
“Apakah engkau melihat sesuatu? Kembalilah dan hancurkan,” perintah Rasulullah pada Khalid ibn Walid setelah pembebasan kota Makkah.
Khalid ibn Walid pun kembali ke Nakhlah. Di antara puing reruntuhan tempat itu, ia temukan seorang perempuan hitam yang mengerikan. Ia lalu memenggalnya dan melaporkan kembali pada Rasulullah. “Itulah al-‘Uzza. Ia tidak akan disembah manusia lagi selamanya.”
Di waktu yang bersamaan, Rasulullah juga mengutus Amr bin Al-Ash untuk menghancurkan berhala Suwa yang disembah Suku Hudzail dari Madarakah, yang terletak di Yanbu’, dekat Madinah.
Lalu berhala Manah yang sebelumnya dimuliakan kalangan Anshar dan Khazraj, dihancurkan Sa’ad bin Zaid al-Asyhaly. Manah adalah berhala bangsa Arab yang tua. Berhala itu diletakkan di tepi pantai al-Musyallal di Qudaid, antara Makkah dan Madinah.
Begitulah, satu per satu berhala-berhala yang pernah memenuhi sudut-sudut kota Makkah dan sekitarnya dihancurkan sebakda peristiwa Fathu Makkah.
Dari mana sebenarnya berhala-berhala itu bisa sampai ke kota Makkah sepeninggal Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail?
Tersebutlah nama Amr bin Luhay, yang hidup 200 tahun sebelum Rasulullah. Ia seorang saudagar kaya yang kerap melakukan perjalanan dagang ke Syam, negeri yang subur gemah ripah loh jinawi.
Pada masa itu bangsa Romawi yang berkuasa di Syam terbiasa meletakkan berhala-berhala raksasa di tempat peribadatan mereka sebagai “perantara” untuk menyampaikan doa-doa yang dipanjatkan pada tuhannya.
Rupanya ide menggunakan “perantara” untuk berkomunikasi dengan tuhan itu menarik hati Amr bin Luhay. Dalam pemahamannya, doa-doa hanya akan menggantung di langit, kalau tanpa perantara yang meneruskan pada tuhan.
Maka, sekembali dari ekspedisi dagang ke negeri Syam, ia membawa serta berhala megah yang sangat besar berhias kristal untuk di letakkan di dalam Ka’bah. Berhala itu diberi nama Hubal.
Sejatinya, di Makkah pada masa itu masih hidup orang-orang yang taat pada agama yang dibawa Nabi Ibrahim. Namun posisi mereka perlahan tergeser karena pengikut Amr bin Luhay semakin lama semakin banyak. Hingga akhirnya orang-orang shaleh itu habis tak tersisa sama sekali.
Selama berabad kemudian, Makkah berada dalam kegelapan dan kejahiliyahan tersebab berhala-berhala yang mereka sembah. Tak tanggung-tanggung, jumlahnya sampai sekitar 360 berhala yang diletakkan di sekeliling Ka’bah. Hingga akhirnya, setelah Fathu Makkah, Rasulullah mengutus para sahabat untuk menghancurkannya.
Ironisnya, di abad modern ini, tanpa disadari banyak orang memberhalakan sesuatu yang tak kasat mata.