Alhamdulillah, wa Shalallahu wa Sallama ala Sayidina Rasulillah Muhammad ibni Abdillah wa ala Alihi wa Shahbihi wa Man Walah.

Al-Imam Qadhi Iyadh didalam kitabnya, Asy-Syifa bi Huquqil-Mushthafa mengatakan, bahwasanya Rasulullah pernah bersabda:

أَنَا أَمِنَةٌ لِأَصْحَابِي

“Aku adalah kedamaian, keamanan bagi sahabat-sahabatku.”

Tentu dalam hal ini adalah bagi umatnya, makanya selagi ada Nabi Muhammad tidak akan mendapatkan azab dari Allah:

وَمَا كَانَ اللهُ لَيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيْهِمْ

“Tidaklah Allah mengadzab satu kaum, sedangkan engkau (wahai Muhammad, maksudnya Rasulullah) ada di tengah-tengah mereka.” (QS. Al-Anfal []:33)

Qila: minal bid’ah, dari segala macam bentuk bid’ah. Jadi didalam bahasa Arab itu ada sunnah, ada bid’ah. Kadang kala orang mengartikan, salah paham didalam masalah ini. Sehingga setiap sesuatu yang dianggapnya tidak ada di zaman nabi, itu dianggap sebagai pekerjaan bid’ah. Padahal didalam hadis ketika Rasulullah mengatakan:

مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مَنْ بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءً

“Siapa yang membikin sunah didalam Islam (membikin sebuah jalan yang baik), maka ia akan mendapat pahala darinya dan dari orang-orang yang mengikuti setelahnya, tanpa mengurangi sedikit pun pahala mereka.”

Kebalikannya adalah bid’ah. Intinya, sesuatu yang bertentangan dengan syariah, bertentangan dengan ajaran Rasulullah, maka disebut dengan bid’ah. Nah keberadaan Nabi Muhammad di tengah-tengah mereka, di tengah para sahabat itu amanun, akan menjadi keamanan. Jadi mereka terjamin dari bermacam-macam bid’ah, makanya para sahabat itu semuanya udul, para sahabat itu semuanya adil, semuanya dipercaya. Sebab mereka adalah orang yang paling hati-hati untuk berbohong.

اِنَّمَا يَفْتَرِى الْكَذِبَ الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ بِاٰيٰتِ اللّٰهِۚ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْكٰذِبُوْنَ

“Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah. Mereka itulah para pembohong.” (QS. An-Nahl []:105)

Orang yang berani berbuat bohong adalah orang-orang yang tidak beriman, sehingga para sahabat itu boleh berbuat dosa. Mereka enggak makshum, mungkin mereka melakukan kesalahan, maksiat kepada Allah. Makanya nanti ada yang ditindak begini oleh Nabi, karena mabuk ada yang begitu. Akan tetapi untuk berbohong itu pantangan bagi mereka, sehingga semua riwayat yang datang dari sahabat itu diterima, semua yang datang dari sahabat itu pasti bisa dipercaya.

Wa Qila, dikatakan lagi: aman dari ikhtilaf dan fitnah, jadi aman dari ikhtilaf dan fitnah. Shahabat kalau ada ikhtilaf diselesaikan oleh Nabi, dan cara menyelesaikannya pun nabi sangat bijak. Pernah Nabi bilang kepada mereka, utus beberapa orang untuk pergi ke Bani Quraidzah. Beliau mengatakan:

أَلَا لِيُصَلِّينَ أَحَدٌ الْعَصْرَ إِلَّا فِي بَنِي قُرَيْظَة

“Jangan ada di antara kalian yang shalat, kecuali di Bani Quraidzah.”

