Sayyid Muhammad Yusuf Aidid

Sifat alamiyah manusia dalam hidup berdampingan yaitu rasa kasih sayang satu sama lain. Konflik bukanlah sifat alamiyah manusia, jika terjadi konflik maka kita perlu solusi. (Habib Umar bin Hafidz)

Pendahuluan

Penyebaran Islam di Asia Tenggara mirip dengan penetrasi Islam ke Nusantara. Masuknya tanpa pergolakan politik atau tidak melalui ekspansi pembebasan yang melibatkan kekuatan militer, pergolakan politik atau pemaksaan struktur kekuasaan dan regulasi-regulasi masyarakat dari luar negeri. Melainkan Islam masuk ke wilayah tersebut melalui jalur perdagangan, perkawinan, dakwah, dan pembauran dengan masyarakat pribumi. Hal ini disebutkan oleh Thomas W. Arnold. Dalam buku klasiknya, The Preaching of Islam, Arnold menyimpulkan bahwa penyebaran dan perkembangan historis Islam di Asia Tenggara berlangsung secara damai. (Thomas W. Arnold: 1950:42)

Salah satu metode penyebaran agama Islam di Asia Tenggara dilakukan dengan cara dakwah. Dakwah tersebut dilakoni oleh para guru dan juru dakwah professional dengan kompetensi keilmuan Islam yang diakui. Azyumardi Azra mengatakan bahwa mereka secara khusus memiliki misi khusus yaitu menyebarkan agama Islam. Kemungkinan hal ini didasarkan pada riwayat-riwayat yang dikemukakan historiografi Islam klasik, seperti misalnya Hikayat Raja-raja Pasai (ditulis setelah 1350 M), Sejarah Melayu (ditulis setelah 1500 M) dan Hikayat Merong Mahawangsa (ditulis setelah 1630). (Azyumardi Azra: 2009:29).

Keberhasilan dakwah Islam yang masuk ke Asia Tenggara yaitu saluran dakwah wasathiyyah. Sebab dakwah tersebut sesuai dengan karakteristik masyarakat Asia Tenggara yang damai, ramah, dan toleran. Maka dakwah wasathiyah inilah yang memunculkan paradigma Asia Tenggara adalah “Islam yang lebih lunak”, “Islam yang lebih moderat”, “Islam yang lebih toleran”, dan “Islam yang lebih akomodatif”. Sikap akomodatif tersebut dengan pendekatan tasamuh, tawazun, dan tawasuth yang telah memberikan “ruang dialog” bagi semua komunitas yang ada saat itu untuk mencerna agama baru di Nusantara.

Perkembangan dakwah wasathiyyah ini berimplikasi kepada ketiga negara dengan mayoritas umat muslim diantaranya, Indonesia, Brunai Darussalam, dan Malaysia. Menurut data statistik, perkiraan populasi Muslim di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 87% dari total populasi. Sementara itu, International Religious Freedom Report for 2020, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat melaporkan, berdasarkan sensus terbaru, tahun 2011, sebanyak 78,8% penduduk Brunei Darussalam adalah Muslim, 8,7% Kristen, dan 7,8% Buddha, sedangkan sisanya 4,7% terdiri dari agama lain dan kepercayaan. Negara kawasan Asia Tenggara dengan penduduk mayoritas beragama Islam selanjutnya adalah Malaysia. Pada tahun 2020, Statista memperkirakan pemeluk Islam di Malaysia mencapai 66% dari populasi yang ada. (https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5718027/3-negara-di-asia-tenggara-dengan-penduduk-mayoritas-islam diunduh pada Ahad, 27 November 2022 pukul 16:32)

