Pasal yang keenam menerangkan tentang firman Allah ketika menceritakan Nabi Muhammad, tentang Rasulullah ‏sebagai sumber atau ungkapan syafaqah kasih sayang Allah, ungkapan ikrâm penghormatan Allah kepada baginda Nabi Muhammad. Di sini Allah berfirman:

طٰهٰۚ ۝١ مَآ اَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْاٰنَ لِتَشْقٰٓىۙ ۝٢

“Ṭā Hā. Kami tidak menurunkan al-Quran ini kepadamu (wahai Muhammad) supaya engkau menjadi susah.”(QS. Thaha [20]:1-2)

Kami tidak menurunkan kepadamu al-Quran untuk membuat dirimu celaka (syaqa’), untuk mencelakakanmu. ‘Thaha’ itu merupakan nama daripada nabi, makanya kita temukan Thaha, Assalamualaika Ya Thaha, Ala Thaha Rasulillah, kan begitu. ‘Yasin’ itu nama Nabi Muhammad. Tapi ada yang mengatakan itu nama Allah, Thaha itu. Ada yang mengatakan lagi maknanya “Wahai laki-laki, wahai manusia.” Jadi macam-macam artinya, versi lain, ia merupakan huruf yang tersendiri, muqatha’ah yang terputus, Tha’ dan Ha’, seperti Ya’ dan Sin pada kata ‘Yasin’. Kaf ‏Ha Ya Ain Shad, sama itu semuanya.

Al-Imam al-Washiti mengatakan, ‘Ya Thahir, wahai orang yang suci. ‘Ya Hadi, orang yang memberi petunjuk. Versi lain itu perintah untuk menginjakkan kakinya, ‘Watha’a’ itu ‏seseorang yang menginjakkan kaki. Tha’ dan Ha’, Tha’ itu Dha’ Rijlak, letakan atau injakkan kakimu. Yaitu hendaknya engkau menyandarkan dengan kedua kakimu terhadap ‏bumi, artinya bersandarlah kepada bumi dengan kedua kakimu, jangan membikin dirimu capek, jangan membuat kamu capek, dengan berdiri diatas satu kaki. Jadi satunya di angkat, ‏satunya lagi dibawah. Ini dikatakan nabi beribadah seperti itu, sehingga terkesan menyiksa diri, itu ucapan kebanyakan para ahli Tafsir.

طٰهٰۚ ۝١ مَآ اَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْاٰنَ لِتَشْقٰٓىۙ ۝٢

“Ṭā Hā. Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu (Nabi Muhammad) supaya engkau menjadi susah.” (QS. Thaha [20]:1-2)

Jangan begitu, letakkan kakimu. Sebab saya tidak menurunkan al-Quran ini untuk membuat dirimu susah, membuat dirimu celaka, mem‏buat dirimu capek, enggak kata Allah kepada Nabi Muhammad. Jadi Allah yang tidak tega terhadap Nabi Muhammad, yang ingin membuktikan kasih sayang Allah kepada beliau, dan ini kita temukan di dalam banyak hal. Ini bulan Sya’ban, kata nabi bulan banyak orang melalaikan, tapi nabi gak pernah lalai.

Pada bulan ini merupakan bulan ‏di mana Allah atau amal hamba-hamba Allah dihaturkan atau dilaporkan pada bulan ini. Dan banyak nabi ‏berpuasa. “Saya pengen amal-amalku dilaporkan, sedangkan diriku dalam keadaan berpuasa.”

Kenapa di bulan Sya’ban ini begitu istimewa bagi Nabi Muhammad, di samping hal-hal yang disebut tadi? Karena ada beberapa kejadian yang sangat luar biasa, di antaranya adalah kejadian diturunkan firman Allah:

إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِىِّ ۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”(QS. Al-Ahzab [33]:56)

Itu diturunkan ‏pada bulan ini, bulan Sya’ban. Kemudian pada bulan ini terjadi tahwilul-qiblah, pemindahan kiblat. Yang tadinya selama beberapa bulan sejak shalat itu diwajibkan nabi ke Baital-Maqdis, menghadap ke Masjidil Aqsha. Kemudian orang ketika beliau hijrah orang-orang Yahudi ngolok-ngolok, “Eh rupanya dia niru-niru kita, shalatnya pakai ngadep ke kiblat.” Macam-macam pokoknya, “Berarti kita lebih mulia.”

