
Baginda Nabi ﷺ adalah suri teladan yang terbaik buat semua suami di dunia. Berikut adalah beberapa kisah dan hadis tentang akhlak Rasulullah ﷺ sebagai seorang suami.
Pertama,Rasulullah ﷺ membantu istri di rumah. Shahabat al-Aswad pernah bertanya kepada Sayidah Aisyah, terkait kegiatan Nabi ﷺ di rumah. Sayidah Aisyah lalu menjawab:
كَانَ فِيْ مِهْنَةِ أَهْلِهِ، فَإِذَا حَضِرَتِ الصَّلَاةَ قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ
Sayidah ‘Aisyah menjawab: “Rasulullah biasa membantu pekerjaan keluarganya di rumah. Jika telah tiba waktu shalat, beliau berdiri dan segera menuju shalat.” (HR. Imam Bukhari)
Dalam hadis lain disebutkan:
مَا كَانَ إِلَّا بَشَرًا مِنَ الْبَشَرِ، كَانَ يُفْلِيْ ثَوْبَهُ، وَيَحْلِبُ شَاتَهُ، وَيُخْدِمُ نَفْسَهُ
“Tidaklah beliau itu seperti manusia pada umumnya, beliau menjahit bajunya, memerah kambing dan melayani dirinya sendiri.” (HR. Imam Tirmidzi)
Kedua,membelikan hadiah buat istri, sebagai perilaku seorang suami yang baik. Sayidina Amr ibn Umayyah pernah menghadiahkan buat istrinya pakaian. Saat ditanya oleh shahabat Nabi yang lain, beliau menjawab: “Aku hadiahkan pakaian buat istriku, dan hal ini sama seperti pahala sedekah.”
Saat diceritakan perkara ini kepada Rasulullah, Baginda ﷺ membenarkan tindakan Amr. Ini menggambarkan sumbangan atau perbelanjaan kita buat istri dan keluarga, jika diniatkan dengan tujuan yang betul, ia mengandung pahala yang sangat besar. Sabda Rasulullah ﷺ:
إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا سَقَى امْرَأَتَهُ الْمَاءَ أُجِرَ
“Sesungguhnya seorang laki-laki, jika memberikan air minum kepada istrinya, ia akan mendapatkan pahala.” (HR. Imam Thabarani)
Ketiga,Rasulullah ﷺ melindungi para istrinya. Ketika Sayidah Shafiyah diejek karena berketurunan Yahudi, Rasulullah ﷺ membujuk Sayidah Shafiyah dengan berkata:
إِنَّكِ ابْنَةُ نَبِيٍّ، وَإِنَّ عَمَّكِ لَنَبِيٌّ، وَإِنَّكِ لَتَحْتَ نَبِيٍّ
“Sesungguhnya kamu adalah anak (cucu) Nabi, pamanmu juga Nabi, dan suamimu juga Nabi.” (HR. Imam Ahmad)
Bujukan ini diberikan kepada Sayidah Shafiyah karena dia adalah keturunan Nabi Harun, pamannya adalah Nabi Musa, dan suaminya adalah Rasulullah Muhammad.
Keempat,Rasulullah ﷺ menyantuni istri-istrinya. Menurut Shahabat Anas bin Malik, beliau pernah melihat Rasulullah menyediakan tempat duduk buat Sayidah Shafiyah, supaya dapat duduk dalam keadaan yang nyaman. Baginda juga hanya duduk bertempat sedikit, supaya Sayidah Shafiyah dapat memijak lutut (kaki) Baginda untuk naik ke atas tunggangannya.
Dalam suatu perjalanan, Rasulullah pernah membawa Anjasyah sebagai penuntun unta bagi istri-istri Nabi. Ketika melihat Anjasyah membawa unta dengan cepat, Rasulullah memerintah Anjashah untuk memperlambat jalannya unta, khawatir keadaan tersebut dapat melukai istri Nabi. Sabda Rasulullah ﷺ:
رُوَيْدَكَ يَا أَنْجَشَةُ، سَوْقَكَ بِالْقَوَارِيرِ
“Pelankan sedikit wahai Anjashah, sesungguhnya (di atas tunggangan itu adalah wanita yang seperti) kaca-kaca (para istri Rasulullah).”
Kelima,Nabi Muhammad sangat mencintai istri-istrinya. Di dalam satu hadis, nabi pernah ditanya oleh Shahabat Anas bin Malik:
“Wahai Rasulullah, siapa di antara orang-orang yang paling engkau cintai?’ Beliau menjawab: ‘Aisyah!’” (HR. Imam Ibnu Majah)
Kebiasaan Rasulullah di waktu pagi ialah mengunjungi istri-istrinya, untuk memberi petuah dan menanamkan ajaran agama. Sayidah Aisyah berkata, “Rasulullah tidak pernah memukul siapa pun, baik itu istri-istrinya maupun pembantunya.” (HR. Imam Muslim)
Shahahat Anas bin Malik yang menjadi pelayan Rasulullah selama 10 tahun, ia pernah berkata, “Aku tidak pernah melihat seorang pria yang lebih sayang kepada anggota keluarganya, selain Nabi Muhammad.”
Keenam,Nabi Muhammad personifiasikan peran suami dan ayah secara sempurna. Beliau memperlakukan sangat baik istri dan anak serta cucunya. Dalam urusan duniawi, Rasulullah amat terbuka, tetapi serius dan bermartabat bila berurusan dengan Allah. Hebatnya, Rasulullah memainkan peran sebagai kepala rumah tangga, serta tidak melalaikan kewajibannya sebagai kepala negara dan pemimpin umat Islam.
Begitu juga Nabi Muhammad amat sangat mengingat kebaikan istri-istrinya, sebagaimana saat beliau mengenang kebaikan Sayidah Khadijah yang membuat Sayidah Aisyah cemburu. Sayidah Aisyah bercerita:
مَا غِرْتُ عَلَى امْرَأَةٍ لِرَسُوْلِ الله , كَمَا غِرْتُ عَلَى خَدِيْجَةَ لِكَثْرَةِ ذِكْرِ رَسُوْلِ اللهِ , إِيَّاهَا وَثَنَائِهِ عَلَيْهَا
“Aku tidak pernah cemburu kepada seorang pun dari istri Rasulullah seperti kecemburuanku kepada Sayidah Khadijah, karena Rasulullah banyak menyebut dan menyanjungnya.” (HR. Imam Muslim)
Terkadang Rasulullah menyembelih kambing, memotong-motongnya sendiri, kemudian mengirimnya kepada teman-teman Sayidah Khadijah.
كَأَنَّهَ لَمْ يَكُنْ فِي الدُّنْيَا امْرَأَةٌ إِلاَّ خَدِيْجَةُ؟ فَيَقُوْلُ: إِنَّهَا كَانَتْ وَكَانَتْ وَكَانَ لِي مِنْهَا وَلَدٌ
“Seakan-akan di dunia ini tidak ada wanita kecuali Khadijah?” Rasulullah menjawab, “Khadijah itu begini dan begitu, dan aku mendapatkan anak darinya.” (HR. Imam Bukhari)
Ini menunjukkan bahwa Rasulullah sangat mengenang kebaikan istrinya. Lalu, bagaimana dengan sosok-sosok suami di masa kini, apakah telah selah sesuai dengan prinsip suami ideal seperti Rasulullah? []