Al-Habib Umar bin Hafidz, seorang tokoh ulama asal Hadramaut, Yaman, salah satu ikon juru dakwah wasathiyyah di dunia. Ia telah mencetak para da’i moderat yang tersebar di beberapa negara termasuk di wilayah Asia Tenggara. Sampai-sampai ia mendirikan Majelis Muwasolah Bainal Ulamai’ al-Muslimin, sebagai wadah yang mengumpulkan para murid dan pecintanya dengan tujuan dakwah wasathiyah tersebut. Ia berkata, “Tujuan utama dalam mendirikan Majelis seperti ini bukanlah untuk membuat suatu gerakan baru, organisasi baru, partai baru, atau hal-hal serupa itu… Tetapi maksud dan tujuan dibentuknya Majelis ini adalah untuk  melaksanakan kerja aktif dalam dakwah yang murni dan sesuai dengan situasi dan kondisi Ummat.” (https://majelisalmuwasholah.com/ diunduh pada Ahad, 27 November 2022 pukul 21:36)

Dakwah Wasathiyyah Habib Umar bin Hafidz di Asia Tenggara

Kata Dakwah berasal dari bahasa Arab yaitu da’aa- yad’u- da’watan. Da’watan secara etimologi yaitu Panggilan atau ajakan (Alwisral Imam Zaidallah:2022:1). Panggilan atau ajakan ini untuk ke jalan Allah atau sabilillah. Sebagaimana hal tersebut telah termaktub di dalam al-quran:

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.”(QS An-Nahl [16]:125)

Syekh Wahbah Zuhaili di dalam kitab “Tafsir Munir” menjelaskan bahwa pada QS An-Nahl/16:125 adalah perintah Allah kepada Nabi Muhammad untuk ud’u (mengajak) kepada manusia lainnya untuk ke agama Allah. Adapun cara mengajaknya yaitu dengan dalil yang jelas dengan tujuan kebenaran serta tertata dengan permisalan. Selain itu cara mengajaknya juga dengan nasihat, penyampaian-penyampaian yang bermanfaat, dan perkataan yang ringan. Imam Nashr al-Din Al-Baidowi menyatakan dakwah pada ayat tersebut ada dua makna. Makna yang pertama dakwah khusus kepada penuntut ilmu dengan kebenaran dan ketegasan. Makna yang kedua yaitu dakwah dengan nasihat yaitu kepada orang-orang awam. Adapun jika berdebat dengan orang yang keras kepala yaitu dengan bantahan yang ringan, bantahan yang lembut, bantahan yang elegan, dan bantahan yang mudah dimengerti. (Wahbah Zuhaili:2009:591)

Dakwah menurut Muhammad Natsir ialah usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat manusia konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini, dan yang meliputi al-amar bi al-ma’ruf an-nahyi an almunkar dengan berbagai macam cara dan media yang diperbolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya dalam perikehidupan bermasyarakat dan perikehidupan bernegara. (Samsul Munir Amin:2009:3)

Definisi dakwah di atas mengisyaratkan bahwa dakwah itu sebenarnya komunikasi yang islami. Maka seorang pendakwah (da’i) harus memperhatikan unsur-unsur komukasi tersebut. Unsur-unsur komunikasi yaitu sumeber komunikasi, komunikator, pesan komunikasi, media, komunikan, tujuan, dan akibat. (Kustadi Suhandang:2013:19)

Dakwah Islamiyah masa kini mengangkat segala persoalan hidup manusia dan peristiwa di alam semesta ini, yang dihadapkan pada tugas dakwah islamiyah pada umumnya, khususnya pada juru dakwahnya. Dalam dunia komunikasi, sumber komunikasi dimaksudkan sebagai segala macam hal yang menjadi latar belakang masalah ataupun pokok pembicaraan, baik berupa data, fakta, maupun fenomena yang terjadi di alam semesta ini. (Kustadi Suhandang:2013:19)

Selain itu, komunikator atau para juru dakwah berinisiatif untuk menyampaikan pesan dakwahnya, maka dari kacamata komunikasi, para da’i tersebut merupakan komunikator dalam kegiatan dakwahnya. Ali Hasjmy mengatakan seorang da’i harus mempunyai beberapa kriteria. Kriteria tersebut diantaranya: (Ali Hasjmy:1974:115)

  1. Ia harus benar-benar beriman kepada Allah
  2. Ia harus mengerjakan amal saleh dalam arti seluas-luasnya
  3. Mereka harus menyembah hanya kepada Allah
  4. Ia sama sekali tidak boleh mempersekutukan Allah dengan apapun juga.

