Kota Tarim (Hadhramaut, Yaman) dianggap sebagai salah satu negeri yang paling diberkahi karena merupakan tempat berkumpulnya wali-wali Allah. Karena itu, kota ini terkenal dengan sebutan “Kota Seribu Wali”. Tidak ada kota yang jalanan dan rumah-rumah mereka dipenuhi cahaya keberkahan. Para ulama mengatakan, jalan di Kota Tarim adalah laksana sebuah pesantren yang penuh dengan ilmu dan nasehat kebaikan. Berikut perkataan para Ulama mengenai Kota Tarim yang dihimpun dari Cahaya Tarim dan berbagai sumber.

Habib Ahmad bin Hasan al-Atthas berkata: “Jalan di Kota Tarim disebut sebagai guru, karena jika kalian berjalan di jalanan Tarim kalian akan menemukan banyak orang yang akan menunjukkan kebaikan, atau majlis ilmu, atau bahkan menasehatimu ketika kita ada kekurangan. Sehingga jalanan Kota Tarim bagaikan seorang guru yang memberi petunjuk pada kebaikan.”

Al-Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi berkata: “Jika aku berjalan di jalanan Kota Tarim saja aku merasa sangat senang, lalu bagaimana kalian wahai Ahli Tarim yang tinggal di dalamnya?”

Syekh Sawwaf dalam Syairnya berkata:

تريم موضع الأنوار دورها والأقطار والله ما فيها دار إلا وأملأه الله

“Kota Tarim adalah kota yang dipenuhi cahaya di setiap jalanan dan lorong-lorong rumah dan di setiap sudutnya. Demi Allah! tidak ada satu rumah di Kota Tarim kecuali di penuhi cahaya”

Melihat keagungan ini Habib Umar bin Alwi al-Kaf (Sibaweh Tarim ) berkata: “Doa di Kota Tarim mustajab walaupun di dalam kamar mandinya.”

Bahkan dari istimewanya Kota Tarim sampai dijadikan pribahasa:

تَرِيم وَلَو عَلى دَلقِ شَرِيم

“Tarim walaupun di atas gergaji,”

Maksudnya, menetaplah engkau di Kota Tarim walaupun kalian berada di atas kesulitan atau kesusahan, karena agungnya Kota Tarim kita diimbau bersabar, karena apa yang akan kita dapat sangatlah agung, dan apa yang kita rasakan tidak akan terasa karena kalah dengan apa yang kita dapatkan. Itu semua cukup bagiku sebuah kemuliaan.

Imam Ahmad bin Abil Hubb mengatakan: “Andai saja mereka melihat hakikat Kota Tarim, maka mereka akan mengatakan, Surga Dunia adalah Tarim.”

Imam Al-Qutb Abdurrahman Assegaf berkata: “Setetes ilmu di Tarim lebih baik daripada lautan ilmu di luar Tarim.”

Imam Al-Qutb Abdullah bin Alwi Al-Haddad berkata: “Andai saja engkau mengeluarkan seluruh hartamu untuk mengunjungi Kota Tarim, maka apa yang engkau dapatkan akan lebih banyak daripada yang kau keluarkan.”

Imam Al-Qutb Ahmad bin Hasan Al Atthas berkata: “Tiga hal yang diperlukan mereka yang tinggal di Tarim: Tawadhu’, Adab, dan hidup Sederhana.”

Al-Habib Ahmad Al-Atthas berkata: “Jalanan Tarim adalah guru dari pada orang yang tidak memiliki guru.”

Imam Alwi bin Syihab berkata: “Siapa yang tetap dengan adab dan akhlak di Tarim, maka Tarim akan menjadikannya bintang, bulan, atau bahkan matahari yang menerangi manusia dengan Ilmu dan nur-nya.”

Al-Habib Abdul Qadir bin Qhutban berkata: “Sesungguhnya Syekh al-Adni tatkala mengetahui bahwa beliau akan meninggal selain di Tarim, beliau menangis.”

Syekh Abdurrahman bin Muhammad Assegaf berkata kepada putra beliau, Syekh Umar Al-Muhdhar: “Sungguh telah dimakamkan di Zanbal (nama pemakaman di Tarim) 10.000 Waliyullah dan 80 di antaranya mencapai tingkat Quthub.”

Jumlah ini sekitar 600 tahun lalu, sebelum wafatnya Imam Assegaff, Imam Alaydrus, Imam Al Muhdhar, Imam Al-Haddad dan masih banyak lagi. Mungkin sekarang jumlah auliya’ di Zanbal sudah mencapai ratusan ribu.

Imam Al-Qutb Abdullah bin Alwi Al-Haddad berkata: “Tidak ada tempat di dunia ini yang lebih baik dari Tarim setelah al-Masajid ats-Tsalatsah (Makkah, Madinah, Al-Aqsha).”

Dan Rasulullah pernah bersabda: “Penduduk negeri Yaman telah datang kepada kalian. Mereka adalah orang Yangon paling lembut hatinya. Iman itu ada pada yaman, Fiqih ada pada Yaman, dan hikmah ada pada Yaman.” (HR. Imam Ahmad)

Demikian sekelumit keistimewaan Tarim Yaman. Semoga Allah memberkahi Tarim dan memberi kita kesempatan untuk berkunjung dan berziarah di kota tersebut. Wallahu ‘A’lam.

Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews.com pada Rabu, 21 April 2021 – 22:33 WIB oleh Rusman H Siregar dengan judul “Keistimewaan Tarim (2), Rumah dan Jalanannya Dipenuhi Cahaya”.