Perang Uhud adalah pertempuran besar antara umat Islam dan kaum Quraisy, yang berlangsung di sebuah lembah di utara Gunung Uhud di dekat Madinah. Perang Uhud terjadi pada 7 Syawal 3 Hijriah atau 23 Maret 625 Masehi.

Apa Penyebab Perang Uhud?

Pengalaman pahit yang dirasakan oleh kaum Quraisy dalam perang Badar, telah menyisakan luka mendalam dan menyakitkan. Betapa tidak, walaupun jumlah mereka jauh lebih besar dan perlengkapan perang mereka lebih memadai, namun ternyata mereka harus menanggung kerugian materi yang tidak sedikit. Dan yang lebih menyakitkan mereka adalah hilangnya para tokoh mereka.

Rasa sakit ini ditambah lagi dengan tekad untuk mengembalikan pamor Bangsa Arab yang telah terkoyak dalam Perang Badar, mendorong mereka melakukan aksi balas dendam terhadap kaum Muslimin. Sehingga terjadilah beberapa peperangan pasca Perang Badar. Perang Uhud termasuk di antara peperangan dahsyat yang terjadi akibat api dendam ini.

bukit uhud, tempat terjadinya perang uhud.

Disebut perang Uhud karena perang ini berkecamuk di dekat bukit Uhud. Sebuah bukit dengan ketinggian 128 meter kala itu, sedangkan sekarang ketinggiannya hanya 121 meter. Bukit ini berada di sebelah utara kota Madinah dengan jarak 5,5 km dari Masjid Nabawi.

Di samping perang ini dipicu oleh api dendam sebagaimana disebutkan diawal, ada juga penyebab lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu misi menyelamatkan jalur bisnis mereka ke Syam dari kaum Muslimin yang dianggap sering mengganggu. Mereka juga berharap bisa memusnahkan kekuatan kaum Muslimin, sebelum menjadi sebuah kekuatan yang dikhawatirkan akan mengancam keberadaan Quraisy. Inilah beberapa motivasi yang melatar belakangi penyerangan yang dilakukan oleh kaum Quraisy terhadap kaum Muslimin di Madinah.

Durasi Perang & Jumlah Pasukan

Para pakar Sirah sepakat, bahwa perang ini terjadi pada bulan Syawal tahun ketiga dari hijrah Rasulullâh ke Madinah. Namun mereka berselisih tentang harinya. Pendapat yang paling populer menyebutkan, bahwa perang ini terjadi pada hari Sabtu, pertengahan bulan Syawal.

Pasukan muslimin berjumlah 700 orang yang terbagi menjadi pasukan infanteri dan pasukan kavaleri (pemanah). Jumlah pasukan infanteri sebanyak 650 orang. Jumlah pasukan kavaleri (pemanah) sebanyak 50 orang. Sedangkan pasukan musyrikin berjumlah 3.000 orang.

Sebanyak 2.800 orang berasal dari suku Quraisy dan para sekutunya. Sedangkan 200 orang tentara pasukan berkuda dipimpin langsung oleh Khalid bin Walid yang berasal dari suku Quraisy. Sebanyak 700 orang memakai baju besi. Pasukan musyrikin dilengkapi dengan 200 ekor kuda dan 3.000 ekor unta. Pemimpinnya adalah Abu Sufyan bin Harb. Para istri dari pemuka suku Quraisy turut serta dalam pasukan ini. [8]

Persiapan Rasulullah

Ketika Rasulullah mendengar bahwa pasukan Quraisy bergerak menuju Madinah, beliau memanggil para shahabat untuk bermusyawarah mengenai langkah yang akan diambil. Sebagian shahabat mengusulkan untuk bertahan dan berperang di dalam kota Madinah, sementara sebagian lainnya berpendapat bahwa lebih baik untuk keluar dan bertemu langsung dengan musuh di luar kota. Sebagian besar shahabat lebih mendukung untuk keluar dan bertempur di luar Madinah.

Akhirnya, Rasulullah memutuskan untuk keluar dengan membawa seribu pasukan Muslim. Namun, perjalanan mereka terganggu oleh tindakan Abdullah bin Ubay (pemimpin kaum munafik) yang menarik pasukannya yang berjumlah 300 orang, sehingga Rasulullah hanya melanjutkan dengan 700 pasukan. Mereka bergerak menuju gunung Uhud, tempat pertempuran akan berlangsung.

