Salah satu peperangan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad, pertama kali adalah perang Badar, perang ini langsung dipimpin oleh Nabi Muhammad.

Kenapa Disebut Perang Badar?

Kitab Sejarah Nabi Muhammad SAW | Istana Agency

Dijelaskan dalam buku “Sejarah Terlengkap Nabi Muhammad”, karya Abdurrahman bin Abdul Karim alasan kenapa perang ini disebut Perang Badar? Karena perang tersebut terjadi di daerah bernama “Badar”. Badar adalah nama tempat di luar bandar Madinah. Sebelum perang ini terjadi, kaum muslimin dan kaum Quraisy telah terlibat dalam beberapa konflik kecil bersenjata. Peristiwa Perang Badar diabadikan dalam al-Qur’an Surah Ali Imran ayat 13. Allah berfirman,

قَدْ كَانَ لَكُمْ اٰيَةٌ فِيْ فِئَتَيْنِ الْتَقَتَا ۗفِئَةٌ تُقَاتِلُ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَاُخْرٰى كَافِرَةٌ يَّرَوْنَهُمْ مِّثْلَيْهِمْ رَأْيَ الْعَيْنِ ۗوَاللّٰهُ يُؤَيِّدُ بِنَصْرِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَعِبْرَةً لِّاُولِى الْاَبْصَارِ ١٣

“Sungguh, telah ada tanda (bukti) bagimu pada dua golongan yang bertemu (dalam pertempuran. Satu golongan berperang di jalan Allah dan (golongan) yang lain kafir yang melihat dengan mata kepala bahwa mereka (golongan muslim) dua kali lipat jumlahnya. Allah menguatkan siapa yang Dia kehendaki dengan pertolongan-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan (mata hati).”(QS. Ali Imran [03]:13)

Pelajaran dari Perang Badar

Perang Badar mengandung pelajaran yang bisa dipetik oleh umat Islam. Sayid Muhammad Quthb dalam “Kaifa Naktubut-Taraikh al-Islami” yang diterjemahkan Chairul Halim dan Nabbani Idris menjelaskan, Allah akan memberikan pertolongan-Nya kepada umat Islam yang ikhlas berjuang dan berperang di jalan-Nya, seperti kisah umat Islam dalam Perang Badar dengan jumlah pasukan 3 kali lebih sedikit dari kaum Quraisy sebagai musuh.

Dalam perang tersebut, Muhammad Quthb menjelaskan, Allah memenangkan kelompok mukmin yang jumlahnya jauh lebih sedikit daripada kelompok kafir. Allah juga menetapkan yang hak (benar) ketika di bumi, sebagaimana firman Allah dalam Surah al-Hajj ayat 41,

اَلَّذِيْنَ اِنْ مَّكَّنّٰهُمْ فِى الْاَرْضِ اَقَامُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتَوُا الزَّكٰوةَ وَاَمَرُوْا بِالْمَعْرُوْفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِۗ وَلِلّٰهِ عَاقِبَةُ الْاُمُوْرِ

“(Yaitu) orang-orang yang jika Kami beri kemantapan (hidup) di bumi, mereka menegakkan salat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Hanya kepada Allah kesudahan segala urusan.”(QS. Al-Hajj [22]:41)

Bagaimana Perang Badar terjadi?

Perang Badar terjadi pada 17 Ramadhan 2 H/624 M. Dalam “Fiqhus-Sirah” karya Muhammad al-Ghazali diceritakan, bahwa tersiar berita di Madinah tentang adanya sebuah kafilah besar kaum kafir Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan berangkat meninggalkan Syam. Kafilah dagang tersebut akan bertolak ke Makkah untuk pulang. Dalam perjalanannya, mereka membawa barang dagangan yang sangat besar nilainya. Terdapat seribu ekor unta yang penuh dengan muatan barang berharga, bahkan dalam satu riwayat disebutkan para unta memuat kurang lebih 50.000 dinar emas. Kafilah tersebut berjumlah tidak lebih dari 30 sampai 40 orang. Terdapat beberapa sebab yang memicu lahirnya Perang Badar. Setidaknya terdapat tiga sebab, yaitu:

Pertama, pengusiran terhadap umat Islam dari Makkah. Selain mengalami pengusiran, umat Islam tidak jarang diperlakukan buruk dengan ditindas, dizhalimi bahkan dirampas harta bendanya oleh kaum kafir Quraisy.

Kedua, penindasan yang diterima oleh umat Islam. Kendati telah melakukan hijrah ke Madinah, penindasan yang dilakukan oleh kaum kafir Quraisy masih dialami umat Islam. Kaum Muslimin yang berdagang kerap disiksa dan dirampas barang dagangannya.