Pesan komunikasi dalam kegiatan dakwah sudah jelas berisikan ajaran Islam, baik berupa akidah, ibadah, muamalah, dan akhlak yang diajarkan Allah dalam al-quran melalui rasul-Nya. Ajaran tersebut tidak terbatas pada teori saja, melainkan juga berupa perbuatan juru dakwah sendiri dalam mengamalkan ajaran Islam itu sendiri sehingga dikenal pula dalam pelaksanaan dakwahnya yaitu dakwah bi al-hal. Oleh karena juru dakwah itu sendiri bisa dianggap sebagai pesan atau materi dakwah yang harus dikomunikasikan. Singkat kata, juru dakwah merupakan pesan dakwah. (Kustadi Suhandang:2013:22-23)

Materi dakwah yang memesona audiens yaitu pesan seputar kehidupan sehari-hari, dan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Maka dari itu pendakwah harus menyiapkan materi dahulu sebelum menyampaikan message-nya kepada para penyimak dan pendengarnya. Jika materi itu disampaikan secara mudah dan jelas maka mereka akan serius dalam menyimaknya. Di sisi lain para da’i harus memperhatikan durasi dalam menyampaikan nasehat agama. Keseriusan pemirsa dalam menyimak penceramah biasanya 30 sampai 40 menit. Paling lamanya yaitu satu jam.

Media komunikasi baik persona atau massa bisa dipakai untuk menyampaikan dakwah atau ceramah, tulisan atau buku-buku, seni bahkan musik bisa dijadikan media untuk menggomunikasikan pesan dakwah. Apalagi di era revolusi industry 4.0, era digitalisasi, media dakwah bisa disampaikan melalui media sosial. Sebab aktivitas manusia dimanapun dan kapanpun selalu bersama gadget. Sehingga bisa dikatakan para da’i harus memanfaatkan media sosial sebagai sarana dalam menyampaikan pesan agama dengan baik.

Komunikan adalah pihak yang didatangi oleh pesan komunikasi atau pihak yang menerima pesan komunikasi sebagai sasaran komunikasi untuk tujuan tertentu. Dalam hal ini, pihak penerima pesan komunikasi ialah semua orang yang dijadikan sasaran oleh komunikator, sasaran penyampaian pesan komunikasinya. Demikian pula halnya dengan sasaran dakwah, pada dasarnya merupakan komunikan dari kegiatan dakwah tersebu, dan sesuai dengan bahasa orang-orang yang dijadikan sasara dakwah itu yang lazim disebut ma’du. (Kustadi Suhandang:2013:22-23)

Tujuan komunikasi atau dakwah islamiyah digariskan sebagai titik tuju dakwah islamiyah, yaitu memberi pengertian kepada umat manusia agar mengambil segala ajaran Allah yang terkandung dalam al-quran dan mengikuti tuntunan rasulullah. Realitanya, tujuan dakwah tiada lain mengajak manusia berjalan di jalan Allah dan menginternalisasi akhlak rasulullah bukan mengajak komunikan untuk masuk dalam satu kelompok dan golongan tertentu. Sehingga ada upaya bagi komunikan untuk mengubah sikap, sifat, dan prilakunya untuk menjadi lebih islami lagi.