Di Gunung Uhud, Rasulullah memposisikan pasukannya dengan sangat hati-hati. Beliau menempatkan 50 pemanah yang dipimpin oleh Abdullah bin Jubair di posisi bukit kecil yang menghadap ke medan pertempuran. Rasulullah memerintahkan para pemanah ini untuk tetap berada di posisi mereka dan tidak meninggalkan tempat itu, baik pasukan Muslim menang ataupun kalah, agar tidak memberikan kesempatan bagi pasukan berkuda Quraisy untuk menyerang dari belakang.

Awal pertempuran berjalan sangat baik bagi pasukan Muslim. Pasukan Quraisy dipukul mundur, dan mereka mulai melarikan diri. Pada titik ini, pasukan Muslim yang melihat keberhasilan mereka tergoda untuk segera merebut harta rampasan perang, sehingga beberapa pemanah meninggalkan posisi mereka untuk mengambil bagian dalam harta rampasan. Namun, ini adalah kesalahan besar yang akan mengubah arah pertempuran.

ilustrasi perang uhud.

Ketika Khalid bin Walid, kala itu komandan pasukan berkuda Quraisy, melihat bahwa posisi pemanah Muslim sudah kosong, dia segera memanfaatkan kesempatan tersebut untuk berbalik menyerang dari belakang. Pasukan berkuda Quraisy menyerang sisa pemanah dan yang tidak berada di posisi mereka. Dan ini menyebabkan kerusakan besar. Dalam kekacauan tersebut, Rasulullah terluka parah, gigi serinya patah, dan kepalanya terluka akibat lemparan batu.

Peristiwa Besar Saat Perang

Sejatinya terdapat beberapa peristiwa besar yang terjadi dalam sub perang Uhud yang terjadi, beberapa yang berhasil didokumentasikan sebagaimana berikut:

Pertama,Pertarungan antara Ali bin Abi Talib dan Talhah bin Ubaidillah. Salah satu pertempuran yang terkenal dalam Perang Uhud ialah pertempuran antara Sayidina Ali bin Abi Talib dan Thalhah bin Ubaidillah dari pihak Quraisy. Thalhah menantang pasukan Muslim dengan sombong, dan Sayidina Ali segera maju menantangnya. Sayidina Ali berhasil melumpuhkan Thalhah, meskipun akhirnya Thalhah selamat setelah mendapat belas kasihan dari Sayidina Ali, karena ia meminta pertolongan dengan bersumpah demi Allah dan kerabatnya.

Kedua,Kematian Hamzah bin Abdul Muttalib. Salah satu tragedi besar dalam pertempuran ini adalah syahidnya Sayidina Hamzah bin Abdul Muttalib, paman Rasulullah. Sayidina Hamzah tewas setelah ditikam oleh Wahsyi, seorang budak yang disuruh oleh Hindun binti Utbah untuk membunuhnya sebagai balas dendam. Wahsyi berhasil menikam Hamzah saat dia tengah berperang dengan seorang pejuang musuh, dan Hamzah pun jatuh syahid.

Ketiga,Patah Hati dan Kejatuhan Moral. Pasukan Quraisy memperlihatkan kekejaman mereka dengan memutilasi tubuh-tubuh para syuhada, termasuk dengan memotong hidung dan telinga mereka, serta membuka perut mereka. Hindun, istri Abu Sufyan, dikenal sebagai salah satu orang yang paling membenci Islam, dan dia menuntut agar tubuh Hamzah dipotong sebagai pembalasan.

Kemenangan Moral & Kerugian

Walaupun pasukan Quraisy akhirnya dapat mengalahkan pasukan Muslim di Uhud, mereka tidak dapat meraih kemenangan penuh. Mereka kehilangan banyak pejuang terkemuka, dan tidak berhasil menghancurkan pasukan Islam sepenuhnya. Jumlah korban Muslim mencapai sekitar 70 orang, termasuk Sayidina Hamzah bin Abdul Mutthalib dan beberapa sahabat lainnya. Di pihak Quraisy, hanya 22 orang yang terbunuh.

Rasulullah dan para sahabat merasa sangat berduka atas kekalahan ini, tetapi mereka tetap berpegang pada prinsip bahwa Allah memberikan ujian kepada umat-Nya untuk menguji keteguhan iman mereka. Pada akhirnya, pertempuran ini mengajarkan banyak pelajaran berharga, baik tentang kesetiaan, ketaatan terhadap perintah Nabi, serta pentingnya strategi dan taktik dalam peperangan.