Saat itu waktu dzuhur, jadi mereka berangkat. Artinya jangan Shalat Ashar nanti, kecuali di Bani Quraidzah. Maka berangkat mereka, ternyata waktu Ashar semakin sempit, sehingga mereka belum sampai ke Bani Quraidzah. Ini dikhawatirkan kelewatan, sudah masuk waktu Maghrib sedangkan mereka belum Shalat Ashar. Akhirnya ribut shahabat satu sama lainnya. Ada bilang, “Eh, nabi nyuruh kita shalat di Bani Quraidzah.”

Satunya bilang, “Maksud Nabi biar kita cepat-cepat, nyampainya sebelum maghrib.”

Terus begitu ribut mereka, akhirnya terjadi perselisihan dua kelompok shahabat. Ada yang shalat saat itu karena memahami perkataan nabi, dengan pemahaman bahwa maksud ucapan itu agar cepat-cepat berangkatnya. Jadi kalau sudah masuk waktunya, ya tetap shalat. Karena ada kaedah bahwa shalat itu:

إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا

Harus sesuai dengan waktunya. Nanti kita shalat di luar waktu kalau masuk waktu magrib, maka shalatlah dia. Kelompok yang lain enggak, enggak shalat. Dia nunggu nyampai di Bani Quraidzah, pas nyampai di Bani Quraidzah baru mereka shalat. Jadi ada perselisihan di sini.

Datang kepada Rasulullah, saat itu nabi enggak menyalahkan. Jadi nabi membenarkan dua-duanya, karena masing-masing dari keduanya melakukan itu berdasarkan pemahaman, dan ingin melaksanakan perintah Nabi Muhammad. Sehingga atas dasar ini nanti ada istilah ijtihad di dalam masalah-masalah keagamaan, asalkan mereka berdasarkan dengan alasan dasar yang jelas, serta niat yang tulus dan ikhlas, maka mereka akan dibenarkan. Makanya nabi pernah mengatakan:

إِذَا حَكَمَ الْحَاكِمُ فَاجْتَهَدَ ثُمَّ أَصَابَ فَلَهُ أَجْرَانِ، وَإِذَا حَكَمَ فَاجْتَهَدَ ثُمَّ أَخْطَأَ فَلَهُ أَجْرٌ

“Bilamana ada seorang hakim yang berijtihad dan benar—Ijtihadnya sesuai, maka dia mendapat dua pahala. Tapi kalau keliru, dia mendapatkan satu pahala.”

Jadi kedua-duanya mendapatkan pahala. Tapi harus memenuhi syarat, al-hakim maksudnya, di sini harus memenuhi syarat. Kalau orang ujuk-ujuk tahu berijtihad, kacau jadinya ini. Makanya keberadaan nabi itu aman dari ikhtilaf. Jadi kadang kala musuh Islam itu senantiasa berusaha untuk memecah belah, musuh-musuh Islam baik itu yang dzahir seperti orang-orang kafir, ataupun yang tidak terlihat seperti setan dan iblis. Makanya nabi pernah mengatakan:

إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ يَئِسَ أَنْ يَعْبُدَهُ المُصَلُّونَ فِي جَزِيرَةِ العَرَبِ، وَلَكِنْ فَي التَّحْرِيشِ بَيْنَهُمْ

“Setan itu sudah putus asa untuk menjadikan orang itu menjadi penyembah setan, kecuali membikin kegaduhan.”

Udah pintar-pintar umat Nabi Muhammad itu, enggak gampang dibodohin, sudah pintar-pintar. Mau gimana juga enggak bisa menjadi penyembah setan. Akhirnya apa yang mereka lakukan kecuali membikin tahrisytahrisy ini, kegaduhan dikit-dikit viral yang bikin gaduh, bikin ini itu kerjanya setan wa junduh, dan pasukan Setan.