Akibat yang diinginkan dalam dakwah islamiyahyaitu umat yang berjalan di atas jalan Allah ke arah yang lebih islami, seperti yang telah diungkap pada paragraf sebelumnya. Namun atas pengaruh waktu dan tempat, serta strategi yang digunakan para da’i, belum tentu tujuan tadi dapat tercapai. Maka seorang da’i harus memperhatikan isi dan konten dakwah tersebut. Konten tersebut lebih ditekankan kepada sifat Allah yang maha Rahman dan Rahim, dan sifat rasulullah yang penyabar, penyayang, dan pemerhati kepada umatnya. (Abdillah Toha:2020:279)

Habib Umar bin Hafidz sebagai founding Darul Mustofa Institute, sebagai tokoh yang berpengaruh di dunia telah mencetak da’i-da’i yang wasath (moderat). Prinsip tarbiah dan pendidikannya yang telah dipatrikan dan ditanamkan kepada murid-muridnya yaitu ilmu, suluk, dan dakwah. Dakwahnya yang moderat diterima oleh semua kalangan baik orang-orang muslim dan orang-orang non-muslim. Terbukti Habib Umar tergabung dalam penandatanganan dokumen ‘A Common Word Between Us and You’, yang membangun jembatan antara umat Islam dan Kristen. Ia juga sempat menjadi narasumber di Universitas Cambridge berkaitan dengan topik tersebut (https://www.cnnindonesia.com/internasional/20220414151851-120-784920/habib-umar-bin-hafidz-ulama-yaman-diyakini-trah-nabi-muhammad. Diakses pada 28 November 2022 pukul 09:30).

Dakwah wasathiyyah mengacu kepada firman Allah,

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا ۗ

“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.” (QS Al-Baqarah [2]:143).

Penyematan wasathiyyah pada dakwah tersebut menunjukan dakwah tersebut harus bersifat humanis dan sesuai pada lingkungan sosial. Sebagaimana Islam adalah agama yang wasath (moderat), agama yang berasaskan sebuah keadilan, membenci tatharruf(penyimpangan dalam beragama) dan ghuluw (terlalu mengada-ada di dalam masalah agama). Selain itu pada prinsip wasathiyyah itu selalu mengajak manusia untuk mempermudah masalah dan memiliki kasih sayang sesama manusia. (Mahmud Hamdi Zaqzuq:2003:42)

Azyumardi Azra menganjurkan agar para ustadz bisa menerapkan Islam wasathiyyah dalam melakukan dakwah, dalam arti harus cocok dengan lingkungan tempat tinggal mereka, baik internal muslim maupun non muslim baik materinya maupun cara menyampaikan dakwah (http://ppim.uinjkt.ac.id. Diakses pada 28 November 2022). Sedangkan Ma’ruf Amin berpendapat bahwa dakwah Islam wasatiyyah itu tidak bersifat tekstual tidak pula liberal, kembali ke jati diri bangsa, yakni dakwah Islam yang rahmatan li al-a’lamin (http://republika.co.id. Diakses pada 28 November 2022). Karena wasathiyyah menurut Habib Umar bin Hafidz merupakan sebuah pemahaman yang luas terhadap syariat Allah yang sangat luas dan datang dari Allah Yang Maha Luas, dalam hal yang dikehendaki Allah agar kita menegakkannya. Baik itu berupa norma-norma hubungan sesama manusia, atau bahkan juga cara pandang dan gambaran mereka terhadap berbagai hal. Hal itu agar landasan pola pandang kita memiliki dari akal pikiran dan syariat. Sebab akal pikiran merupakan sarana untuk memahami, mengaplikasikan dan mengejawantahan syariat.

Senada dengan hal di atas, M. Quraish Syihab menyatakan bahwa dakwah wasathiyyah adalah mengajak manusia ke jalan Allah atau kepada Islam dengan perkataan dan perbuatan dengan cara yang adil dan terbaik yang ditandai dengan iman, ilmu/pengetahuan, kebaikan dan berkeseimbangan, menjauhi ekstrimisme terhadap diri dan pihak lain, juga menghindari sikap penggampangan dalam segala bidang kehidupan. (M. Quraisy Shihab:2019:187-188)