Hikmah Peristiwa Perang Uhud

Pertama,Ujian iman dan kekufuran. Perang Uhud merupakan ujian untuk mengetahui keimanan dan kemunafikan seseorang. Orang yang beriman akan semakin kuat imannya, sementara orang munafik akan tampak jelas sifat kemunafikannya melalui tindakan dan perkataan mereka.

Kedua,Pemurnian hati. Peristiwa ini juga menjadi sarana untuk menyucikan hati orang beriman. Hati manusia bisa tercampur dengan sifat buruk, seperti kebiasaan, godaan setan, dan kelalaian. Oleh karena itu, Allah menimpakan ujian untuk membersihkan hati mereka.

Ketiga,Ujian sebagai pengingat. Ujian ini datang dari Allah untuk menegaskan bahwa segala yang terjadi berasal dari diri mereka sendiri. Kemenangan dan kekalahan adalah akibat dari perbuatan mereka, dan Allah berkuasa atas segala sesuatu.

Keempat,Kesalahan manusia. Para sahabat yang melarikan diri saat pertempuran adalah akibat dari kekeliruan mereka sendiri dan godaan setan. Namun, ini bukan karena kemunafikan mereka, melainkan karena kesalahan sementara, yang kemudian diampuni oleh Allah.

Kelima,Peran amal perbuatan. Setiap amal perbuatan manusia baik atau buruk akan menentukan hasilnya. Perbuatan baik akan mendatangkan pertolongan, sementara perbuatan buruk dapat memperburuk keadaan.

Keenam,Pertolongan Allah. Allah memberi ampunan kepada mereka yang bersungguh-sungguh bertaubat. Allah berperan dalam menentukannya, baik dalam memberi ujian maupun dalam memberi pertolongan.

Ketujuh,Terungkapnya sifat asli. Perang Uhud menunjukkan perbedaan yang jelas antara orang yang beriman dan orang yang munafik. Orang-orang munafik mengungkapkan ketidaksepakatannya terhadap perjuangan dan kesulitan yang dihadapi, sehingga menjadi pelajaran bagi orang beriman untuk berhati-hati.

Kedelapan,Keimanan yang lebih murni. Melalui ujian ini, orang beriman semakin sadar tentang ujian hidup dan semakin dekat kepada Allah.

Kesembilan,Nasihat untuk bersabar. Allah mengingatkan orang-orang beriman bahwa setiap kesulitan dan ujian adalah bagian dari takdir-Nya dan merupakan cara untuk menguji ketabahan dan keimanan mereka. Kematian di jalan Allah bagi para syuhada adalah kemuliaan yang tak terhingga.

Kesepuluh,Keutamaan bagi yang mati syahid. Mereka yang gugur dalam perjuangan di jalan Allah tidak dianggap mati, tetapi hidup dalam keberkahan dan mendapatkan pahala yang besar dari-Nya.

Pertolongan dan keputusan Allah merupakan kepastian takdir. Semua peristiwa dalam hidup ini, baik kemenangan maupun kekalahan, merupakan bagian dari keputusan Allah yang Maha Kuasa. Ujian ini dimaksudkan untuk menyaring siapa yang benar-benar beriman dan siapa yang munafik. Para sahabat diajarkan untuk selalu bersyukur dan menerima takdir Allah, serta tidak mudah putus asa atas apa yang mereka hadapi.

Daftar Pustaka

  1. Al-Qur’an al-Karim
    1. Surah Al-Imran [3:165], Al-Baqarah [2:214], Ash-Shura [42:30], At-Tawbah [9:51], Al-Ahzab [33:23].
  2. Hadis
    1. Shahih Bukhari, Kitab al-Jihad, Hadis no. 2810.
    1. Shahih Muslim, Kitab al-Iman, Hadis no. 1910.
  3. Tafsir
    1. Al-Tabari, Tafsir al-Tabari (Jilid 2).
    1. Ibn Kathir, Tafsir al-Qur’an al-Azim (Jilid 1).
    1. Muhammad Sayyid Tantawi, Tafsir al-Waseet.
    1. Ibn Qayyim al-Jawziyah, Zad al-Ma’ad fi Hadiy Khayr al-Ibad, 27th edition, Beirut: Maktabah al-Manar, 1415H/1994M.
  4. Website
    1. Mawdoo3. “قصّة غزوة أحد”. mawdoo3.com.
    1. Wikipedia. “Pertempuran Uhud”. wikipedia.org.
    1. Detik.com. “Kisah Perang Uhud”. detik.com.
    1. Kompas.com. “Sejarah Perang Uhud”. kompas.com.