
Setiap pencari ilmu harus memperhatikan adab dan etika saat menuntut ilmu dalam dunia pendidikan Islam, karena keduanya memiliki peran penting. Pencari ilmu seharusnya meniatkan usahanya untuk meraih keridhaan Allah, yang akan memudahkan penerimaan dan keberkahan dari ilmu tersebut. Rasulullah mengingatkan pentingnya niat dalam setiap amalan melalui sabda beliau:
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya, dan setiap orang hanya akan mendapatkan sesuai niatnya. Barangsiapa berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka ia telah berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya; dan barangsiapa berhijrah karena berharap dunia atau wanita yang ingin dinikahinya, maka ia hanya akan mendapat apa yang dituju.” (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Selain niat, adab dalam menghormati guru juga menjadi elemen utama dalam menuntut ilmu. Imam Burhanuddin az-Zarnuji menegaskan, bahwa seorang pelajar tidak akan memperoleh ilmu atau manfaat dari ilmu tersebut tanpa penghormatan terhadap ilmu dan para pengajarnya:
“Ketahuilah, seorang pelajar tidak akan mendapatkan ilmu dan manfaat darinya, kecuali dengan menghormati ilmu dan orang yang berilmu, memuliakan guru, dan menghormatinya. Dikatakan bahwa tidak akan berhasil seseorang kecuali dengan sikap hormat, dan tidak akan gagal kecuali karena meninggalkan sikap hormat.” (Ta’limul-Muta’allim fi Thariqit-Ta’allum, halaman: 55).
Pandangan Imam az-Zarnuji ini sangat relevan, terutama dalam konteks saat ini, di mana banyak pelajar mulai kehilangan penghormatan terhadap guru mereka. Seringkali hal ini berdampak negatif pada kemampuan mereka untuk mendapatkan ilmu serta manfaatnya. Oleh karena itu, penting untuk menanamkan adab-adab kepada para pelajar, sebagai upaya mencegah sikap tidak hormat atau pembangkangan terhadap guru.
Adab Pelajar Kepada Guru
Imam az-Zarnuji memberikan panduan tentang adab seorang pelajar terhadap gurunya. Para pelajar sebaiknya menghindari berjalan di depan guru kecuali bila tidak ada jalan lain, tidak duduk di tempat yang biasanya diduduki guru, serta berbicara kepada guru hanya setelah mendapatkan izin. Pelajar juga tidak boleh berbicara panjang lebar kecuali atas persetujuan guru. Selain itu, pelajar diharapkan memilih waktu yang tepat untuk berbicara atau bertamu, serta menghindari mengetuk pintu rumah guru dan menunggu hingga sang guru datang.
Teladan Ulama Hormati Guru
Imam Fakhruddin al-Arsabandi, seorang ulama terdahulu, mencontohkan sikap hormat terhadap guru. Meskipun ia adalah pemimpin besar di Marwa, ia tetap merendahkan diri dengan melayani gurunya, Imam Abu Zaid ad-Dabusi, bahkan memasakkan makanan untuknya tanpa berani mencicipi sedikit pun.
Ini menjadi bukti bahwa kesuksesan dalam ilmu dan kepemimpinan, tidak terlepas dari sikap hormat yang ditunjukkan kepada guru. Hal serupa juga dinasehatkan oleh Imam Malik kepada generasi muda Quraisy dengan perkataannya: “Pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu.”
Pentingnya adab dalam pendidikan mencerminkan tujuan pendidikan nasional Indonesia yang berfokus pada pembentukan manusia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia. Tanpa adab, pencari ilmu bisa gagal meraih manfaat dari ilmu yang ia peroleh. Syaikh Zarnuzi mengingatkan bahwa banyak orang yang menuntut ilmu namun tidak mendapatkan manfaatnya karena kurangnya adab.