
Alhamdulillah wa Shallallahu wa Sallama Ala Sayidina Muhammadin wa ‘Ala Alihi wa Shahbihi wa Man Walah…
Pasal menerangkan tentang pengumuman dari Allah kepada makhluk-Nya akan dekatnya atau hubungan Nabi Muhammad, keagungan serta kekuasaan yang Allah berikan untuk beliau, serta Allah akan menghilangkan adzab disebabkan beliau Nabi Muhammad.
وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ ۚ
“Allah tidak akan meng-adzab kepada mereka, selagi kamu ada diantara mereka dan masih tersisa beberapa orang dari kalangan orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Anfal [08]:33).
Maka turunlah firman Allah:
وَمَا كَانَ ٱللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Allah juga tidak akan menyiksa mereka, sedangkan ada di antara mereka orang-orang yang beristighfar, orang yang meminta ampun.” (QS. Al-Anfal [08]:33).
Ayat ini juga sama dengan firman Allah:
لَوْ تَزَيَّلُواْ لَعَذَّبْنَا ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِنْهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا
“Seandainya mereka pergi (artinya orang-orang yang beriman itu pergi), maka kami akan mengadzab orang-orang yang kafir di antara mereka dengan azab yang pedih.” (QS. Al-Fath [48]:25).
Di sini juga ada firman Allah:
وَلَوْلَا رِجَالٌ مُّؤْمِنُونَ وَنِسَآءٌ مُّؤْمِنَٰتٌ لَّمْ تَعْلَمُوهُمْ أَن تَطَـُٔوهُمْ فَتُصِيبَكُم مِّنْهُم مَّعَرَّةٌۢ بِغَيْرِ عِلْمٍۢ ۖ لِّيُدْخِلَ ٱللَّهُ فِى رَحْمَتِهِۦ مَن يَشَآءُ
“Seandainya bukan karena tokoh-tokoh atau orang-orang yang beriman, laki-laki ataupun perempuan yang tidak mereka ketahui, maka akan ditimpakan musibah untuk mereka. Sehingga kalau seandainya Allah menurunkan musibah, maka mereka orang-orang yang beriman itu pun juga mendapat apa yang mereka dapatkan.” (QS. Al-Fath [48]:25)
Makanya kemaksiatan, dosa yang dilakukan terang-terangan, maka itu berpengaruh bukan hanya kepada dirinya sendiri, akan tetapi juga berpengaruh kepada yang ada di sekitarnya. Kalau turun adzab, maka akan terkena adzab. Ketika orang-orang mukmin berhijrah, maka turunlah ayat:
وَمَا لَهُمْ أَلَّا يُعَذِّبَهُمُ ٱللَّهُ
“Maka tidak ada alasan bagi Allah untuk menyiksa mereka.” (QS. Al-Anfal [08]:34)
Di dalam ayat-ayat ini merupakan ayat yang paling jelas, yang menunjukkan bagaimana Allah menampakkan posisi keagungan Nabi Muhammad. Allah menolak adzab dari penduduk Makkah disebabkan Nabi Muhammad berada di tengah-tengah, kemudian setelah Rasulullah hijrah masih ada tersisa orang-orang yang beriman, yang tidak bisa keluar dari kaum mustad’afin, orang-orang yang lemah karena tidak bisa dan tidak mampu untuk pergi berhijrah, baik karena ekonomi ataupun hal-hal yang lain.
Maka ketika Makkah enggak ada sama sekali orang-orang yang beriman—semuanya orang kafir—maka Allah menurunkan adzab kepada mereka. Dengan apa adzab itu? Dengan cara dikuasai oleh orang-orang yang beriman. Akhirnya menang, terjadilah kejadian yang disebut dengan Fathu Makkah. Seandainya masih ada di situ, karena sudah enggak ada sama sekali orang-orang yang beriman, maka akhirnya Allah turunkan adzab. Apa bentuk adzab itu? Kekalahan yang telak dan ditaklukkan dan tidak bisa mengembalikan hingga hari ini.

Kalau orang-orang Islam kalah di dalam beberapa peperangan itu, pada suatu saat nanti mereka akan kembali lagi, akan ditaklukkan kembali. Pokoknya sebuah negeri yang tadinya itu adalah orang-orang mukmin asalnya, kemudian ditaklukkan seperti Baitul Maqdis, dulu sempat ditaklukkan oleh orang-orang Romawi, orang-orang Eropa sempat menguasai Palestina selama kurang lebih daripada 200 tahun. Namun pada akhirnya Shalahuddin al-Ayubi sanggup untuk mengeluarkan mereka, balik lagi ke pangkuan Islam.
