
Al-Habib Zein bin Smith merupakan seorang yang sangat fakih, rendah hati, zuhud sekaligus seorang murabbi ruh. Beliau berjuluk Abu Muhammad, dan memiliki nama asli Zein bin Ibrahim bin Muhammad bin Zein bin Abdurrahman bin Ahmad bin Abdurrahman bin Ali bin Salim bin Abdullah bin Muhammad Sumaith bin Ali bin Abdurrahman bin Ahmad bin Alawi bin bin Ahmad bin Abdurrahman bin Alawi bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Muhammad bin Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa Ar-Rumi bin Muhammad Naqib bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin yang merupakan keturunan dari Sayyidina Husein bin Fatimah Az-Zahra binti Rasulullah.
Al-Habib Zein bin Smith berasal dari Ahlu Bait Nabi, keturunan Sayyidina Husein cucu dari Rasulullah. Beliau berpegang kepada thariqah Alawiyah, bermazhab Syafi’i, beraqidah Asy’ari, dan termasuk ulama Ahlu Sunnah wal Jama’ah.
Al-Habib Zein dilahirkan di kota Jakarta pada tahun 1936 M, berasal dari keluarga yang shalih dan menjaga nilai-nilai Islam. Sedari kecil, ayahandanya sering mengajak dia menghadiri majelis-majelis keilmuan, khususnya majelis Al-Habib Alwi bin Muhammad Al-Haddad yang bertempat tinggal di kota Bogor.
Al-Habib Zein sangat giat dan semangat dalam menyerap ilmu yang disampaikan para gurunya, terlebih ia begitu senang menghadiri pembacaan maulid nabi yang sering diadakan oleh Al-Habib Alwi. Selain itu, Al-Habib Zein juga menghadiri majelis pengajian yang diadakan oleh Al-Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi di Kwitang. Oleh karena itu, Al-Habib Zein mendapat keberkahan karena selalu hadir pada majelis-majelis gurunya.
Kisah pembelajarannya dimulai sedari kecil, mempelajari berbagai macam ilmu seperti cara membaca, menulis, ilmu tajwid, serta talaqqi Al-Qur’an. Setelah umurnya mencapai 24 tahun, beliau melakukan perjalanan ke negeri Hadhramaut untuk lebih memperdalam ilmu agama. Bertempat tinggal di kota Tarim, tempat yang terkenal dengan khazanah Islam dan keilmuannya yang luas. Kota seribu wali itu telah melahirkan banyak para ulama yang shalih dan tersebar ke seluruh penjuru dunia.
Perjalanannya dalam menuntut ilmu di Hadhramaut dimulai dari Rubath Tarim yang didirikan oleh Al-Habib Abdurrahman Al-Masyhur, Al-Habib Ali bin Abdurrahman Al-Masyhur, Al-Habib Abdullah bin Umar Asy-Syatiri, dan para tokoh lainnya. Di Rubath tersebut ia bertalaqqi langsung kepada Al-Habib Muhammad bin Salim bin Hafizh, sehingga ia mampu menghafal kitab nadzam Shafwah Az-Zubad karangan Imam Ibnu Ruslan, dan kitab Al-Irsyad karangan Imam Ibnu Muqri. Selain itu, ia juga mempelajari kitab Minhaj, Tasawuf, Ilmu Falak, Nahwu, Sharaf dan lainnya.
Adapun dalam bidang ilmu fiqih, beliau mengambil dari Syekh Mahfuzh bin Salim Az-Zubaidi, dan Syekh Salim Said Bukayyar Bagisan (Mufti Tarim). Untuk ilmu Nahwu, Ma’ani dan Bayan, beliau mengambil dari Al-Habib Umar bin Alwi Al-Kaff.
Al-Habib Zein menempuh pendidikan di kota Tarim selama 18 tahun, seluruh waktunya dihabiskan dan dipakai hanya untuk menuntut ilmu dan berkhidmah kepada para salafus-shalih. Sehingga berkat kegigihannya selama masa pencarian itu, ia dianugerahi ilmu yang luas dan diberikan derajat yang tinggi kalangan para ulama. Setelah itu, ia mendapat mandat dan perintah dari gurunya yaitu Al-Habib Muhammad bin Salim bin Hafizh untuk pergi melanjutkan perjalanan menuntut ilmu ke kota Baidha’ yang berada di negeri Yaman bagian barat.
Dalam perjalanannya ke kota Baidha’, Al-Habib Zein melewati kota Aden. Dan di kota tersebut, beliau bertemu dengan salah satu sahabatnya, yaitu Al-Habib Salim bin Abdullah Asy-Syatiri. Kebetulan Al-Habib Salim memiliki perpustakaan kitab-kitab yang terbuka secara umum, dipersilahkan untuk para penuntut ilmu yang ingin menelaah masalah-masalah keilmuan. Al-Habib Zein pun tertarik untuk kembali mengulang semua ilmu yang telah di dapatkannya selama ini. Akhirnya ia dan Al-Habib Salim bergelut dalam diskusi, sembari mengulang masalah-masalah fiqih dan lain-lain.