Nah, di saat Nabi Muhammad ada, itu usaha-usaha seperti itu terjadi. Orang Yahudi, misalnya memprovokasi. Jadi sebelum nabi hijrah, orang-orang Anshar itu dua kelompok besar: Aus dan Khazraj. Akhirnya mereka masuk Islam, tadinya Aus dan Khazraj ini beratus-seratus tahun, bahkan dikatakan 100 tahun lebih mereka itu bermusuhan. Dua kelompok yang bermusuhan, saling balas dendam, saling balas dendam begitu. Sampai akhirnya masuk Islam, dikumpulkan oleh Nabi di dalam sebuah kelompok disebut dengan Anshar, sedangkan Aus dan Khazraj-nya disingkirkan terlebih dahulu, karena khawatir terjadi ingat masa lalu yang menimbulkan permusuhan.

Itu orang-orang Yahudi memprovokasi terus, diingat-ingatin, “Eh kamu ini begini dulu abah kamu dibunuh oleh Fulan (kabilah Aus).”

Terus begitu, sehingga akhirnya terjadi keributan, sampai ada yang menghunus pedak. Sehingga kata nabi ketika mendengar kejadian itu beliau keluar, sedangkan beliau cuman pakai selendang, baju beliau pakai. Beliau keluar dan mengatakan: “ajahiliyatun ba’dal-Islam? Apakah kalian mau primitif lagi setelah pintar jadi beragama Islam kayak gini?”

Menjadi orang yang jahiliah lagi? Balik lagi dengan bermusuhan gara-gara fanatik terhadap kelompok dan golongan? Akhirnya turun firman Allah:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”(QS. Ali Imran []:103)

Jadi ayat yang menerangkan tentang nikmat yang Allah berikan. Ngapain kalian ribut lagi? Makanya keberadaan nabi itu aman dari ikhtilaf dan aman dari fitnah. Na’am, nabi itu merupakan keamanan yang paling agung selagi beliau masih hidup, tapi selagi sunnah Nabi Muhammad itu masih ada maka beliau masih ada, selagi masih ditegakkan sunah Nabi Muhammad dilaksanakan maka seolah-olah beliau hidup. Makanya dikatakan oleh Abil-Abbas al-Mursi:

لَوْ غَابَ عَنِّى رَسُولُ اللهِ طَرْفَةَ عَيْن أَوْ مِقْدَارَ نَفَسٍ مَا عَدَدتُ نَفْسِى مِنَ الْمُسْلِمِينَ

“Seandainya Nabi Muhammad hilang dariku sekejap saja, saja maka saya tidak menganggap diriku bagian dari orang-orang Islam.”

Artinya beliau enggak lupa dengan nabi, sehingga segala aktivitasnya, gerak-geriknya, nyambung dengan Rasulullah. Itu Abul-Abbas al-Mursi, salah seorang ulama dan tokoh dalam Tariqah Syadziliyah. Ketika al-Habib Umar bin Abdurrahman al-Attas membaca kata-kata ini, beliau mengatakan: “Kaifa Ghaba Anna, wa Huwa Ainu Wujudina?Bagaimana mungkin Rasulullah hilang dari kita, sedangkan beliau adalah hakikat wujud kita?”

Sehingga para ulama didalam melaksanakan sunnah, karena mereka menganggap keberadaan Nabi Muhammad, didalam segala aktivitasnya mereka, mau tidur, mau makan, mau minum, ketika bergaul, ketika berinteraksi dengan sesama manusia, bahkan dengan makhluk hidup yang ada di muka bumi ini, mereka bersama dengan Nabi Muhammad. Mereka tidur dengan cara sunnah-sunnah Nabi Muhammad, mereka makan dengan cara makan Nabi Muhammad, mereka shalat tentu dengan cara Nabi Muhammad. Sehingga keberadaan Nabi Muhammad ada.

Tadi kita dengarkan, “Kaifa yati lanal-qadar wal-hazan?” Gimana kita sumpek? Gimana kita gelisah? Galau? Enggak mungkin, “wa ‘indi rabbi wa Muhammad jaddil-Hasan?” Iya, kita punya Allah, kita punya Nabi Muhammad.

