
“Balasan mereka di sisi Tuhan ialah surga ’Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha pada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” (QS. Al Bayyinah: 8)
Begitu rindunya manusia pada surga, hingga muncul keinginan untuk “merefleksikan” keindahannya. Salah satunya melalui taman-taman dengan sungai-sungai yang mengalir di bawahnya.
Prof DR Raghib as-Sirjani dalam bukunya “Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia” menuliskan, para arsitektur lanskap peradaban Islam terinspirasi dari deskripsi keindahan surga saat merancang taman-taman yang indah.
Dari Andalusia, Baghdad, Syam, Mesir, Maroko, India, Istanbul, hingga Samarkand, istana dan kotanya dihiasi taman-taman yang luar biasa.
Bukan hanya di kota kosmopolitan seperti Cordoba, Baghdad atau Istanbul. Setiap kilometer di wilayah Basrah, terdapat banyak taman dan kanal yang indah.
Di kota Nisbin, Mesopotamia, terhampar 40 ribu taman buah. Sedangkan Damaskus, Suriah, memiliki 110 ribu taman.
Di Fustat (Kairo lama), terdapat ribuan taman pribadi. Taman-taman yang indah, juga terdapat di Afrika Utara, seperti di kota-kota di Tunisia, Aljazair, Tlemcen, dan Marakesh, meskipun tempat-tempat itu kini tak sehijau masa lampau.
Di Istanbul, istana-istana dan masjid selalu bersanding dengan taman bunga yang indah, hingga dinamakan “Al-Hadaiq” alias taman-taman. Sampai hari ini keindahan itu masih bisa disaksikan.
Bunga yang identik dengan Istanbul, yang belakangan diklaim Belanda, adalah bunga tulip. Bunga tulip sarat dengan nilai Islam, karena melambangkan kalimat Tauhid. Baik bentuk bunga tulip maupun huruf-huruf dalam abjad Arab sama dengan kata “Allah”.
Tulip mulai resmi digunakan sebagai bunga kerajaan pada masa Sultan Muhammad al-Fatih. Setelah membebaskan Konstantinopel, Sultan Muhammad al-Fatih memerintahkan pembangunan sejumlah taman baru di kota itu.
Taman-taman tersebut lantas ditanami dengan bunga tulip. Sultan Muhammad II sendiri dikenal sebagai pemimpin yang punya kecintaan besar terhadap tanaman.
Semasa hidupnya, ia sering menyalurkan hobinya berkebun di Taman Istana Topkapi. Sultan yang perkasa ini pun seringkali digambarkan sedang menggenggam setangkai bunga tulip.
Pada masa selanjutnya, Sultan Sulaiman al-Qanuni meneruskan kecintaan kakek buyutnya itu terhadap dunia tanaman. Ia bahkan menjadikan kegiatan penanaman dan penggunaan bunga tulip di Istanbul sebagai satu profesi tersendiri.
Sejak itu, menanami taman-taman kota dengan tulip dianggap sebagai “kewajiban” di seluruh wilayah Kesultanan Utsmani.
Tak hanya bunga segar, motif bunga juga digunakan dalam keseharian. Jubah sultan yang dihiasi tulip dan anyelir warna delima saat ini masih bisa dilihat di museum. Aksesoris pakaian seperti serban diberi pola bunga di dalamnya.
Surban para sultan Utsmani bentuknya seperti bunga tulip terbalik dan ukurannya sangat besar. Ini sebenarnya adalah kain kafan yang dibawa oleh sultan kemana-mana. Seperti kita tahu, sultan-sultan awal Utsmani sangat mencintai jihad.
Wallahu A’lam…