Di dalam Al-Qur’an terdapat pengulangan kisah pada ayat dan surat yang berbeda. Misalnya kisah Nabi Musa yang termaktub dalam surat Al-Baqarah ayat 60, Al-Maidah ayat 21, Al-A‘raf ayat 117 dan 160, Thaha ayat 20, An-Naml ayat 10, dan beberapa ayat dalam surat Al-Qashash.

Tidak hanya pada ayat dan surat yang berbeda, pengulangan kisah juga ada yang di awal dan ada akhir surat. Mengenai hal ini, Syekh Manna Al-Qatthan dalam kitab Mabahits fi Ulumil Qur’an mengungkapkan:

يشتمل القرآن الكريم على كثير من القصص الذي تكرر في غير موضع، فالقصة الواحدة يتعدد ذكرها في القرآن، وتُعرض في صور مختلفة في التقديم والتأخير، والإيجاز والإطناب، وما شابه ذلك  

“Al-Qur’an banyak mengandung kisah-kisah yang diungkapkan secara berulang di tempat yang berbeda. Sebuah kisah berulang kali disebutkan dalam Al-Qur’an dan dikemukakan dalam berbagai bentuk yang berbeda. Ada yang didahulukan, ada pula yang diakhirkan. Ada yang diungkap secara ringkas dan ada pula yang diurai dengan panjang lebar, dan lain sebagainya.” (Manna’ Al-Qatthan, Mabahits fi Ulumil Qur’an, [Kairo, Maktabah Wahbah: t.t], halaman 302).

Al-Qur’an Menurut Al-Qatthan, adanya pengulangan kisah dalam Al-Qur’an ini memiliki hikmah tersendiri, di antaranya adalah sebagaimana berikut:

Balaghah Tingkat Tinggi

Pengulangan kisah menunjukkan balaghah Al-Qur’an dalam tingkat tinggi. Di antara keistimewaan balaghah adalah mengungkapkan sebuah makna dalam bentuk yang berbeda. Ungkapan kisah yang berulang dalam Al-Qur’an dikemukakan di setiap tempat dengan gaya bahasa yang berbeda dan juga diformulasikan dalam format yang berbeda. Hal ini bisa membuat orang yang membacanya menjadi tidak bosan bahkan bisa menambah makna-makna baru setiap kali membacanya.

Bukti Mukjizat

Pengulangan kisah menjadi bukti kemukjizatan Al-Qur’an yang berhasil mengemukakan suatu makna dalam berbagai susunan kalimat. Hal inilah yang tidak dapat dilakukan oleh sastrawan Arab. Kondisi ini kemudian menjadi bukti bahwa Al-Qur’an itu adalah mukjizat yang datang dari Allah, bukan karangan manusia.

Lebih Melekat pada Jiwa

Adanya pengulangan kisah dalam Al-Qur’an bertujuan agar pesan-pesan yang ingin disampaikan bisa lebih berkesan dan melekat dalam jiwa. Metode pengulangan bisa menjadi salah satu cara untuk pemantapan nilai. Misalnya kisah Nabi Musa dan Firaun, kisah ini menggambarkan tentang pergulatan antara kebenaran dan kebatilan, pada akhirnya kebenaran yang menjadi pemenangnya.

Tujuan Berbeda

Setiap kisah yang termaktub dalam ayat atau surat yang berbeda memiliki maksud dan tujuan yang juga berbeda dan disesuaikan dengan konteksnya masing-masing. Sebagian makna diuraikan dalam satu ayat, makna-makna lain dikemukakan dalam ayat yang juga berbeda. (Al-Qatthan, 302-303).

Itulah 4 hikmah adanya pengulangan kisah dalam Al-Qur’an, yaitu menunjukkan balaghah tingkat tinggi, menjadi bukti kemukjizatan Al-Qur’an, pesan yang disampaikan bisa lebih melekat, dan mempunyai maksud dan tujuan yang berbeda. Wallahu a‘lam.​​​​​​​

Penulis : Ustadz Muhammad Aiz Luthfi, Pengajar di Pesantren Al-Mukhtariyyah, Al-Karimiyyah, Subang, Jawa Barat.

_________________________________________________________________

Sumber: https://islam.nu.or.id/tafsir/4-hikmah-pengulangan-kisah-dalam-al-qur-an-xTfxn