
Alhamdulillah wa Shallallallahu wa Sallama Ala Sayidina Muhammad Ibni Abdillah wa Ala Alihi wa Shahbihi wa Man Walah…
Diriwayatkan oleh Sayidina Umar ibnil Khattab bahwa suatu saat beliau mengucapkan perkataan yang membuat Nabi Muhammad menangis. Apa ucapan beliau? Beliau mengatakan: “Demi ayah-Ibuku wahai Rasulullah, sungguh engkau telah mendapatkan kemuliaan, hingga engkau mendapatkan kemuliaan di sisi Allah, engkau diutus di akhir zaman, menjadi nabi terakhir. Akan tetapi ketika menyebut para nabi, engkau yang pertama disebut.” Kemudian mengutip firman Allah:
وَإِذْ أَخَذْنَا مِنَ النَّبِيِّينَ مِيثَاقَهُمْ وَمِنْكَ وَمِنْ نُوحٍ وَإِبْرَاهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ۖ وَأَخَذْنَا مِنْهُمْ مِيثَاقًا غَلِيظًا
“Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh.”(QS. Al-Ahzab [33]:07)
Tatkala diriku mengambil janji dari para nabi, pertama kali yang disebut adalah Nabi Muhammad darimu, baru menyebut nabi yang lain. Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa ibni Maryam. Dan aku telah mengambil perjanjian dari mereka dengan perjanjian yang berat. Itu kemudian dilanjutkan oleh Sayidina Umar:
بِأَبِيْ أَنْتَ وَأُمِّيْ يَا رَسُوْلَ اللهِ، لَقَدْ بَلَغَ مِنْ فَضِيْلَتِكَ عِنْدَهُ أَنَّ أَهْلَ النَّارِ يُوَدُّوْنَ أَنْ يَكُوْنُوْا قَدْ أَطَاعُوْكَ وَهُمْ بَيْنَ أَطْبَاقِهَا يُعَذَّبُوْنَ، يَقُوْلُوْنَ: {يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُوْلَ}
Sungguh posisimu, keutamaanmu di sisi Allah mencapai derajat sehingga penduduk neraka itu berharap agar mereka bisa mentaati dirimu. Padahal mereka saat itu sedang disiksa di tingkatan-tingkatannya. Namun ketika mereka disiksa, ingat Nabi Muhammad, mereka menyesali dan mengatakan: “Ya Allah, coba saya taat kepada Allah dan rasul-Nya.” Ini membuat Nabi Muhammad saat itu ketika disadari oleh para sahabat, betapa nabi memiliki kemuliaan yang agung di sisi Allah.
Di katakan oleh Imam Qatadah—adalah seorang tabiin, berarti di sini tidak menyebut rawi dari sahabat, berarti disebut dengan hadis? Enggak ada sahabat yang disebut, tapi dari tabiin langsung kepada Nabi Muhammad, disebut dengan Hadis Mursal—bahwa nabi mengatakan:
كُنْتُ أَوَّلَ الْأَنْبِيَاءِ فِي الْخَلْقِ وَآخِرَهُمْ فِي الْبَعْثِ
“Aku adalah awal nabi yang diciptakan oleh Allah—di dalam penciptaan—tetapi yang terakhir yang diutus oleh Allah.” (HR. Imam Thabrani)
Dari situ Allah menyebut Nabi Muhammad terlebih dahulu, sebelum Nabi Nuh dan yang lainnya.
وَإِذْ أَخَذْنَا مِنَ النَّبِيِّينَ مِيثَاقَهُمْ وَمِنْكَ وَمِنْ نُوحٍ وَإِبْرَاهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ۖ وَأَخَذْنَا مِنْهُمْ مِيثَاقًا غَلِيظًا
As-Samarqandi mengatakan, ini menunjukkan akan keutamaan Nabi Muhammad dibandingkan dengan nabi-nabi yang lain tentunya. Sebab secara khusus Allah mendahulukan beliau di dalam penyebutan sebelum yang lain, padahal nabi terakhir seharusnya kalau melihat urutan-urutannya itu kan setelah Nabi Adam yang mesti kita ketahui adalah Nabi Idris, setelah Nabi Idris ada Nabi Nuh.
Nah, ini Nabi Nuh disebut setelahnya, karena enggak ada penyebutan Nabi Adam, enggak ada penyebutan Nabi Idris, tapi disebut dengan Ibrahim, Musa, berturut-turut masanya. Artinya Nabi Ibrahim datang setelah Nabi Nuh, Nabi Musa datang setelah Nabi Ibrahim, Nabi Isa setelah Nabi Musa, dan seterusnya. Seharusnya setelah Nabi Musa, ada Nabi Isa, baru Nabi Muhammad. Tapi di sini Allah terlebih dahulu menyebut Nabi Muhammad.
