
Imam Ibnu Ishaq berkata, (hingga teks) telah meriwayatkan kepadaku Nabih bin Wahab, saudara dari Bani Abdid-Dar:
Saat Rasulullah datang membawa tawanan perang, beliau memetakkan mereka kepada beberapa shahabatnya. Rasulullah berpesan: “Perlakukanlah para tawanan ini dengan baik!”
Abu Aziz bin Umair (yang kafir) termasuk di antara tahanan tersebut. Dia adalah saudara kandung dari Mush’ab bin Umair (yang muslim).
Abu Aziz berkata: “Suruhlah saudaraku, Mush’ab bin Umair atau seorang dari kalangan Anshar agar menahanku (menjadi penjamin).”
Mush’ab malah menjawab: “Ikatlah kedua tanganmu, sebab ibunya orang kaya. Mungkin saja dia akan menebusmu.”
Abu Aziz berkata: “Wahai saudaraku, sedemikiankah perlakuanmu terhadapku?”
Mush’ab menjawab: “Dia (Abu Aziz) memang saudaraku, tapi bukan dirimu!”
Abu Aziz bercerita: “Waktu itu aku berada di tengah-tengah komunitas Anshar, ketika mereka kembali dari medan Badar. Tiap kali datang suguhan makan siang dan makan malam, mereka selalu memberiku roti. Padahal mereka sendiri mengkonsumsi kurma (masih dibawah standar roti), sesuai pesan Rasulullah kepada kami.”
“Tidak sedikit pun remahan roti tercecer dari tangan mereka (Anshar), melainkan mereka akan mengambil dan menyuapkannya kepadaku. Hingga aku merasa malu, maka aku berikan roti itu pada seorang di antara mereka. Ternyata ia juga mengembalikan roti yang telah ia pegang itu kepadaku.[1]
[1] Sirah Ibnu Hisyam, II/299-300; Sirah Ibnu Katsir, II/475; al-Ishabah, VII/130.