Nabi Sulaiman dikaruniai kekuasaan untuk “menundukan banyak makhluk” seperti jin, manusia, dan hewan. Itu sendiri bisa dibuktikan lewat firman Allah:

وحشر لسليمن جنوده من الجن والإنس والطير فهم يوزعون

“Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan).” (Qs An-Naml: 17)

Pada zaman Nabi Sulaiman, hidup seorang laki-laki yang mempunyai pohon besar di samping rumahnya. Bagian atas pohon tersebut menjadi sarang merpati yang sedang bertelur.

Suatu hari, istri dari laki-laki itu menyuruhnya memanjat pohon besar itu dan mengambil telur merpati untuk dijadikan makanan bagi anak-anak mereka. Laki-laki itu pun lantas melakukanya.

Selepas kejadian itu, induk merpati mengadu kepada baginda Nabi Sulaiman, sang induk menceritakan kejadian tersebut, akhirnya Nabi Sulaiman mengundang laki-laki itu dan menyuruhnya untuk bertobat.

Laki-laki tersebut berjanji kepada Nabi Sulaiman untuk tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.

Suatu ketika, si istri menyuruhnya untuk mengambil telur merpati lagi. Laki-laki itu pun berkata kepada istrinya: “Aku tidak akan melakukanya lagi. Sebab Nabi Sulaiman telah melarangku untuk berbuat yg demikian.”

Istrinya menjawab: “Apakah kamu menyangka Nabi Sulaiman akan mempedulikan dirimu atau merpati itu? Sedangkan ia selalu sibuk dengan urusan kerajaannya.”

Si istri tak henti-henti membujuknya agar ia mau melakukanya lagi. Hingga akhirnya ia terbujuk juga. Seperti biasa ia memanjat pohon besar itu dan mengambil telur merpati lagi.

Induk merpati kembali mengadu kepada Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman pun menjadi marah karenanya. Kemudian beliau memanggil dua jin, yang satu berasal dari ujung timur dan yang satunya berasal dari penjuru barat.

Keduanya diminta menjaga pohon tersebut oleh Baginda Nabi Sulaiman: “Jagalah pohon besar itu. Dan jika laki-laki itu mengulang perbuatannya mengambil telur merpati, raih kedua kakinya dan jatuhkan ia dari pohon itu.”

Kedua jin itu pun bergegas pergi dan menjaga pohon itu. Ketika merpati sudah bertelur lagi, laki-laki itu segera memanjat dan meletakkan kedua kakinya pada pohon itu. Belum sampai di atas tiba-tiba datanglah seorang pengemis mengetuk pintu rumahnya. Lalu ia dari atas pohon menyuruh istrinya untuk memberikan sesuatu pada pengemis itu.

Lantas istrinya berkata, “Aku tidak punya apa-apa.”

Laki-laki itu turun dari pohon dan mengambil sepotong roti. Kemudian ia memberikanya kepada si pengemis, setelah itu ia kembali memanjat pohon dan mengambil telur merpati.

Kedua jin bermaksud menangkap laki-laki itu. Namun tiba-tiba Allah mengutus dua malaikat. Salah satu dari mereka meraih leher jin itu dan melemparnya sampai di tempat terbitnya matahari. Sedang yang satunya lagi meraih leher jin yang lainnya dan melemparnya sampai di tempat terbenamnya matahari. Laki-laki itu aman mengambil telur merpati.

Merpati pun kembali menghadap Nabi Sulaiman dan mengadukan kejadian tersebut. Nabi Sulaiman bertambah marah. Kemudian ia memanggil kedua jin yang diberi tugas menjaga pohon itu. Nabi Sulaiman berkata pada kedua jin itu: “Kalian berdua telah mengkhianatiku!”

Dua jin itupun menceritakan apa yang terjadi. Mengetahui bahwa hal tersebut adalah rencana dari Allah, Nabi Sulaiman pun tak bisa berbuat apa-apa.

***

Dari riwayat di atas, betapa telah berulang kesalahan hambanya, hanya sebab apa yang disedekahkan meski hanya sepotong roti telah membuktikan hadis: “Sesungguhnya sedekah benar-benar memadamkan kemurkaan Allah dan menghindarkan dari kematian yang buruk, dan menjadi tolak balak bagi pelakunya.” (HR. Imam Tirmidzi)

Rasulullah berpesan, bahwa sedekah dapat menolak balak (mara bahaya). ”Bersegeralah kalian untuk mengeluarkan sedekah, karena sungguh bencana tak dapat melewati sedekah.“ (HR. Imam Thabrani)

Sedekah bukan saja dapat menghindarkan bencana, tetapi bencana tidak akan melewati jika ada orang-orang yang bersedekah. Kita memang tidak bisa memastikan sedekah yang mana dan sedekah apa saja yang bisa menghindarinya. Namun, sedekah tersebut bisa kita lakukan agar bencana tak sedikit pun melewati kita.

Namun kadang, ujian bencana tetap akan datang kepada kita, bukan karena Allah tidak sayang dan tidak menilai sedekah kita. Namun hal itu adalah bentuk ujian, apakah kita akan tetap bersedekah seperti biasanya, walaupun bencana dan kesulitan kita hadapi.

Bukan saja di dunia, sedekah juga menolak bencana kelak di akhirat dan pada saat hari kiamat. Hal ini juga disampaikan dalam hadis berikut: “Naungan bagi seorang mukmin pada hari kiamat adalah sedekahnya.” (HR. Imam Ahmad)

Walau tidak kita rasakan di dunia, tetapi Allah akan menjamin bahwa sedekah akan menyelamatkan kita kelak di akhirat. Kita hanya bisa berdoa dan berharap agar semua itu bisa kita dapatkan di akhirat nanti.

(Tanqihul Qaulil Hatsits, karya Syaikh Nawawi al-Bantani)

Diambil dari laman: MUSA MUHAMMAD