
Imam Ibnu Ishaq menyatakan, dari Abdurrahman bin Uwaimir bin Saidah berkata, aku mendapat cerita ini dari teman-temanku para Shahabat Rasulullah, mereka berkata:
Ketika kami mendengar kabar Rasulullah telah keluar (eksodus) dari Makkah, kami menunggu kedatangan beliau. Tiap kali menyelesaikan Shalat Subuh, kami selalu naik ke bebukitan (di Yatsrib), menunggu kedatangan beliau. Namun demi Allah, sampai matahari hampir terbenam, kami tidak mendapati apapun. Jika telah sore, kami pulang ke rumah masing-masing. Padahal saat itu sedang musim panas (kemarau).
Pada hari di mana Rasulullah tiba (di Madinah), kala itu kami sedang duduk seperti pada hari-hari sebelumnya, hingga memasuki sore hari dan kami hendak pulang. Ada seorang Yahudi yang kali pertama melihat kedatangan Rasulullah. Dia paham apa yang sedang kami lakukan, bahwa kami sedang menunggu kedatangan Rasulullah.
Yahudi tadi berteriak dengan suara lantang: “Wahai Bani Qailah![1] Ini kakek kalian (sebutan akrab untuk keluarga) telah tiba!”
Maka kami keluar menghampiri beliau yang saat itu sedang bernaung di bawah pohon kurma. Beliau bersama Sayidina Abu Bakar yang tidak jauh beda usia dengan Rasulullah. Mayoritas dari kami (Shahabat Anshar) memang belum pernah melihat Rasulullah sebelumnya. Semua orang berdesakan saling berkerumun. Kami tidak bisa mengenali beliau atau membedakannya dari Sayidina Abu Bakar. Sampai kemudian Rasulullah terkena terik, lalu Sayidina Abu Bakar berdiri menaungi beliau dengan kain burdah-nya. Maka saat itulah kami mengenali beliau.[2]
[1] Sebutan bagi persatuan (konsolidasi) antara Kabilah Aus dan Kabilah Khazraj, dua klan terbesar di Yatsrib masa pra-Islam.
[2] Sirah Ibnu Hisyam, II/137; Shahihul-Bukhari, V/77-78; Tarikh ath-Thabari, III/1243; Sirah Ibnu Katsir, II/250 & 268; Imta’ul-Istima’, I/45; Bahjatul-Mahafil, I/151; Wafaul-Wafa, II/177; al-Bad’u wat-Tarikh, IV/127 & 177.