi) jual-belimu untung.”

Aku pun berkata: “Wahai Rasulullah, padahal aku belum memberitahu orang lain tentangmu. Engkau pasti diberitahu oleh Malaikat Jibril.”

***

Dalam redaksi lain diriwayatkan:

Bahwa beberapa tokoh kafir Quraisy sempat berkata kepada Shuhaib, “Dulu engkau datang pada kami dalam kondisi miskin dan hina. Lalu engkau mendapat harta yang banyak dari kami (dari hasil berdagang). Dan engkau mencapai keberhasilan seperti saat ini. Tapi sekarang engkau ingin membawa pergi hartamu bersama dirimu? Demi Allah, itu tidak akan pernah terjadi!”

Shuhaib menjawab ejekan kafir Quraisy: “Jika seandainya aku berikan seluruh hartaku, apakah kalian akan membiarkan aku pergi?”

Mereka menjawab: “Iya.”

Shuhaib akhirnya memberikan seluruh hartanya, kemudian berangkat seorang diri untuk berhijrah.

Berita itu sampai kepada Rasulullah, beliau berkata: “Shuhaib mendapat untung besar. Shuhaib mendapat untung besar.”

Kisah perjalanan Shuhaib itu diabadikan dalam ayat al-Quran:

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ

“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.” (QS al-Baqarah [02]:207)[1]


[1] Sirah Ibnu Hisyam, II/121; ath-Thabaqat, III/163; Hulyatul-Auliya, I/151-154; al-Isti’ab, II/726-733; Shifatush-Shafwah, I/169-170; Usdul-Ghabah, III/30; Sirah Ibnu Katsir, II/223; al-Ishabah, III/245-255; Ruhul-Ma’ani li al-Alusi, II/96-97.