Sehingga membuat nabi pengen, “Ya Allah, coba rubah aja ini.” ‏Di samping karena Kakbah itu merupakan tempanya Nabi Ibrahim, kakek moyang yang beliau, akhirnya beliau kadang mengangkat ke langit. Tapi beliau gak enak mau ngatur-ngatur Allah, “Ya Rabb, rubah dong.”

Adab Nabi Muhammad, minta gitu dalam urusan ibadah juga mengatur kepada tuhan yang disembah, ‏itu kan kurang elok. Tapi hati kecilnya berharap, mengungkapkan tidak. Akhirnya Allah mengatakan:

قَدۡ نَرٰى تَقَلُّبَ وَجۡهِكَ فِى السَّمَآءِ

“Sungguh, Kami melihat wajahmu (Nabi Muhammad) sering menengadah ke langit.” (QS. Al-Baqarah [02]:144)

Kami telah melihat kamu ini mengangkat kepala, wajahmu dongak ke atas, berharap sesuatu, kata Allah. Taqallub, kadang mengangkat ke atas, kadang ‏ke bawah lagi, semacam orang gelisah, ada harapan. Tapi mau mengungkapkan bertentangan dengan adab sebagai seorang hamba, maka di situ Allah berfirman, “Aku tahu kamu mendongakkan, kadang menundukkan kepalamu.

فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبۡلَةً تَرۡضٰٮهَا فَوَلِّ وَجۡهَكَ شَطۡرَ الۡمَسۡجِدِ الۡحَـرَامِؕ

“Maka, pasti akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau sukai. Lalu, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam.” (QS. Al-Baqarah [02]:144)

Sekarang baru kamu lihat, sekarang arahkan wajahmu ke arah Masjidil Haram. Nabi sedang shalat waktu itu, dapat dua rakaat, entah Shalat Ashar atau Shalat Dzuhur. Akhirnya beliau rubah itu posisi, yang tadinya menghadap timur ke barat akhirnya, ke arah kiblat. Sampai Sayidah Aisyah itu bilang kepada Rasulullah dari banyaknya ayat-ayat al-Quran perintah Allah, larangan Allah, atau hal apa saja, ternyata sesuai dengan yang diinginkan oleh nabi. Maka kata ‏Sayidah Aisyah:

مَا أَرَى رَبَّكَ إِلَّا يُسَارِعُ فِيْ هَوَاكَ

“Tuhanmu itu mengikuti dirimu, cepat memenuhi keinginanmu.”

مَآ اَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْاٰنَ لِتَشْقٰٓىۙ 

“Kami tidak menurunkan al-Quran ini kepadamu (Nabi Muhammad) supaya engkau menjadi susah.” (QS. Thaha [20]:2)

Ayat ini diturunkan karena nabi memaksakan diri untuk bergadang, untuk tidak tidur, untuk ta’ab, dan melakukan qiamul-lail. Nabi sampai segitunya, sampai Sayidah Aisyah mengatakan:

هَوِّنْ عَلَى نَفْسِكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ

“Kasihanilah dirimu, wahai Rasulullah.”

Dikatakan oleh Abi Jakfar, dari Rabi’ bin Anas, bahwa nabi bila melakukan shalat itu berdiri dengan satu kaki dan kaki yang lain di angkat; kaki salah satunya di angkat, satunya lagi dijadikan sebagai tonggak. Sehingga Allah pun menurunkan ayat ini “Thaha”, yakni injakkan kakimu ke bumi, ‏wahai Muhammad. Aku menurunkan al-Quran ini tidak untuk membuat dirimu capek, tidak membuat dirimu sengsara, enggak. Al-Quran ini tidak lain hanyalah sebagai pengingat bagi mereka yang takut kepada Allah, yang turun yang diturunkan dari zat yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi.