Di kota Baidh’o’, ia bertempat tinggal di Rubath yang diasuh oleh Al-Habib Muhammad bin Abdullah Al-Haddar, yang merupakan Mufti di kota tersebut. Ia mendapat titah untuk mengajar di rubath tersebut. Dengan penuh keikhlasan dan semangat yang membara, Al-Habib Zein menunaikan amanah dari gurunya tersebut. Al-Habib Muhammad merasa sangat senang melihat kegigihan Al-Habib Zein menyampaikan ilmu, hingga akhirnya Al-Habib Muhammad menikahkan anak perempuannya dengan Al-Habib Zein, sekaligus menjadikannya sebagai menantu. Kedekatan Al-Habib Zein dengan Al-Habib Muhammad berlangsung dengan baik, sehingga seringkali ia kerap menggantikan Al-Habib Muhammad ketika berhalangan, untuk mengisi majelis-majelis keilmuan, mengisi tanya jawab masalah fiqih, dan lain-lain. Bahkan dikatakan, “Apabila Al-Habib Zein telah menjawab, maka tidak diperlukan lagi untuk mengulang masalah tersebut.”
Al-Habib Zein bin Smith tinggal di kota Baidha’ selama 20 tahun, seluruh waktunya ia pergunakan untuk berkhidmah kepada ilmu syari’ah dan murid-muridnya. Ia telah menjadi Mufti Syafi’i yang sangat dihormati dan dimuliakan. Telah terlahir banyak cendikiawan Muslim dan Ulama shalih dari didikannya, tak lain semua itu dihasilkan karena keikhlasan yang dimilikinya. Setelah 21 tahun berada di kota Baidha’, Hadhramaut-Yaman. Sang Habib melanjutkan perjalanannya untuk berhijrah ke negeri Hijaz.
Ketika sampai di negeri tersebut, Al-Habib Zein mendapat undangan untuk menghadiri pembukaan Rubath Sayyid Abdurrahman bin Hasan Al-Jufri yang berada di kota Madinah. Hingga akhirnya, ia mendapat titah untuk kembali berkhidmah mengurusi rubath tersebut, bersama Al-Habib Salim Asy-Syatiri. Mereka berdua berkolaborasi dan bekerjasama dalam mengembangkan dan mendidik murid-murid di rubath tersebut. Setelah berlalu 12 tahun, Al-Habib Salim terpaksa harus kembali ke Hadhramaut untuk berkhidmah di Rubath Tarim.
Walau disibukan oleh kegiatan mengajar dan mengurusi umat, Al-Habib Zein tak lupa juga akan kewajibannya menjaga wirid sehari-hari. Berdzikir pada sepertiga malam tak pernah dilewatkannya. Beliau selalu berangkat tepat waktu untuk menunaikan shalat Shubuh di Masjid Nabawi. Setelah itu, beliau akan kembali ke rubath untuk mengajar hingga sebelum Isya’. Selepas Isya’ beliau berziarah ke makam kakeknya, yaitu Nabi Muhammad. Kemudian dilanjutkan mengisi pengajian dan majelis di berbagai tempat lainnya. Inilah kegiatan Sang Habib sehari-hari yang tak pernah terlewatkan.
Al-Habib Zein telah menulis banyak karya selama perjalanannya menuntut ilmu dan berkhidmah kepada umat, di antara karyanya ialah: Al-Manhajus Sawi Syarh Ushul ath-Thariqah Sadah Ba’alawi, Al-Fuyudhat ar-Rabbaniyah min Anfasi Sadah Alawiyah, Al-Futuhat al-‘Aliyah fil-Khutabi al-Mimbariyah, Hidayatuth-Thalibin fi Bayani Muhimmah ad-Din, Al-Ajwibatul al-Ghaliyah fi Aqidatil Firqatin Najiyah, Hidayatuz-Zairin ila Ad’iyati Ziaratin Nabawiyah wa Masyahidis Shalihin, Majmu Al-Fatawa al-Fiqhiyah, Tsabat Asaniduhu wa Syuhukhahu, dan banyak lagi.
Tokoh Pemikir Islam Al-Habib Abu Bakar Al-Adni Al-Masyhur mengatakan, “Dia adalah seorang yang sangat alim, penjaga mazhab, ahli dalam bidang Nahwu dan berbagai ilmu lainnya, arif dan senantiasa selalu mengajak kepada Allah dalam setiap nasihat-nasihatnya, seorang sufi berhati bersih, dan terpandang di kalangan para salaf Ba’alawi.”
Dr. Muhammad Hasan Hito (seorang faqih) mengatakan, “Dia adalah Sayyid yang memiliki kecerdasan yang sempurna, ia juga seorang alim yang rendah hati dan mengamalkan ilmu yang telah diketahuinya.”
Sayyid Muhammad bin Abdullah Al-Haddar mengatakan, “Dia adalah Sayyid yang mengajak kepada Allah, pemuda yang taat, selalu menjaga ibadahnya, seorang yang dicintai oleh umat Muslim, dia adalah tuanku, kebanggaanku, dan pedomanku.”
Hingga sekarang, Al-Habib Zein bin Smith masih aktif dalam kegiatan mengajar, membantu para muridnya, dan memberi arahan akan hal-hal baik. Ia juga membuka majelis fatwa untuk permasalahan-permasalahan fiqih yang ditanyakan kepadanya dari berbagai macam negara, sering melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lainnya untuk menyebarkan risalah dakwah Nabi Muhammad. Wallahu a’lam bis Shawab.
Penulis: Faisal Zikri
Sumber: sanadmedia.com