Maksud di sini Allah mengambil janji kepadanya, dan sebetulnya janji ini dilakukan oleh semua manusia, termasuk juga para nabi. Tatkala mereka itu diciptakan, ketika dikeluarkan dari sulbi Nabi Adam, dari punggung Nabi Adam. Jadi mereka itu seperti biji-bijian, istilahnya di dalam ilmu Biologi disebutkannya seperti sesuatu kecil yang keluar, seperti dzarrah. Itu nanti bentuknya secara maknawi, namun pada hakikatnya itu adalah ruh-ruh mereka yang keluar daripada Nabi Adam.
Nah, dikatakan sebelum terciptanya Nabi Adam, Nur Muhammad telah tercipta. Sehingga wujudnya Nabi Muhammad ke alam semesta ini, baik masih berupa alam ruh, masih belum tercipta langit dan bumi misalnya, itu beliau sudah tercipta dan sudah mengambil janji di hadapan Allah. Kemudian Allah berfirman:
تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۘ مِنْهُمْ مَنْ كَلَّمَ اللَّهُ ۖ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتٍ ۚ وَآتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ ۗ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلَ الَّذِينَ مِنْ بَعْدِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَلَـٰكِنِ اخْتَلَفُوا فَمِنْهُمْ مَنْ آمَنَ وَمِنْهُمْ مَنْ كَفَرَ ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلُوا وَلَـٰكِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ
“Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka dari sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang (langsung) Allah berfirman dengannya dan sebagian lagi ada yang ditinggikan-Nya beberapa derajat. Dan Kami beri Isa putra Maryam beberapa mukjizat dan Kami perkuat dia dengan Rohulkudus. Kalau Allah menghendaki, niscaya orang-orang setelah mereka tidak akan berbunuh-bunuhan, setelah bukti-bukti sampai kepada mereka. Tetapi mereka berselisih, maka ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) yang kafir. Kalau Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Tetapi Allah berbuat menurut kehendak-Nya.”(QS. Al-Baqarah [02]:253)
Mereka adalah para utusan yang kami utamakan satu sama lainnya. Jadi tidak sama derajatnya di antara mereka, ada yang mendapatkan predikat kalimullah seperti nanti Nabi Musa. Dan Allah mengangkat derajat mereka dengan setinggi-tingginya. Nah, siapa di sini? Nanti akan dijelaskan secara spesifik. Allah menyebut Nabi Isa, Nabi Isa diberi wahyu berupa kitab Injil dan dibantu dengan Ruhul Kudus, dengan Malaikat Jibril.
Seandainya Allah berkehendak, setelah itu enggak ada perselisihan, enggak ada yang saling berperang manusia, setelah adanya penjelasan. Seharusnya tunduk, tapi meskipun ada bayinat, jangankan yang enggak percaya, dengan yang enggak percaya sama yang percaya aja ribut, itu merupakan sunatullah.

Sebagian ahli tafsir berkata, bahwa Allah mengangkat sebagian daripada mereka derajat yang tinggi. Siapa yang dimaksud di situ? Adalah Nabi Muhammad. Kenapa? Sebab beliau itu diutus kepada orang yang memiliki kulit merah ataupun yang memiliki kulit hitam. Maksudnya dengan segala jenis manusia, ada yang putih, ada yang hitam, ada yang coklat, ada yang agak kuning, ada yang kuning. Artinya nabi diutus kepada semua manusia, dalam beberapa hadis dikatakan:
بُعِثَ النَّبِيُّ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ كَافَّةً
“Para nabi diutus untuk kaumnya secara khusus—Nabi Musa dan Nabi Isa khusus Bani Israil—tapi aku diutus kepada semua makhluk.” (HR. Imam Bukhari)
Bahkan ats–tsaqalain, Jin sekalipun dan manusia. Bahkan dikatakan bahwa nabi merupakan rahmat lil-alamin, yang berarti beliau diutus kepada semua makhluk, termasuk malaikat, termasuk diutus kepada manusia, tumbuh-tumbuhan. Makanya beliau berinteraksi dengan semua makhluk itu, banyak riwayat yang mengatakan bahwa nabi berbicara dengan hewan, berbicara dengan ghazalah, bicara dengan apa menjangan atau kijang, berbicara dengan unta. Unta itu ngadu kepada nabi, sehingga membuat beliau marah kepada pemiliknya, “Kamu ini gimana? Kamu kasih beban dia dengan beban yang dia tidak sanggup!”
“Ya Rasulullah dari mana kamu tahu?” katanya. “Dia ngadu kepada saya tadi.”