Tidak diragukan lagi, jelas sekali bahwa di dalam ayat ini nampak kita lihat bagaimana perlakuan Allah dan penghormat Allah terhadap Nabi Muhammad. Allah tidak ingin sang kekasih ini capek aja nggak pengen, dari perhatiannya kepada nabi. Kalau kita jadikan ‘Thaha’ atau kita maknakan termasuk nama Nabi Muhammad, maka seperti yang diatas. Atau dikatakan ‘Thaha’ ini sebagai kalimat fashl, kalimat pemisah sebab ada makna-makna tersendiri, mau diartikan bagaimana pun juga jelas ayat berikutnya itu sebagai bentuk penghormatan dari Allah kepada Nabi Muhammad.

Sama seperti ini contoh-contoh syafaqah, kasih sayang daripada Allah kepada Nabi Muhammad adalah firman Allah yang mengatakan:

فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَّـفۡسَكَ عَلٰٓى اٰثَارِهِمۡ اِنۡ لَّمۡ يُؤۡمِنُوۡا بِهٰذَا الۡحَـدِيۡثِ اَسَفًا

“Maka barangkali engkau (Muhammad) akan mencelakakan dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (al-Quran).(QS. Al-Kahfi [18]:6)

Mungkin dirimu mau melepas nyawa (nafs), mau dilepas oleh Nabi Muhammad bila mereka tidak beriman terhadap al-Quran ini. Dalam keadaan sumpek, kalau ada orang gak beriman nabi itu seakan-akan mau rela untuk menjual atau menukar nyawa beliau sendiri dengan keimanan orang lain. Dari sayangnya beliau kepada orang itu, ‏sehingga bunuh diri gara-gara hal tersebut, baik karena marah atau karena mangkel atau karena khawatir. Sama dengan hal tersebut Allah mengatakan:

لَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَّفْسَكَ اَلَّا يَكُوْنُوْا مُؤْمِنِيْنَ 

“Boleh jadi engkau (Nabi Muhammad) akan membinasakan dirimu (dengan kesedihan) karena mereka (penduduk Makkah) tidak beriman.”(QS. Asy-Syuara [26]:3)

إِنْ نَشَأْ نُنَزِّلْ عَلَيْهِمْ مِنَ السَّمَاءِ آيَةً فَظَلَّتْ أَعْنَاقُهُمْ لَهَا خَاضِعِينَ

“Jika kami kehendaki niscaya Kami menurunkan kepada mereka mukjizat dari langit, maka senantiasa kuduk-kuduk mereka tunduk kepadanya.” (QS. Asy-Syuara [26]:4)

Kalau kami berkehendak, kami turunkan ‏kepada mereka orang-orang kafir itu sebuah ayat dari langit. Jadi misalnya seperti kaum Nabi Isa yang meminta maidah, itu diturunkan oleh Allah untuk membuktikan agar mereka beriman:

فَظَلَّتْ أَعْنَاقُهُمْ لَهَا خَاضِعِينَ

“Maka senantiasa kuduk-kuduk mereka tunduk kepadanya.”(QS. Asy-Syuara [26]:4)

Sehingga leher-leher mereka tunduk akan ayat tersebut, maksudnya dari kepengennya Nabi Muhammad untuk memasukkan manusia ke dalam surga. Termasuk dalam bab ini adalah firman Allah:

فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَاَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِيْنَ

“Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang yang musyrik.”(QS. Al-Hijr [15]:94)

Ayo laksanakan, tampillah seperti yang diperintahkan. Saat itu nabi diperintahkan untuk menyampaikan dakwah dengan terang-terangan, di mana sebelumnya beliau secara sembunyi,

وَاَنْذِرْ عَشِيْرَتَكَ الْاَقْرَبِيْنَۙ

“Berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat.”(QS. Asy-Syuara [26]:214)

Peringatilah keluarga-keluarga dekatmu, artinya secara sembunyi-sembunyi. Tapi ketika Allah mengatakan:

فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَاَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِيْنَ

“Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang yang musyrik.”(QS. Al-Hijr [15]:94)

Udah orang musyrik cuekin aja, kata Allah. Cuek aja orang-orang musyrik.

