Dalam Islam, orang tua memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk karakter dan keimanan anak-anak mereka. Seorang anak adalah amanah dari Allah ﷻ, yang harus dijaga, dididik, dan dibimbing dengan ilmu serta keimanan agar tumbuh menjadi pribadi yang berakhlak mulia dan bertakwa. Rasulullah ﷺ bersabda:

“كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ”
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (Islam), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menegaskan bahwa lingkungan keluarga, khususnya orang tua, memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk keimanan dan akhlak seorang anak. Oleh karena itu, orang tua harus menjadi uswah hasanah (أسوة حسنة) atau teladan yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

1. Orang Tua sebagai Teladan dalam Ilmu

Ilmu adalah cahaya yang menerangi kehidupan. Orang tua yang berilmu akan mampu membimbing anak-anaknya menuju jalan yang benar. Dalam Al-Qur’an, Allah ﷻ berfirman:

“يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ”
“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)

Maka, orang tua seharusnya tidak hanya mendorong anak untuk belajar, tetapi juga menunjukkan bahwa mereka sendiri adalah pencari ilmu. Membaca buku, mendalami ilmu agama, serta mendiskusikan ilmu dengan anak adalah cara terbaik untuk menanamkan kecintaan terhadap ilmu.

2. Orang Tua sebagai Role Model dalam Keimanan

Keimanan yang kokoh akan membimbing anak dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan. Jika orang tua memiliki hubungan yang kuat dengan Allah ﷻ, maka anak akan mencontoh sikap tersebut. Dalam sebuah hadis, Rasulullah ﷺ bersabda:

“إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا مَاتَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ”
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim)

Hadis ini menunjukkan bahwa investasi terbaik dalam hidup orang tua adalah membimbing anak menjadi pribadi yang saleh. Untuk mencapai itu, orang tua harus:

  • Menjaga ketaatan kepada Allah, seperti shalat tepat waktu dan membaca Al-Qur’an.
  • Memperlihatkan akhlak yang baik, seperti jujur, sabar, dan rendah hati.
  • Mengajarkan anak untuk mengenal dan mencintai Allah serta Rasul-Nya sejak dini.

3. Konsistensi dalam Peran Sebagai Teladan

Anak lebih banyak belajar dari tindakan daripada kata-kata. Jika orang tua mengajarkan kejujuran tetapi sering berbohong, atau meminta anak untuk shalat tetapi mereka sendiri malas, maka anak akan kesulitan meneladani nilai-nilai yang diajarkan. Oleh karena itu, orang tua harus konsisten antara perkataan dan perbuatan.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:
“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ”
“Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?” (QS. As-Saff: 2)

Keselarasan antara ucapan dan perbuatan akan membuat anak lebih mudah memahami dan menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupannya.

Kesimpulan

Menjadi orang tua bukan hanya tentang membesarkan anak, tetapi juga tentang membimbing mereka dengan ilmu dan iman. Orang tua yang baik bukan hanya memberikan pendidikan duniawi, tetapi juga menanamkan nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menjadi role model yang baik, anak-anak akan tumbuh menjadi generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga beriman dan berakhlak mulia.

Sebagaimana pepatah Arab mengatakan:
“العِلْمُ فِي الصِّغَرِ كَالنَّقْشِ عَلَى الْحَجَرِ”
“Belajar di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu.”

Maka, mari menjadi teladan terbaik bagi anak-anak kita, karena mereka adalah cerminan dari didikan dan nilai yang kita tanamkan.