Imam Ibnu Ishaq berkata:

Ketika Rasulullah memerintah shahabat untuk memerangi orang-orang musyrik, beliau menyuruh para shahabat agar bertemu di Qalib. Utbah bin Rabi’ah (salah satu di antara kafir Quraisy) pun akhirnya ikut bertolak ke Qalib.

Saat Rasulullah memandang Abu Hudzaifah bin Utbah (putra dari Utbah bin Rabi’ah) yang muslim, wajahnya terlihat suram dan telah berubah warna.

Rasulullah bertanya: “Wahai Abu Hudzaifah, apakah engkau memiliki perasaan tidak enak tentang nasib ayahmu?”

Abu Hudzaifah menjawab: “Tidak, demi Allah, wahai Rasulullah. Aku tidak pernah meragukan ayahku dan cara bertarungnya. Akan tetapi aku belajar darinya cara berpikir, bersabar, dan bijaksana. Aku berharap agar Allah memberinya hidayah Islam. Dan jika aku menyaksikannya dan mengingat dirinya mati dalam kondisi kafir (tidak beriman), setelah harapan baikku untuk dirinya, aku jadi merasa bersedih.”

Rasulullah pun mendoakan untuknya dengan kebaikan.[1]


[1] Sirah Ibnu Hisyam, II/294; Tarikh ath-Thabari, III/1332; al-Isti’ab, IV/1631-1632; al-Mustadrak Imam Hakim, III/223-224; Usdul-Ghabah, V/170; al-Kamil, II/130; Sirah Ibnu Katsir, II/453.