إِنَّا كَفَيْنَٰكَ ٱلْمُسْتَهْزِءِينَ

“Aku yang akan membelamu dari mereka orang-orang yang mencacimu.”(QS. Al-Hijr [15]:95)

ٱلَّذِينَ يَجْعَلُونَ مَعَ ٱللَّهِ إِلَٰهًا ءَاخَرَ ۚ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ

“Mereka orang-orang yang menjadikan tuhan lain selain Allah mereka nanti akan paham.”(QS. Al-Hijr [15]:96)

وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّكَ يَضِيقُ صَدْرُكَ بِمَا يَقُولُونَ

“Dan Kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan.” (QS. Al-Hijr [15]:97)

Saya tahu kata Allah, kami tahu bahwa engkau berat hati, sempit hatimu atas apa yang mereka ucapkan, baik berupa kalimat kalimat kufur. Nabi itu, “Ya Allah, kenapa ini kok masih kufur? Lata wa ‘Uzza wa Manat.” Itu ucapan ucapan dari orang-orang kufar Quraisy terhadap tuhan-tuhan mereka, atau cacian terhadap Nabi Muhammad dengan apa-apa yang mereka ucapkan.

إِنَّا كَفَيْنَٰكَ ٱلْمُسْتَهْزِءِينَ

“Tapi jangan khawatir, Aku yang membelamu.”(QS. Al-Hijr [15]:95)

Itu Nabi Muhammad, artinya ini banyak pelajaran. Bahwa orang berdakwah, orang berbuat baik, kadang kala ada orang yang usil, ada orang iseng. Itu sunatullah, nabi aja kurang apa nabi, udah dipercaya, udah paling disayang, di ‏kalangan mereka tadinya di juluki ‘al-Amin’, nabi itu orang yang paling jujur. Mereka meletakkan titipan-titipannya kepada nabi karena tidak ada yang paling layak, lebih amanah di dalam menjaga titipan melebihi daripada nabi. Tapi tetap aja diomongin, tetap aja dimusuhin. Jadi kalau zaman sekarang ada orang-orang baik, apalagi gak sebaik nabi ‏kan begitu, terus di kritik, dibenci, dimusuhin, itu hal yang wajar. Kewajiban jalan terus.

وَلَقَدِ ٱسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍۢ مِّن قَبْلِكَ فَحَاقَ بِالَّذِينَ سَخِرُوا مِنْهُم مَّا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ

“Sungguh, rasul-rasul sebelum engkau (Nabi Muhammad) benar-benar telah diperolok-olokkan, maka turunlah kepada orang-orang yang mencemooh mereka (rasul-rasul) apa (azab) yang selalu mereka perolok-olokkan.” (QS. Al-An’am [06]:10)

Maka orang-orang yang tadinya menghina, mereka dibalas oleh Allah, dihancurkan oleh Allah. Dan mereka akan merasakan dengan cacian yang mereka ungkapan kepada nabi-nabi tersebut.

Al-Imam Makki mengatakan, Allah menghibur Nabi Muhammad dengan ayat-ayat tadi. Jadi ketika diingatkan, “Gak apa-apa Muhammad, biasa itu.” Kan begitu, orang itu ketika dikasih semangat dengan ucapan dan kejadian serta cerita-cerita yang hampir sama, itu merupakan motivasi. Jadi bilamana ada ‏orang terdapat musibah, kemudian lemes dan lain sebagainya, jangan kira bahwa ucapan, motivasi dan dukungan dari orang-orang sekitarnya itu tidak berpengaruh. Justru sangat berpengaruh, ada teman dapat musibah, terus jangan dibiarin, kasih hiburan.