Makanya di dalam hukum fikih, negara yang pernah dikuasai oleh orang-orang Islam maka disebut dengan Darul Islam, meskipun setelah itu orang Islam terusir tapi negeri itu milik orang Islam, pada dasarnya milik kaum muslimin. Misalnya sekarang Spanyol, dulu mayoritas adalah agama Islam. Nah, bagaimana bisa jadi suatu saat nanti, kita akan menyaksikan bagaimana Spanyol itu kembali berada di kekuasaan orang-orang Islam, baik dengan cara Islamnya para penduduknya, atau memang ada sebuah kondisi yang membuat mereka beragama berpindah kepada agama Islam. Jadi tadinya Spanyol—Itu dulu Andalusia namanya—akhirnya balik kristen.
Sebelumnya negara orang-orang non-muslim, tapi dikuasai kembali. Dan orang-orang mukminin menguasai mereka, mengalahkan mereka, pedang-pedang kaum muslimin menentukan, ya kalah mereka (kafir Quraisy) hingga hari ini. Alhamdulillah, jadi belum pernah dan mudah-mudahan tidak akan pernah sampai hari kiamat Makkah dikuasai oleh orang-orang kafir. Dan mereka kaum mukminin menguasai tanah-tanah mereka, rumah-rumah mereka, pekarangan-pekarangan mereka, harta benda yang mereka tinggalkan akhirnya menjadi harta rampasan yang dikuasai oleh orang-orang yang beriman.
Intinya selagi ada Nabi Muhammad, maka tidak akan turun azab. Dengan apa keberadaan Nabi Muhammad untuk saat ini? Dengan menghidupkan sunah-sunah Nabi Muhammad. Kalau kita sanggup untuk menghadirkan Nabi Muhammad dalam hidup kita sehari-hari, tiap saat tiap waktu yang terlihat dalam benak kita apa yang dilakukan oleh nabi ketika punya keperluan ini, keperluan itu, kita menirunya semampu kita. Nabi kalau berbicara, nabi kalau bersama dengan teman-temannya bagaimana, itu yang diingat. Maka berarti nabi hidup di tengah-tengah kita, akhlak Nabi Muhammad kita hidupkan, etika Nabi Muhammad kita hidupkan, niat-niat Nabi Muhammad kita hidupkan.
Dalam ayat ini juga ada penafsiran yang lain, tapi di antara penafsirannya adalah yang disebutkan tadi tentang keutamaan Nabi Muhammad yang Allah tidak akan menyiksa satu kaum selagi Nabi Muhammad ada disitu. Rasulullah pernah bersabda:
أَنْزَلَ اللهُ عَلَيَّ أَمَانَيْنِ لِأُمَّتِيْ: وَمَا كَانَ اللهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيْهِمْ، وَمَا كَانَ اللهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ، فَإِذَا مَضَيْتُ تَرَكْتُ بِكُمُ الْإِسْتِغْفَارَ
“Allah menurunkan kepadaku dua keamanan bagi umatku, yang pertama dan yang kedua ayat QS. Al-Anfal [08]:33. Bilamana saya sudah meninggal, maka aku sisakan untuk mereka kalimat ‘istighfar’. Apapun bentuk azab yang dialami oleh seseorang, maka perbanyaklah membaca istighfar.”
منْ لَزِم الاسْتِغْفَار، جَعَلَ اللَّه لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مخْرجًا، ومنْ كُلِّ هَمٍّ فَرجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ
“Siapa yang membaca istighfar, akan Allah hilangkan segala masalah problem yang dia hadapi, kesumpekan-kesumpekan yang dia alami. Dan akan di kasih rezeki oleh Allah tanpa diduga-duga.” (HR. Imam Abu Daud)
Makanya kita diajarin untuk istighfar, terutama di waktu sahur, jangan sampai ditinggalkan. Di baca istigfar di waktu sahur waktu menjelang subuh, bacanya yang benar bukan sendirian, tapi mesti semuanya membaca doa-doa yang ada qiyamullail. Itu kalau kita membaca itu, doa-doa yang ada di qiyamullail, itu termasuk yang paling besar penyebab untuk mendapatkan futuh dari Allah. Jadi kita baca bareng-bareng, pelan-pelan, bukan dibaca hanya sekedar mengisi kegiatan, habis itu masing-masing atau sampai sampai tidur lagi, terus nunggu subuh. Jadi diatur, waktu paling tidak dimulai setengah jam sebelum adzan, baru dimulai.