Jadi banyak cerita-cerita tentang beliaum tumbuh-tumbuhan juga begitu, pepohonan juga:
جَاءَتْ لِدَعْوَتِهِ الْأَشْجَارُ سَاجِدَةً * تَمْشِيْ إِلَيْهِ عَلَى سَاقٍ بِلَا قَدَمٍ
Kemudian diriwayatkan juga bahwa al–ahjar, bebatuan menyampaikan salam kepada beliau. Yang menunjukkan bahwa beliau berinteraksi dengan alam semesta ini, yang berarti nabi diutus kepada semuanya.
Dan dihalalkan untuk Nabi Muhammad ghanimah, di mana nabi-nabi sebelumnya bilamana berperang dengan musuhnya dan menang, kemudian mendapatkan rampasan perang atau yang disebut dengan ghanimah, maka tidak halal bagi mereka dan harus dibakar. Jadi dapat emas, dapat makanan, dapat apa semuanya mesti dibakar, tidak boleh diambil, tidak boleh dimiliki, menjadi haram. Tapi di untuk Nabi Muhammad diperbolehkan.

Nabi memiliki beraneka ragam mukjizat, bahkan semua mukjizat yang dialami oleh para nabi juga dialami dan dimiliki oleh Rasulullah. Kalau Nabi Musa pernah membelah lautan, Nabi Muhammad bukan lautan tapi membelah rembulan. Kalau Nabi Isa pernah menyembuhkan orang sakit, nabi banyak yang disembuhkan dari orang sakit. Kalau Nabi Musa tongkatnya bisa menjadi ular, nabi pernah merubah kayu menjadi pedang, dan lain sebagainya. Kalau Nabi Isa pernah menghidupkan orang mati, maka nabi juga menghidupkan al-jidzi’, itu batang kurma yang tadinya kering. Bukan hanya manusia yang dihidupkan, kalau Nabi Isa memang manusia.
Dan mukjizat yang tidak dimiliki oleh nabi-nabi yang lain, seperti mukjizat al-Quran yang sampai hari ini menjadi hal yang paling berharga yang dimiliki oleh umat Islam, mengandung bermacam-macam nilai-nilai pengetahuan, sains teknologi, akhlakul-karimah, sistem berinteraksi dengan manusia, dengan hewan, semuanya ada di dalam al-Quran. Dan ini langgeng sampai hari ini, dari zaman nabi. Kalau kitab-kitab yang lain mereka mendapatkan kitab Injil, Taurat, Zabur, akan berhenti di masanya. Artinya ketika nabinya sudah tidak diutus, wafat atau sudah enggak ada lagi yang meneruskan. Tapi mukjizat Nabi Muhammad hingga hari ini.
Mukjizatnya yang besar juga adalah keterjagaan, keotentikan daripada agamanya ini, dan derajat daripada umatnya dapat menyamain derajat para Nabi di kalangan Bani Israil.
عُلَمَاءُ أُمَّتِيْ أَفْضَلُ مِنْ أَنْبِيَاءِ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ
Itu keistimewaan dan mukjizat yang dimiliki oleh Rasulullah. Tidak ada nabi pun yang diberi oleh Allah sebuah mukjizat ataupun keistimewaan dan keutamaan, melainkan nabi juga mendapatkannya, bahkan lebih. Kalau Nabi Yusuf,
قَالَ هُمْ أُو۟لَآءِ عَلَىٰٓ أَثَرِى وَعَجِلْتُ إِلَيْكَ رَبِّ لِتَرْضَىٰ
“Berkata, Musa: “Itulah mereka sedang menyusuli aku dan aku bersegera kepada-Mu. Ya Tuhanku, agar supaya Engkau ridha (kepadaku).” (QS. Thaha [20]:84)
Minta ridha, usahanya itu guna mendapatkan ridha Allah, tapi Nabi Muhammad bukan hanya itu,
وَلَسَوْفَ يُعْطِيْكَ رَبُّكَ فَتَرْضٰىۗ
“Sungguh, kelak (di akhirat nanti) Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu sehingga engkau rida.” (QS. Adh-Dhuha [93]:5)
Jadi derajat yang dimiliki oleh para anbiya wal-mursalin, juga didapatkan oleh Nabi Muhammad. Dan di antara keutamaan Nabi Muhammad dibandingkan yang lain, bahwasanya Allah memanggil para nabi dengan nama-nama mereka,
يٰٓاٰدَمُ اسْكُنْ اَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ
“Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga,” (QS. Al-Baqarah [02]:35)
يَٰيَحْيَىٰ خُذِ ٱلْكِتَٰبَ بِقُوَّةٍ
“Wahai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh.” (QS. Maryam [19]:12)
Semua nabi dipanggil namanya, kecuali Nabi Muhammad. Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّبِي
يَا أَيُّهَا الرَّسُوْل
Dipanggil dengan gelar dan kemuliaan, dipanggil dengan nabi, atau rasul. Yang menunjukkan betapa agungnya beliau. Diceritakan oleh as-Samarqandi dari al-Kalbi, tentang firman Allah:
وَإِنَّ مِن شِيعَتِهِۦ لَإِبْرَٰهِيمَ
“Dan sungguh, Ibrahim termasuk golongannya (Nuh).”(QS. Ash-Shaffat [37]:83)
“Syiah” itu artinya pengikut atau pecinta. Maka dikatakan, “Di antara pengikutnya Nabi Ibrahim itu adalah Nabi Muhammad.” Yakni pecintanya Nabi Muhammad. Artinya Nabi Ibrahim itu pecinta Nabi Muhammad. Yang dimaksud dengan itu katanya Nabi Nuh, tapi yang lebih kuat adalah maksudnya adalah Nabi Muhammad. Ini fasal yang ketujuh.