Ketiga, sebagai pelajaran kepada kaum kafir Quraisy. Perang Badar lahir salah satunya disebabkan perilaku keji kaum kafir Quraisy. Oleh sebab itu, Rasulullah mempersiapkan umat Islam untuk memberi pelajaran kepada kafilah dagang Quraisy yang akan bertolak ke Makkah.

Pecah Perang Badar

Abu Sufyan telah mendengar kabar terkait Rasulullah yang mengerahkan kaum Muslimin untuk mengganggu perjalanan mereka. Oleh karenanya, ia mengirim utusan untuk berangkat terlebih dahulu meminta bantuan ke Makkah. Singkat cerita, kabilah-kabilah yang ada di Makkah dengan cepat mengirim bala bantuan yang totalnya berjumlah seribu orang guna menghadapi kaum Muslimin. Kendati demikian, pertempuran besar di Badar sebenarnya di luar perkiraan umat kaum Muslimin.

Lembah Badar, Saksi Bisu Kemenangan Islam di Perang Badar

Sebab, sejak awal Rasulullah mengerahkan pasukan kepada kabilah dagang kafir Quraisy hanya sekadar penyergapan biasa dan tidak mempersiapkan untuk peperangan. Oleh karena itu, pasukan Islam yang bertolak hanya sebanyak 313 orang, sedangkan kaum kafir berjumlah 1.300 pasukan.

Dalam peperangan, kaum Muslimin terbagi atas dua barisan, yaitu Muhajirin dan Anshar. Mereka bergerak dari sisi utara melalui sepanjang jalan utama ke Makkah di Lembah Badar. Pertempuran dengan cara duel antara Sayidina Hamzah bin Abdul Mutthalib berhadapan dengan al-Aswad bin ‘Abdul-Asad al-Makhzumi dari Bani Makhzum. Sayidina Hamzah pun berhasil mengalahkan Al-Aswad. Selang kemudian terdapat duel-duel selanjutnya, yang diiringi dengan hujan panah dari kedua belah pihak.

Kemenangan Perang Badar

Kaum muslimin terjun ke kancah peperangan dengan kekuatan iman yang sangat besar. Mereka terus menyerang musuh-musuhnya dan memenggal kepala orang-orang musyrik Quraisy. Dalam keadaan yang demikian, Allah memberikan bantuan kepada pasukan muslimin, dengan mengutus para malaikat untuk memenangkan pertempuran tersebut. 

Dalam al-Quran Allah berfirman:

وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللّٰهُ بِبَدْرٍ وَّاَنْتُمْ اَذِلَّةٌۚ فَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

“Sungguh Allah telah menolong kalian dalam perang Badar, padahal kalian (ketika itu) orang-orang yang lemah.” (QS. Ali Imran [03]:123)

Juga dalam firman-Nya yang lain:

اِذْ تَسْتَغِيْثُوْنَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ اَنِّيْ مُمِدُّكُمْ بِاَلْفٍ مِّنَ الْمَلٰۤىِٕكَةِ مُرْدِفِيْنَ

“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabbmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu, ‘Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.’” (QS al-Anfal [08]:9)

Dan dalam Surah al-Anfal ayat 12:

اِذْ يُوْحِيْ رَبُّكَ اِلَى الْمَلٰۤىِٕكَةِ اَنِّيْ مَعَكُمْ فَثَبِّتُوا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْاۗ سَاُلْقِيْ فِيْ قُلُوْبِ الَّذِيْنَ كَفَرُوا الرُّعْبَ فَاضْرِبُوْا فَوْقَ الْاَعْنَاقِ وَاضْرِبُوْا مِنْهُمْ كُلَّ بَنَانٍۗ

“(Ingatlah) ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya Aku bersamamu. Maka, teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang beriman. Kelak Aku akan menimpakan rasa takut ke dalam hati orang-orang yang kufur. Maka, tebaslah bagian atas leher mereka dan potonglah tiap-tiap ujung jari mereka.’” (QS. Al-Anfal [08]:12)

Ada juga beberapa hadis shahîh yang menjelaskan tentang bantuan Allah kepada kaum Muslimin dengan mengirimkan malaikat. Imam Muslim meriwayatkan satu hadis dari Khalifah ar-rasyid Umar bin al-Khatthab yang artinya:

