
Ishaq bin Yasar meriwayatkan, Shahabat Amr bin Jamuh memiliki fisik pincang yang parah. Dia dikaruniai empat orang anak yang kesemuanya berkulit hitam. Mereka sering menyertai Rasulullah dalam beberapa peperangan. Namun tiba giliran perang Uhud, anak-anaknya ingin menahan dirinya (untuk ikut perang).
Anak-anak Amr berkata: “Sungguh Allah memaklumi fisikmu yang telah udzur!”
Amr akhirnya mendatangi Rasulullah, dan berkata: “Anak-anakku ingin melarangku untuk berangkat dalam ekspedisi kali ini, dan melarangku ikut bersamamu. Demi Allah, aku sangat berharap akan menjejaki surga dengan penopang kakiku ini!”
“Untuk dirimu, sebenarnya Allah memaklumi udzur fisikmu. Maka engkau tidak berkewajiban ikut berjihad.” kata Rasulullah.
Rasulullah juga berkata kepada anak-anak Amr: “Andaikan kalian tidak melarangnya ikut berjihad, bisa saja Allah menganugerahinya mati syahid.”
Akhirnya Amr ikut berperang disisi Rasulullah, dan wafat pada peristiwa Uhud.
Rasulullah sempat melewati jenazahnya, yang syahid di medan perang. Beliau bersabda: “Aku melihatmu melangkah menuju surga dengan kakimu yang normal.”
Jenazah Amr bin Jamuh dimakamkan bersama Abdullah bin Amr bin Haram, ayahanda dari Shahabat Jabir, dalam satu liang kubur. Abdullah merupakan suami dari saudari Amr (ipar).
Selama hidup, Amr bin Jamuh selalu mengadakan acara walimah untuk tiap pernikahan Rasulullah, karena rasa cinta dan penghormatannya kepada beliau.[1]
[1] Sirah Ibnu Hisyam, III/96; al-Isti’ab, III/1168-1170; al-Mustadrak li Imam Hakim, III/205; Shifatush-Shafwah, I/266; Usdul-Ghabah, IV/93-95; Sirah Ibnu Katsir, III/73; al-Ishabah, IV/290-291; Imta’ul-Asma’, I/146-147; Bahjatul-Mahafil, I/209.