***
Selanjutnya fasal yang kedelapan, fasal yang menerangkan tentang pengumuman dari Allah, Allah ingin memberitahu terhadap makhluk-Nya akan hubungan nabi Muhammad, dan memberi kepercayaan mutlak atau wilayah untuk Nabi Muhammad, dan akan diangkat siksa azab dengan sebab nabi Muhammad. Di bab ini akan diterangkan begitu, dan semuanya berdasarkan al-Quran.
وَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَاَنْتَ فِيْهِمْۚ وَمَا كَانَ اللّٰهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ
“Allah tidak akan menghukum mereka, selama engkau (Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan menghukum mereka, sedang mereka (masih) memohon ampunan.”(QS. Al-Anfal [08]:33)
Artinya tidaklah Allah menyiksa mereka, sedangkan engkau berada di tengah-tengah mereka. Artinya gara-gara Nabi Muhammad, maka enggak ada azab. Makanya selagi ada shalawat, selagi ada ilmu syariat Nabi Muhammad yang diajarkan, selagi Nabi Muhammad hidup di dalam satu kaum, baik itu ajarannya ataupun ta’dzimannya, apalagi akhlaknya, apalagi kecintaan terhadapnya, maka kaum itu tidak akan disiksa oleh Allah. Sebab di dalam diri mereka ada Nabi Muhammad.
Contohnya, selagi Rasulullah masih ada di Makkah, maka enggak mungkin ada siksa, untuk mereka aman-aman aja. Ketika nabi keluar dari Makkah dan hijrah ke Madinah, namun masih tersisa di Makkah orang-orang dari kalangan kaum mukminin, masih ada orang-orang Islam di situ, maka turunlah firman Allah,
وَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَاَنْتَ فِيْهِمْۚ وَمَا كَانَ اللّٰهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ
“Allah tidak akan menyiksa mereka, kalau mereka masih ada yang beristighfar.” (QS. Al-Anfal [08]:33)
Kalau masih ada orang mukmin, hanya enggak disiksa juga oleh Allah, karena masih ada seperti Sayidina Abbas bin Abdul Muthallib, paman Nabi Muhammad. Seandainya mereka habis, hilang artinya pergi, maka akan kami siksa dengan siksaan yang pedih. Tapi karena masih ada dari kalangan kaum mukminin, maka beruntung penduduk Makkah. Makanya dikatakan:
الْجَارُّ قَبْلَ الدَّارِ
“Kalau mencari rumah itu, cari tetangganya, cari lingkungannya.” Kalau lingkungannya baik, maka rahmat akan banyak turun di situ. Tapi kalau lingkungannya jelek, hati-hati di situ banyak azab yang turun. Makanya kalau cari rumah, cari dulu tetangganya.
وَلَوْلَا رِجَالٌ مُّؤْمِنُوْنَ وَنِسَاۤءٌ مُّؤْمِنٰتٌ لَّمْ تَعْلَمُوْهُمْ اَنْ تَطَـُٔوْهُمْ فَتُصِيْبَكُمْ مِّنْهُمْ مَّعَرَّةٌ ۢبِغَيْرِ عِلْمٍ ۚ لِيُدْخِلَ اللّٰهُ فِيْ رَحْمَتِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ
“Seandainya tidak ada beberapa orang laki-laki dan perempuan yang beriman yang tidak kamu ketahui (keberadaannya karena berbaur dengan orang-orang kafir, yaitu seandainya tidak dikhawatirkan) kamu akan membunuh mereka yang menyebabkan kamu ditimpa kesulitan tanpa kamu sadari, (maka Allah tidak akan mencegahmu untuk memerangi mereka. Itu semua) karena Allah hendak memasukkan siapa yang Dia kehendaki ke dalam rahmat-Nya.” (QS. Al-Fath [48]:25)
Ayat-ayat ini menunjukkan akan derajat Baginda Nabi Muhammad di sisi Allah. Mudah-mudahan kita semua mendapatkan keberkahan dan syafaat Rasulullah dunia ini dan sampai di akhirat.
Washallallahu Ala Sayyidina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam wal-Hamdulillahi Rabbil-Alamin…
_________________________________________________________________________________