Tapi bilamana sunah ini dimatikan, sudah enggak ada orang yang melaksanakan sunnah, maka tunggulah balak dan fitnah! Terjadinya fitnah, kekacauan, malapetaka, itu disebabkan karena inqitha’, terputus daripada Baginda Nabi Muhammad. Fitnah ini luar biasa, dikatakan oleh Nabi, bahwa fitnah ini seperti gelapnya malam, “Yushbihu mu’minan, wa yumsi kafiran”. Di pagi hari Mukmin, sore hari sudah kafir, itu fitnah.

Jadi cepat di zaman kita sekarang, kadang kala orang dapat informasi pagi hari warna merah, sorenya udah hitam informasinya, sehingga bingung dalam istilahnya, sehingga membuat orang yang berakal itu bingung. Dan paling besarnya fitnah adalah fitnatul-masihid ad-Dajjal. Gimana enggak menjadi fitnah Dajjal? Dajjal itu nanti ketika orang membutuhkan apa yang diinginkan, maka Dajjal sanggup untuk mendatangkan, tapi dengan syarat mengakui bahwa Dajjal adalah Tuhannya.

Datang orang lagi kehausan kelaparan. “Ente kenapa? Haus?” Di kasih es krim sama Dajjal, dikasih minuman yang enak itu bisa Dajjal. Gimana orang enggak mau terpengaruh? Kecuali orang-orang yang berpegang teguh terhadap sunnah Nabi Muhammad. Nabi bercerita tentang orang-orang yang semacam ini dari umatku, kata kata nabi. Datang Dajjal dan dia bertanya, “Kamu butuh apa?”

“Enggak, saya enggak butuh apa-apa!”

“Kamu enggak beriman kepadaku?”

“Enggak!”

“Saya ini Tuhanmu.”

“Bukan! Sebab Nabiku telah mengatakan bahwa orang semacam kamu ini adalah al-A’war Dajjal, si picek. Karena Dajjal ini punya mata satu.”

“Kamu enggak percaya? Terus kamu percaya sama Tuhan apa?”

“Tuhanku yang menghidupkan dan yang mematikan.”

Itu orang tadi sama Dajjal dibelah menjadi dua, mati. Setelah mati dihidupkan lagi. Coba gimana enggak nyembah orang dihidupkan lagi?

Tapi orang ini orang yang bersambung dengan Sunnah, dia dibalikkan lagi hidup. Kata Dajjal, “Ah gimana? Saya bisa menghidupkan dan mematikanmu tadi. Saya matikan kamu, sekarang saya hidupkan.” Katanya. “Apakah saya bukan Tuhanmu?”

“Enggak, saya semakin yakin bahwa engkau adalah si A’war itu, kamu si picek itu!” katanya.

Akhirnya Dajjal marah dan ingin dibunuh benar-benar, ternyata enggak bisa. Akhirnya Dajjal hilang kekuatannya, akhirnya dia pergi lari dia. Itu kejadian di luar kota Madinah, kemudian lari ke Syam. Di saat itu Nabi Isa turun di Damaskus, disebut oleh Nabi tempatnya di mana lokasinya itu? Nabi Isa turun dan akhirnya membunuh Dajjal.

Artinya orang yang berpegang teguh terhadap sunnah, maka akan selamat dari segala macam fitnah, fitnah apapun: fitnatud-dunya, fitnatul-mahya, fitnatul-qabr, dan sampai fitnatul-masihi ad-Dajjal. Makanya bilamana udah dimatikan ajaran al-Quran, berganti gadget, sunnah sudah hilang, ajaran-ajaran akhlak, bukan niru para ulama, tapi nirunya orang-orang yang tidak beriman, orang kafir, orang ini udah mulai mati. Nah di situ nanti akan datangnya malapetaka.

_________________________________________________________________________

Full Video:https://www.youtube.com/watch?v=RBxpQZPVUJw