Kewajiban Nafkah Seorang Ayah

Salah satu tanggung jawab utama seorang ayah adalah memberikan nafkah kepada anak-anaknya. Ini adalah kewajiban yang tidak hilang meskipun sang ayah telah bercerai dengan istrinya. Dalam Al-Qur’an, terdapat penegasan mengenai kewajiban nafkah ini dalam Surah Ath-Thalaq, ayat 6:

فَاِنْ اَرْضَعْنَ لَكُمْ فَاٰتُوْهُنَّ اُجُوْرَهُنَّۚ

“Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)-mu, maka berikanlah imbalannya kepada mereka.”

Imam Ath-Thabari dalam Tafsirnya menjelaskan bahwa ketika seorang ayah memiliki anak, ia harus menyediakan tempat tinggal dan nafkah yang layak, serta memperlakukan mantan istrinya dengan baik selama proses ini. Kewajiban ini tetap ada bahkan dalam situasi sulit.

Hadis Sebagai Landasan

Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim juga menegaskan pentingnya nafkah. Dalam sebuah kisah, Hindun binti Utbah mengadu kepada Rasulullah tentang suaminya, Abu Sufyan, yang tidak memberikan nafkah yang cukup. Nabi Muhammad memberikan solusi dengan berkata:

خذِي مَا يَكْفِيكِ وَوَلَدَكِ بِالْمَعْرُوفِ

“Ambillah apa yang mencukupi untukmu dan anakmu dengan cara yang baik.” (HR. Imam Bukhari-Muslim)

Ini menunjukkan bahwa seorang ayah harus memastikan nafkahnya cukup dan layak, dan jika tidak mampu, kebutuhan anak tetap harus dipenuhi dengan cara yang baik.

Syarat Kewajiban Nafkah

Namun, ada syarat yang harus dipenuhi dalam memberikan nafkah. Pertama, ayah harus memiliki penghasilan yang memadai. Jika seorang ayah tidak mampu secara fisik atau mental, tanggung jawab nafkah bisa beralih kepada pihak lain. Kedua, penting untuk memastikan bahwa nafkah tersebut berasal dari sumber yang halal. Hal ini penting karena makanan dan minuman yang berasal dari nafkah haram dapat mempengaruhi kehidupan anak, baik di dunia maupun di akhirat.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda:

مَنْ نَبَتَ لَحْمُهُ مِنَ السُّحْتِ فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِ

“Siapa yang dagingnya tumbuh dari pekerjaan yang tidak halal, maka neraka pantas untuknya.”

Hal ini menekankan betapa seriusnya dampak nafkah yang tidak halal terhadap kehidupan anak.

Dampak Nafkah Haram

Seorang ayah harus sangat berhati-hati dalam memastikan bahwa makanan yang diberikan kepada anak sepenuhnya halal. Makanan yang haram dapat menyebabkan anak berperilaku nakal dan durhaka. Imam Murtadha Az-Zabidi dalam Ittihafus Sadatil Muttaqin menjelaskan:

من أكل الحرام عصت جوارحه شاء أم أبى

“Siapa pun yang memakan makanan haram, maka anggota tubuhnya akan berbuat maksiat, baik dia mau ataupun tidak.”

Contoh Keteladanan

Kisah sahabat Nabi, Abu Dujanah, memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga kehalalan nafkah. Meskipun ia dalam keadaan miskin dan anak-anaknya sering kelaparan, ia tetap menolak memberikan makanan haram kepada anaknya. Ia mengatakan:

حتى nyawamu lepas pun, aku tidak akan rela meninggalkan harta haram dalam perutmu.

Ketika mengetahui anaknya mengonsumsi kurma jatuh dari tetangga, ia segera mengeluarkannya, menegaskan komitmennya untuk tidak membiarkan haram memasuki tubuh anaknya.

Dampak Positif Nafkah Halal

  1. Kesejahteraan Keluarga: Nafkah halal memastikan bahwa keluarga mendapatkan kebutuhan dasar dengan cara yang baik, menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman.
  2. Keberkahan: Nafkah yang diperoleh dari cara yang halal sering kali membawa keberkahan, baik dalam bentuk finansial maupun dalam kehidupan sehari-hari.
  3. Kesehatan Spiritual: Mengonsumsi makanan dan minuman halal mendukung kesehatan spiritual dan mendekatkan diri kepada Allah. Ini meningkatkan rasa syukur dan kepuasan dalam hidup.
  4. Pendidikan yang Baik: Anak-anak yang dibesarkan dengan nafkah halal cenderung mendapatkan pendidikan yang baik dan nilai-nilai moral yang positif.
  5. Hubungan yang Harmonis: Nafkah yang halal dapat memperkuat hubungan dalam keluarga, meningkatkan kepercayaan dan rasa saling menghargai antar anggota keluarga.
  6. Contoh yang Baik: Ayah yang memberikan nafkah halal menjadi teladan bagi anak-anaknya dalam hal etika dan moralitas, membentuk generasi yang lebih baik.

Dampak Negatif Nafkah Haram

  1. Kehilangan Keberkahan: Nafkah yang diperoleh dari sumber haram sering kali tidak membawa berkah, dan dapat mengakibatkan kesulitan di berbagai aspek kehidupan.
  2. Perilaku Negatif Anak: Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan dengan nafkah haram mungkin terpengaruh untuk berperilaku nakal, seperti ketidakpatuhan dan kurangnya rasa hormat.
  3. Kesehatan Mental dan Spiritual: Mengonsumsi makanan haram dapat mengganggu kesehatan mental dan spiritual, mengakibatkan rasa tidak tenang dan jauh dari Allah.
  4. Konsekuensi Hukum: Nafkah yang diperoleh secara tidak halal dapat membawa dampak hukum, yang berpotensi menjerumuskan keluarga ke dalam masalah hukum.
  5. Kerusakan Hubungan Keluarga: Nafkah haram dapat menyebabkan konflik dalam keluarga, mengurangi kepercayaan, dan menciptakan ketidakpuasan di antara anggota keluarga.
  6. Siklus Ketidakberuntungan: Kebiasaan mengandalkan nafkah haram dapat menciptakan siklus ketidakberuntungan, di mana anggota keluarga terus-menerus menghadapi kesulitan dan tantangan hidup.

Memastikan nafkah yang halal sangat penting untuk kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga. Sebaliknya, nafkah haram dapat memiliki konsekuensi yang merugikan tidak hanya untuk individu tetapi juga untuk seluruh keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu, sangat penting untuk menjaga integritas dalam cara mencari nafkah demi masa depan yang lebih baik.

Dengan itu semua kita belajar betapa pentingnya menjaga integritas dan kehalalan dalam hal nafkah. Seorang ayah harus berusaha sekuat tenaga untuk memastikan bahwa semua yang dikonsumsi keluarganya bersumber dari yang halal. Dengan cara ini, rahmat Allah akan senantiasa tercurah kepada keluarga dan generasi penerus. Semoga kita semua diberikan kekuatan untuk menjalankan amanah ini dan dijauhkan dari segala hal yang haram. Wallahu A’lam.