Di antara hiburan yang terbaik dengan ‏dengan menceritakan kejadian hal-hal yang serupa, misalnya ada di tinggal wafat oleh kerabatnya, “Itu fulan juga meninggal, ini juga. Itu terjadi kepada ulama fulan.” Diingetkan, maka itu akan semakin menguatkan dirinya. Jadi ucapan itu di saat nabi mendapatkan hal yang seperti itu, Allah menghiburnya ‏dengan mengingatkan kepada beliau kejadian-kejadian para nabi sebelumnya.

Allah meringankan beban kepada beliau daripada apa-apa yang beliau dapatkan dari orang musyrik. Dan Allah mengabarkan kepada nabi bahwasannya orang-orang yang melakukan hal tersebut, artinya menjadi seorang nabi juga mendapatkan hal yang sama dari orang-orang sebelumnya. Nabi-nabi dulu juga begitu, maksudnya mengingtakan kepada beliau. Di antara hiburan yang disampaikan oleh Allah kepada Nabi Muhammad:

وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوا عَلَىٰ مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا حَتَّىٰ أَتَاهُمْ نَصْرُنَا ۚ وَلَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ ۚ وَلَقَدْ جَاءَكَ مِنْ نَبَإِ الْمُرْسَلِينَ

“Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Allah kepada mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merubah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari berita rasul-rasul itu.” (QS. Al-An’am [06]:34)

Bilamana engkau didustakan, maka rasul-rasul sebelum dirimu juga didustakan. Jangan khawatir, itu sudah biasa. ‏Makanya ketika Habib Alwi bin Aydrus bin Syahab mendapatkan surat, mendapatkan aduan dari muridnya Habib Muhammad bin Abdullah al-Haddar di penjara, maka Habib Alwi nulis ‏di surat itu, beliau mengatakan: “Alhamdulillah, kamu mendapatkan seperti ini berarti kamu berdakwah sesuai dengan para salaf. Salaf-mu juga mendapat gangguan, cobaan, intimidasi.”

Cuman kadang kala kita gak sabar, seakan-akan yang paling mendapatkan cobaan itu dia, ‏yang paling besar cobaan dalam dakwah itu dia. Padahal cemen masih, cobaannya dikit. Sama seperti itu juga firman Allah:

كَذَٰلِكَ مَآ أَتَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِم مِّن رَّسُولٍ إِلَّا قَالُواْ سَاحِرٌ أَوْ مَجْنُونٌ

“Demikianlah tidak seorang rasulpun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan: “Dia adalah seorang tukang sihir atau seorang gila.” (QS. Az-Zariyat [52]:52)

Begitu pula apa yang didapatin, yang datang kepada orang-orang sebelum kamu ‏dari para utusan, melainkan mereka orang-orang kafir bilang kepadanya, “Ini tukang sihir, ini gila!” Fahimtum?

Di situ Allah ‏mengabarkan kepada Nabi Muhammad. Jadi menghibur beliau, memuliakan beliau dengan mengabarkan terhadap apa yang dialami oleh umat-umat terdahulu, gangguan dan ujian-ujian mereka. Jadi Allah menyenangkan menghibur Nabi Muhammad dengan menceritakan apa yang beliau dapatkan dari kafir Makkah, juga didapatkan oleh nabi-nabi terdahulu terhadap para nabi mereka. Jadi bukan orang pertama beliau mendapatkan hal itu. Kemudian Allah menentramkan jiwanya, ditenangkan. Dan Allah menjelaskan, artinya memaklumi:

فَتَوَلَّ عَنْهُمْ فَمَآ اَنْتَ بِمَلُوْمٍ

“Maka berpalinglah kamu dari mereka dan kamu sekali-kali tidak tercela.” (QS. Az-Zariyat [52]:54)

Cuekin aja mereka, biarin mereka, berpalinglah dari mereka, engkau tidak tercela, tidak disalahkan, nggak apa-apa. Di dalam menyampaikan, di dalam melaksanakan tabligh, di dalam melaksanakan dakwah, “Gak apa-apa, yang penting kamu sudah nyampein, udah selesai tugasmu. Jangan bersedih kalau mereka gak nerima, bahkan menolak, bahkan mengolok-olok, ‏gak apa-apa, santai aja. Kamu telah melaksanakan tugasmu dengan sebaik mungkin. Engkau gak salah, engkau tidak tercela!”

وَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ فَإِنَّكَ بِأَعْيُنِنَا ۖ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ حِينَ تَقُومُ

“Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri,” (QS. Az-Zariyat [52]:48)

Muhammad sabarlah atas ketetapan tuhanmu, sebab kamu berada di mataku. Artinya dalam pengawasan. Jangan kira aku ini lupa kepadamu, membiarkanmu dihina, membiarkanmu disakiti, enggak sama sekali! Tenang aja kata Allah, “Aku memperhatikan dirimu, yang penting kamu sabar aja.”

MasyaAllah, ini di samping perhatian Allah ‏kepada Nabi Muhammad, tentu ini juga merupakan pelajaran bagi umatnya, bahwa dalam hidup ini kita mesti sabar dan jangan khawatir. Orang-orang yang bersama dengan Nabi Muhammad, “Engkau berada di dalam pandangan mataku.”

Maka dikatakan, bersabarlah atas gangguan mereka, sebab aku selalu melihatmu dan menjagamu. Allah menghibur Nabi Muhammad dalam masalah ini di dalam banyak ayat, dihibur oleh Allah. Begitu pula penuntut ilmu, para ulama, para dai di dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban ini, ya tidak perlu khawatir. Di saat ada cemooh, di saat ada gangguan, di saat di buli, di saat dibenci, ternyata nabi juga digituin. Kalau nabi aja digituin, apalagi orang yang tidak sesempurna nabi, ‏apalagi orang yang memang layak untuk di kritik, yang memang layak dengan aib yang dimiliki, ketidak-sempurna yang tidak dimiliki, maka sangat wajar manakala dia dicaci.

Dan bisa jadi kadang kala ucapan orang, gangguan orang itu sebagai ujian dari Allah, untuk mendewasakannya, membentuknya menjadi orang yang lebih baik, menjadi orang yang lebih sempurna, menjadi orang lebih istiqamah, dan seterusnya. Nanti akan Allah kasih hal-hal yang membuat dirinya terhibur. Jadi kadang kala ketika kita menyadari, artinya ketika Nabi Muhammad mendapatkan martabat ‏dan kedudukan, awalnya stres. Tapi di saat mendapatkan hiburan dari Allah, dan itu banyak terjadi, hikmah-hikmah itu terjadi.

Ada seorang ulama di penjara, al-Habib Muhsin bin Ali al-Hinduan, beliau bercerita di dalam surat-suratnya. Beliau di fitnah, seorang ulama, Mursyid Thariqah di fitnah mencuri, kan lucu! Di fitnah dengan macam-macam, akhirnya di penjara dan memang ada konspirasi untuk memenjarakannya. Ya bayangin coba sumpeknya seperti apa, di penjara dengan fitnah yang keji. Akhirnya beliau di penjara, kemudian bercerita di dalam penjara, “Alhamdulillah, selama di penjara ‏saya didatangin Nabi Yusuf. Dan Nabi Yusuf mengatakan, ‘Haluka ka Hali.’”

Dan di dalam hidup ini nanti kita akan mengalami hal-hal tersebut, yang akan menguatkan iman kita, menguatkan keyakinan kita, terutama para penuntut ilmu, karena nabi kita seperti itu. Mudah-mudahan Allah berkahi kita semua, Allah jadikan kita hamba-hamba yang istiqamah, hamba yang memiliki ikatan dengan baginda Nabi Besar Muhammad.

Alfatihah ila Hadratin-Nabi Muhammad, Alfatihah…

___________________________________________________________________________

sumber : https://www.youtube.com/watch?v=3bjv7cJaAm0