
Tradisi Ziarah Makam Wali
Suasana yang sangat religius tersebut bukanlah tanpa sebab, karena memang penduduk Yaman telah memeluk agama Islam sejak zaman Nabi SAW. Bahkan di Hadhramaut terdapat makam Nabi Hud As yang lokasinya berada di daerah bernama Syi’ib Hud yang berjarak sekitar kurang lebih 80 km dari kota Tarim. Masyarakat Hadhramaut mempunyai tradisi ziarah ke makam Nabi Hud alaihis salam secara bersama-sama setiap tahunnya, yaitu di bulan Sya’ban tepatnya pada tanggal tujuh sampai tanggal sepuluh Sya’ban.
Selain itu, terdapat juga Pemakaman Furaith yang diambil namanya dari nama bukit di sekitarannya. Alim-ulama dan para wali juga banyak dimakamkan di sini dengan bilangan yang mencakupi lebih 10,000 orang.
Dikatakan bahwa di bawah Bukit Furaith terdapat kebun dari perkebunan surga sehingga pernah disebut oleh Syeikh al-Akmal Hassab al-Wariy bin Ali bin Muhammad Mauladawilah, bahwa orang yang menziarahi makam Tarim dengan ikhlas, bakal terlepas dari dosa-dosanya seperti bayi yang baru dilahirkan dari rahim ibunya. Disebutkan juga dalam kitab Jauharus Syaffaf bahwa para ahli makrifat yang menziarahi pemakaman Tarim akan sentiasa memberikan penghormatan serta pemuliaan yang tinggi dan khusus.
Pada musim ziarah biasanya dihadiri oleh ribuan peziarah yang tidak hanya datang dari daerah Hadhramaut saja tetapi juga para peziarah dari luar daerah, bahkan dari luar Yaman. Sebagian besar dari peziarah biasanya akan bermalam selama empat hari empat malam di rumah-rumah yang mereka bangun di lokasi sekitar makam, yang mana rumah tersebut hanya mereka tempati pada waktu ziarah saja. Ziarah biasanya dilakukan oleh perorangan atau dengan bersama-sama yang biasanya dipimpin oleh seorang yang di tuakan dari keluarga tertentu yang disebut dengan istilah munsib.
Ziarah ammah atau ziarah bersama-sama ini memiliki tata cara khusus yang diwarisi oleh para leluhur mereka. Hal ini sudah menjadi tradisi yang turun menurun tatkala di tahun 10 H diutuslah seorang sahabat Nabi SAW yang bernama Ziyad bin Labiid al Khazraji al Badri ke Hadhramaut untuk mengurus zakat. Bahkan ketika Nabi SAW wafat dan Sahabat Abu Bakar as Shidiq diangkat sebagai khalifah dan ketika itu sahabat Ziyad berada di Kota Tarim membacakan surat pengangkatan khalifah Abu Bakar serta mengajak seluruh penduduk Tarim untuk bersumpah atau berbaiat kepada Khalifah Abu Bakar, maka pada waktu itu tak ada seorang pun yang menentangnya.
Doa Khalifah Abu Bakar untuk Tarim
Seluruh penduduk Tarim berbaiat setia kepada Khalifah Abu Bakar. Sampai kemudian kabar tentang dibaiatnya seluruh penduduk Tarim ini sampai ke telinga Khalifah Abu Bakar. Maka Sang Khalifah pun langsung mendoakan penduduk Tarim dengan tiga kebaikan, yaitu didoakan semoga di Tarim tumbuh serta muncul banyak orang sholeh seperti tumbuhnya rerumputan atau sayur mayur, semoga airnya selalu jernih, segar dan diberkati, semoga Tarim selalu makmur hingga akhir zaman. Rupanya doa dari Khalifah Abu Bakar dikabulkan oleh Allah.
Sampai sekarang, Tarim tumbuh sebagai pusat ilmu agama Islam. Para dai yang telah belajar di Tarim menyebar ke berbagai negeri untuk mendakwahkan agama Islam. Banyaknya para ulama serta ribath atau pesantren di Tarim menandakan kota ini penuh dengan keberkahan berkat doa sahabat Abu Bakar. Diceritakan bahwa di kota Tarim terdapat tiga keberkahan, yakni keberkahan pada setiap masjidnya, keberkahan pada tanahnya, dan keberkahan pada pegunungannya.
Keberkahan di masjid yang dimaksud adalah setiap masjid di Kota Tarim pasca kepindahan Ba’alawi menjadi universitas-universitas yang melahirkan ulama-ulama terkenal pada masanya. Salah satu tempat penyebaran ilmu yang sudah berumur ratusan tahun adalah rumah al Imam Faqih al Muqaddam yang meninggal pada tahun 623 H. Bersambung…
Sumber: Tebuireng Online, Oleh M. Abror Rosyidin