Dengan kata lain dakwah wasathiyyah merupakan dakwah yang cocok dan tepat dilakukan di wilayah Asia Tenggara. Hal tersebut disebabkan heterogenitas masyarakat Asia Tenggara seperti kebinekaan suku, budaya, ras, dan agama. Selain itu, dakwah tersebut tidak memaksa dan tidak juga berlebih-lebihan di dalam penyampaiannya, namun termin tersebut juga melarang sikap semena-mena (Ali Mustafa Yaqub:1997:73). Sehingga dakwah tersebut punya daya tarik terhadap orang-orang awam dan orang non-muslim, sebagai komunikan, untuk terus mengikuti dakwah islamiyah bahkan mengimplementasikan dakwah tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Dakwah moderat Habib Umar bin Hafidz tertuang dalam bentuk dakwah lisan, dakwah tulisan, dan dakwah melalui sikap keteladananya. Di salah satu forum dialog antara ia dengan para dosen Pendidikan Agama Islam Se-Indonesia menyatakan bahwa rasulullah Saw adalah sosok yang paling mematuhi perintah Allah dan yang paling paham atas wahyu-Nya serta mengimplementasikannya di dalam kehidupannya. Lantas, tugas para guru dan pendidik agama Islam untuk menjelaskan ayat-ayat yang ada di dalam al-quran dengan baik dan benar . Bukan hanya sampai disitu saja bahkan para pendidik tersebut harus menelisik sejarah turunnya dan penerapannya serta bagaimana interaksi antara beliau (rasulullah) dengan berbagai orang-orang kafir . Lalu belum lagi ditambah cara ia menghadapi orang-orang munafik yang ada di sekitarnya. Apakah rasulullah keras kepada mereka? Padahal ia yang paling mengetahui substansi ayat-ayat al-quran. Kemudian ketika ada QS At-Taubah/9:123 yang berbunyi, “Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertakwa.” Beliau paling memahami cara menerapkan ayat yang tersebut sesuai dengan kehendak sang Ilahi. (https://www.youtube.com/watch?v=0eZ2fqjGiLA&t=1001 diakses pada 28 November 2022 pukul 22:08)

Dakwah moderat Habib Umar bin Hafidz di Thailand, “Sifat alamiyah manusia dalam hidup berdampingan yaitu perlu rasa kasih sayang satu sama lain. Konflik bukanlah sifat alamiyah manusia, jika terjadi konflik maka kita perlu solusi. Dosa-dosa besar pada diri manusia setelah kufur dan syirik yaitu membunuh jiwa yang diharamkan untuk dibunuh.” Kemudian ia mengutip hadis Nabi Muhammad, “Seorang mu’min senantiasa berada dalam kelapangan dalam agamanya selama dia tidak menumpahkan darah yang haram.” (https://www.youtube.com/watch?v=8j6yw2Mai6M diakses pada 28 November 2022 pukul 22:22)

Kedua tausyiah Habib Umar bin Hafidz di atas mengisyaratkan bahwa dakwah wasathiyyah membagun dan mewujudkan kedamaian dan persaudaraan, baik persaudaraan sesama muslim maupun persaudaraan antar umat beragama. Konsep tersebut sesuai yang telah termaktub di dalam al-quran. Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara” (QS al-Hujurat/49:10). Di sisi lain persaudaraan atas nama kemanusiaan didasari oleh asas seluruh manusia diciptakan oleh Tuhan. Sehingga satu sama lain menghargai dan menghormati hak-haknya selama toleransi berjalan baik dan lancar (Mahmud Hamdi Zaqzuq:2003:112). Sebagaimana Allah berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.”

Kesimpulan

Penyebaran agama Islam di Asia Tenggara mirip dengan masuknya Islam di Indonesia. Proses penyebarannya tanpa pergolakan politik atau tidak melalui ekspansi pembebasan yang melibatkan kekuatan militer. Salah satu metode desemininasinya yaitu melalui saluran dakwah. Dakwah yang cocok di wilayah strategis tersebut yaitu dakwah wasathiyyah (dakwah moderat). Sebab dakwah tersebut tidak memaksa dan tidak juga berlebih-lebihan di dalam penyampaiannya, namun termin tersebut juga melarang sikap semena-mena.