Kalau misalnya adzan setengah 05.00, berarti dimulai jam 04.00. Bukan jam 03.00 sudah baca, habis itu ditinggal. Enggak gitu. Kalau bisa membaca istighfar itu menjelang sebelum waktu Fajar, tapi di akhir Lail. Kemudian setelah adzan membaca istighfar lagi, Subhanallah wa Bihamdihi Subhanallahil-Adzim, Astagfirullah. Setelah genap 100, yang mau melakukan shalat qabliyah, Qabliyatul-Fajr lakukan di situ, baru setelah itu baca doa Fajr. Atau boleh habis adzan, shalat dua rakaat, kemudian membaca istighfar dan tasbih, baru membaca doa Fajar. Fahimtum?
Jadi jangan setengah-setengah kalau mengamalkannya, jangan terlalu cepat-cepat, mau ke mana? Baca pelan-pelan, di hayati. Itu doa yang kita baca di qiyamullail luar biasa. Itu doa pilihan yang dipilih oleh al-Habib Umar dari para auliyaush-shalihin, dari doa-doa Nabi Muhammad. Mumpung kita punya kesempatan dan ada kondisi yang seperti ini. Sama dengan hal tersebut adalah firman Allah:
وَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَٰلَمِينَ
Artinya, Nabi Muhammad merupakan rahmat bagi alam semesta ini. Dengan rahmat Nabi Muhammad, maka Allah menunda hukuman yang seharusnya ditimpakan pada orang-orang kafir, untuk memberi kesempatan agar mereka bertobat. Kalau saat itu berdosa dan semakin dia kufur dan mengundang murka Allah, maka seketika didatangkan azab. Nauzubillah, seperti umat-umat terdahulu. Umat-umat terdahulu macam-macam, ada dijadikan kera,
كُوْنُوْا قِرَدَةً خَاسِئِيْنَ
“Jadilah kera yang menjijikkan.” (QS. Al-Baqarah [02]:65)
وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ حِجَارَةُ مِنْ سِجِّيْلٍ
“Diturunkan batu-batu yang membara untuk mereka.” (QS. Hud [11]:82)
Ada yang dibolak atau dibalik bumi itu, hancur kalau enggak beriman udah hancur. Ada dengan bermacam-macam hukuman dari Allah di dunia ini, belum lagi di akhirat lebih parah. Tapi untuk umat Nabi Muhammad, karena Rahmat beliau, baik orang yang beriman bahkan kepada orang yang tidak beriman sekalipun. Salah satu bentuk Rahmat Nabi Muhammad kepada orang-orang yang tidak beriman adalah ditundanya siksaan mereka di akhirat. Di dunia biarin, ada yang kaya raya, menikmatin dunia ini biar dia puas. Tapi nanti awas di akhirat, dia enggak dapat apa-apa. Nah, itu salah satu bentuk Rahmat dari Allah. Rasulullah bersabda:
أَنَا أَمَانَةٌ لِأَصْحَابِيْ
“Aku ini merupakan kedamaian, keamanan bagi sahabat-sahabatku.”
Apa maksudnya? Dari bid’ah, macam-macam bidah, dari ikhtilaf dan fitnah. Jadi nabi sebagai juru selamat. Nabi Muhammad merupakan keamanan yang paling agung, penyebab keselamatan yang paling agung, selagi beliau masih hidup. Selagi sunahnya Nabi Muhammad itu masih ada, maka berarti Nabi Muhammad masih ada. Bilamana sunah-sunah nabi itu sudah dilupakan mati, maka tunggu bala’ dan fitnah. Itu dikhawatirkan.
Makanya terjadinya fitnah seperti di Jazirah Arab sampai terjadi perang saudara, yang meninggal puluhan ribu, belum lagi yang terdampak secara ekonomi, secara kesehatan, orang mau berobat enggak ada. Waktu di Yaman, di Suriah beberapa waktu yang lalu. Penyebabnya apa awalnya? Di antara penyebabnya adalah meninggalkan sunah Nabi Muhammad, berupa tidak saling menghormati antar umat Nabi Muhammad, perang opini dan caci maki di sosmed, masih Facebook waktu itu. Ngomong begitu, akhirnya di antar mimbar, akhirnya yaudah mereka pegang senjata. Ya udah, saling tembak satu sama lain.
Terus begitu menjadi fitnah yang tidak berkesudahan, sehingga ribuan orang melayang nyawanya sia-sia. Yang membunuh siapa? Sesama Mukmin, sesama muslim, bukan perang sama orang kafir. Giliran sekarang orang-orang Israel, seenaknya membunuh saudara-saudara seiman, semuanya diam. Fahimtum? Wallahu a’lam bish-shawab…
Wa Ila Hadratin-Nabi Muhammadin Shallallallahu Alaihi Wasallam. Alfatihah…
__________________________________________________________________