“Ketika seorang muslim ketika itu (perang Badar) sedang mengejar seorang musyrik di depannya, tiba-tiba ia mendengar pukulan cambuk di atasnya. Dan suara penunggang kuda yang mengatakan: ‘maju, wahai Haizum.’ Muslim tersebut melihat kepada orang musyrik yang ada di depannya, lalu tersungkur jatuh dengan terlentang. Kemudian muslim tadi melihatnya, ternyata ia (si musyrik tersebut) telah terpotong hidungnya dan robek-robek wajahnya seperti bekas cambukan. Lalu datang seorang Anshar dan menceritakan hal tersebut kepada Rasulullah dan beliau menjawab: ‘Itu termasuk bantuan dari langit ketiga.’” (HR. Imam Muslim)

Sedangkan Imam Ahmad dalam “al-Musnad” (vol: 2/hal: 194) membawakan satu riwayat yang panjang tentang kisah ini. Ada keterangan bahwa seorang Anshar yang agak pendek datang membawa al-Abbas bin Abdul Mutthalib dalam keadaan tertawan. Al-Abbas berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya demi Allah orang ini tidak menawan saya. Yang menawan saya adalah seorang yang sangat ganteng wajahnya, menunggangi seekor kuda yang sangat elok yang bukan dari kaummu.”

Lalu orang Anshar ini berkata: “Sayalah yang telah menawannya, wahai Rasulullah!” Lalu beliau berkata kepadanya: “Diamlah! Sungguh Allah telah menolongmu dengan seorang malaikat yang mulia.”

Keikutsertaan para malaikat dalam perang Badar disampaikan juga dalam riwayat Imam al-Bukhari, seperti sabda Rasulullah yang artinya:

“Jibril datang menemui Rasulullah, lalu berkata: ‘Bagaimana engkau menganggap ahli Badar (orang yang ikut perang Badar)?’ Beliau menjawab: ‘Mereka adalah generasi kaum muslimin terbaik (atau ucapan seperti itu).’ Jibril mengatakan kembali: ‘Demikian pula malaikat yang menyaksikan perang Badar.’” (HR. Imam Bukhari)

Hikmah & Nilai Perjuangan Badar

Ada banyak hikmah dan nilai perjuangan dari perang Badar yang bisa diteladani, namun sangat tidak mencukupi jika disebutkan kesemuanya disini. Beberapa di antaranya sebagaimana frame berikut ini:

Pertama, Kekuatan Doa: Perang Badar mengajarkan bahwa doa yang tulus kepada Allah dapat mengubah hal yang tampak mustahil menjadi kenyataan. Rasulullah ﷺ berdoa memohon kemenangan meskipun pasukan Muslim lebih sedikit jumlahnya. Doa menjadi senjata yang ampuh, dan dengan izin Allah, umat Islam menang dalam pertempuran.

Kedua,Tawakal (Bergantung kepada Allah): Selain berdoa, tawakal adalah kunci kesuksesan. Dalam perang Badar, Nabi ﷺ berikhtiar dan bertawakal, meyakini bahwa hasil akhir adalah urusan Allah. Ini mengajarkan kita untuk berusaha maksimal dalam segala hal, termasuk dalam perencanaan keuangan, lalu menyerahkan hasilnya kepada Allah.

Ketiga,Niat yang Lurus: Perang Badar mengingatkan kita pentingnya niat yang baik dalam setiap amal. Nabi ﷺ dan pasukannya tidak menginginkan perang, tetapi mereka yakin bahwa ini adalah perintah Allah untuk mempertahankan Islam.

Keempat,Tidak Cepat Puas: Dalam perjuangan, jangan merasa cukup dengan amal yang sudah dilakukan. Seperti dalam Perang Badar, meskipun pasukan sedikit, mereka tetap berjuang keras. Dalam kehidupan sehari-hari, perencanaan keuangan pun harus dilakukan secara konsisten, tanpa merasa cukup setelah mencapai satu tujuan.

Kelima,Solidaritas: Perang Badar mengajarkan pentingnya saling mendukung dan mengutamakan kepentingan bersama. Kaum Muslimin menunjukkan solidaritas tinggi, berbagi tugas dan memperhatikan kesejahteraan satu sama lain.

Keenam,Musyawarah: Rasulullah ﷺ terbuka terhadap masukan dan strategi dari sahabatnya, mengajarkan kita pentingnya musyawarah dalam pengambilan keputusan, terutama dalam hal-hal yang mempengaruhi banyak orang.

Ketujuh,Tidak Menuntut Balas: Setelah kemenangan, Nabi ﷺ memilih untuk membebaskan tawanan perang dengan syarat membayar tebusan, menunjukkan kasih sayang dan tidak menyimpan dendam. Ini mengajarkan pentingnya memaafkan dan tidak menuntut balas.

Maka pelajaran dari Perang Badar ini bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam amal ibadah, perencanaan kehidupan, maupun dalam berinteraksi dengan sesama. []