Habib Umar bin Hafidz, salah satu juru dakwah asal Hadramaut, Yaman, pernah singgah di beberapa negara di ASEAN. Dakwahnya yang moderat, sehingga ia diterima di semua negara bahkan Asia Tenggara. Bukan hanya itu ia telah mencetak da’i-da’i yang moderat di wilayah tersebut sebagai pembawa misi nabi Muhammad yaitu menyebarkan Islam Rahmatan lil a’lamin. Islam yang membawa pesan-pesan kasih sayang dan kedamaian kepada seluruh alam, melalui pondasi hablun min al-Allah, hablun min al-nas, hablun min al-a’lam.

Pesan dakwah wasathiyyah Habib Umar bin Hafidz di Indonesia dan Thailand yaitu mempererat tali ukhuwah dan mengedepankan sisi kemanusian. Oleh karena dakwah tersebut mendatangkan perdamaian dan mencegah konflik. Sehingga wilayah Asia Tenggara menjadi wilayah yang aman, damai, dan tentram.

Tentang Penulis

Sayyid Muhammad Yusuf lahir di Jakarta, 24 Desember 1987. Ia meraih Diploma III dari Jurusan Bahasa Arab Universitas Indonesia (2008), S-1 dari Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Arab Universitas Negeri Jakarta, S-2 dari Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia, dan proses Doktoral di Institute Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran. Pendidikan non-formalnya di bidang bahasa Arab juga pernah ditempuh di Majelis Al-Afaf pimpinan Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf.

Selain itu Sayyid Yusuf juga mengajar mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di beberapa perguruan tinggi yaitu Universitas Indonesia dan Politeknik Negeri Jakarta. Pengalamannya di organisasi tercatat sebagai Ketua di Al-Ghanna Intitute, Wakil Ketua di Persatuan Dosen Agama Islam Nahdatul Ulama (PERSADA NU), dan Wakil Ketua IV di Assosiasi Dosen Pendidikan Agama Islam Seluruh Indonesia (ADPISI) DPW JABODETABEK.

Tulisan-tulisannya bergenre tasawuf dimuat di Risalah NU, iqra.id, islamina.id, islami.co, dan hikmahalawiyah.org, laduni.id. Bila dilihat tulisan-tulisannya menyasar kalangan generasi milenial, bahasanya mudah, jelas, dan menarik.

Daftar Pustaka

Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII (Jakarta:Kencana,2013)

Azra, Azyumardi. Renaisans Islam Asia Tenggara, Sejarah Wacana dan Kekuasaan, (Bandung: Rosdakarya, 1999)

Bin Hafidz, Habib Umar. al-Wasathiyyah fi al-Islam(Jakarta: Nurani Publishing, 2003)

Imam Zaidallah, Alwisral. Strategi Dakwah Dalam Membentuk Da’i dan Khotib Professional, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002

Munir Amin, Samsul. Ilmu Dakwah (Jakarta: AMZAH, 2009)

Shihab, M. Quraish. Wasathiyyah: Wawasan Islam tentang Moderasi Beragama (Tangerang: Lentera Hati, 2019)

Toha, Abdillah. Buat Apa Beragama? Renungan Memaknai Religiusitas di Tengah Kemoderenan (Jakarta:Mizan, 2020)

W. Arnold, Thomas. The Preaching of Islam, London, 1950

Yaqub, Ali Mustafa. Sejarah dan Metode Dakwah Nabi (Jakarta:Pustaka Firdaus, 1997), h. 73

Zaqzuq, Muhammad Hamdi. al-Haiah al-Mushriyyah al-Ammah Li al-Kitab (Egypt:Shouruk, 1998)

Zuhaili, Syekh Wahbah. Tafsir Munir Jilid VII, (Cairo:al-Quds,2009)

Website

https://www.youtube.com/watch?v=0eZ2fqjGiLA&t=1001 diakses pada 28 November 2022 pukul 22:08

https://www.youtube.com/watch?v=8j6yw2Mai6M diakses pada 28 November 2022 pukul 22:22

Azyumardi Azra-PPIM UIN Jakarta‛. Dalam http://ppim.uinjkt.ac.id. Diakses pada 28 November 2022