
Rasulullah sempat menetap di Quba selama beberapa hari, sebelum akhirnya bertolak ke Madinah. Beliau berangkat bersama sejumlah Shahabat Muhajirin.
Shahabat Anshar saling bersaing ingin memuliakan Rasulullah, menyambut beliau, dan memperindah rumah-rumah mereka. Sampai-sampai kalangan mereka mengadakan undian (qur’ah). Maka tidak seorang pun dari kalangan Muhajirin tinggal menetap di rumah Anshar, kecuali ia telah melewati proses undian.
Kalangan Muhajirin juga dipersilahkan memakai fasilitas rumah dan harta milik Anshar. Kalangan Anshar totalitas berusaha memenuhi segala kebutuhan, demi menghormati saudara mereka para Muhajirin.
Kata Shahabat Anas bin Malik, para Shahabat Muhajirin sempat berkata kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah, kami tidak pernah melihat kaum yang ketika kami datangi mereka rela memberikan yang terbaik milik mereka untuk kami, dan rela berkorban banyak demi kami. Mereka telah sangat mencukupi kebutuhan kami, dan selalu berbagi kebahagiaan dengan kami. Sehingga kami khawatir semua pahala akan di borong oleh kalangan Anshar.”
Rasulullah bersabda: “Tidak akan. Cukup kalian memuji Anshar, dan berdoalah (yang terbaik) kepada Allah buat mereka.”
Rasulullah bersabda kepada kalangan Anshar: “Sesungguhnya saudara kalian (Muhajirin) telah meninggalkan harta dan anak-anak mereka (di Makkah), lalu datang kepada kalian (di Madinah).”
Para Shahabat Anshar berkata: “Harta kami adalah harta mereka juga.”
Rasulullah bersabda: “Masih adakah yang lain?”
“Apakah itu, wahai Rasulullah?” kata Anshar.
“Mereka (Muhajirin) adalah orang-orang yang tidak tahu cara bekerja di bidang pertanian. Bagaimana jika kalian mengajari dan berbagi tugas memanen buah kepada mereka?” kata Rasulullah
Mayoritas Shahabat Anshar menjawab: “Baiklah, ya Rasulullah.”
***
Ketika Rasulullah mendapat rampasan harta dari Bani Nadhir, beliau ingin meringankan (berbagi harta) dengan kalangan Anshar. Rasulullah mengutus Tsabit bin Qais untuk mengundang semua anggota Anshar. Akhirnya berkumpullah semua orang disisi Rasulullah.
Rasulullah kemudian berdiri, berorasi memuji Allah, menyebut tentang Anshar, jasa-jasa mereka atas Muhajirin, yang rela berbagi tempat tinggal, serta mendahulukan Muhajirin daripada kebutuhan keluarga sendiri.
Rasulullah lanjut berkata pada Shahabat Anshar: “Jika kalian menginginkan, aku akan membagi rata harta yang Allah berikan kepadaku dari rampasan Bani Nadhir ini, antara kalian (Anshar) dan Muhajirin. Sebab Muhajirin selama ini telah menempati rumah-rumah kalian, dan makan dari harta kalian? Tetapi jika kalian menginginkan, berikan bagian kalian untuk mereka (Muhajirin) dan mereka tidak akan tinggal di rumah kalian lagi (hidup mandiri)?”
Sa’ad bin Mu’adz dan Sa’ad bin Ubadah berdiri, keduanya merupakan pemimpin tertinggi klan Aus dan klan Khazraj.
“Wahai Rasulullah, engkau berikan harta itu kepada Muhajirin saja, dan mereka tetap tinggal di rumah-rumah kami seperti sebelum-sebelumnya.” kata keduanya.
Kemudian disambut seruan Shahabat Anshar lainnya: “Kami meridhainya dan kami telah pasrah, wahai Rasulullah!”
Rasulullah pun bersabda: “Ya Allah, rahmatilah kalangan Anshar, anak-anak Anshar, dan cucu-cucu Anshar.”
Akhirnya Rasulullah hanya membagi-bagi harta rampasan tersebut dikalangan Muhajirin saja, kecuali dua orang Shahabat Anshar yang memang sedang membutuhkan, Rasulullah pun memberikan bagian untuk keduanya.[1]
[1] Shahihul-Bukhari, V/85; Sirah Ibnu Katsir, II/328-329; Imta’ul-Asma’, I/182; Bahjatul-Mahafil, I/159.