Menjalani ‘hidup’ sejatinya merupakan perjuangan tanpa henti: berhasikah kita melewati trip-trip menantangnya, atau malah berujung tidak baik di akhirnya? Tentunya, semua itu bergantung pada semangat kita sendiri. Bahkan di lingkup keluarga Rasulullah pun, tidak ada namanya jaminan ‘hidup surgawi’ seperti yang di idamkan orang-orang selama ini.

Mari kita lihat keluarga Rasulullah dari dekat, dari sisi yang berbeda dari kebanyakan orang. Seperti hadis Imam Hannad, dari Imam ad-Dinawari, dari Imam asy-Sya’bi, Sayyidina Ali bin Abi Thalib pernah berkata:

لَقَدْ تَزَوَّجْتُ فَاطِمَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهَا – بِنْتَ مُحَمَّدٍ – وَمَا لِيْ وَلَهَا فِرَاشٌ غَيْرَ جِلْدَ كَبْشٍ نَنَامُ عَلَيْهِ بِاللَّيْلِ وَنَعْلِفُ عَلَيْهِ نَاضِحَنَا بِالنَّهَارِ وَمَا لِيْ خَادِمٌ غَيْرُهَا

“Aku menikahi Sayyidah Fathimah binti Muhammad—semoga Allah meridhainya—sedang aku dan dia tidak memiliki alas tidur, selain hanya kulit domba yang kami pakai di waktu malam. Saat siang, kami juga biasa memberi makan unta piaraan kami. Aku juga tidak mempunyai pembantu (selain istriku itu).” (Baca: al-Kanzu, V/133)

“Nâdhihialah unta yang biasanya digunakan untuk memuat air. Berarti bekas bau tubuh unta beserta makanan hewan yang baunya aneh dan tidak enak, pasti saat itu memenuhi ruang kamar keluarga beliau. Coba banyangkan, betapa tidak mengenakkannya berada di ruangan pengap dan bau hewan seperti kamar Sayyidah Fathimah. Tidak seperti semerbak wangi parfum mahal yang saat ini memenuhi kamar tidur kalian!

Ada lagi yang menarik dari sisi lain kisah tadi. Lumrahnya, saat hujan turun kemudian membasahi bahan kulit yang biasa di buat alas tidur, pasti bau anehnya semakin menusuk. Kalian pasti bisa membayangkan betapa tidak nyenyak Sayyidah Fathimah saat itu, harus tidur sambil mencium bau tidak enak yang menyesakkan hidung.

Jika suatu ketika di takdir oleh Allah juga bernasib demikian, apakah kalian masih mau tidur di samping kulit bau seperti itu? Apalagi menjadikannya sebagai alas tidur? Namun kenyataannya, demikianlah kondisi tempat tidur tuan putrimu, Sayyidah Fathimah, pemimpin perempuan surga.

Dear Ukhti…

Sebagian kalian mungkin pernah membayangkan, betapa beruntung dan bahagianya kehidupan para istri Rasulullah: bisa setiap hari bersama manusia paling mulia; dilimpahi cinta yang tak bertepi oleh beliau; sebagai Muslimah berwibawa karena menjadi bagian dari Ummahatil-Mukminin. Padahal kenyataannya tidaklah demikian.

Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan, Sayyidah Aisyah binti Abu Bakar pernah bercerita kondisi rumah tangganya saat bersama Rasulullah:

قَالَ إِبْنُ أُخْتِيْ إِنْ كُنَّا لَنَنْظُرَ إِلَى الْهِلَالِ ثُمَّ الْهِلَالِ ثُمَّ الْهِلَالِ ثَلَاثَةِ أَهِلَّةٍ فِيْ شَهْرَيْنِ وَمَا أُوْقِدَتْ فِيْ أَبْيَاتِ رَسُوْلِ اللهِ نَارٌ. قَالَ لَهَا : فَمَا كَانَ يُعِيْشُكُمْ؟ قَالَتْ : الأَسْوَدَانِ التَّمْرُ وَالْمَاءُ.

Anak saudariku (yakni Shahabat ‘Urwah bin az-Zubair) berkata: “Aku melihat hilâl (bulan) sampai tiga kali pergantian hilâl selama dua bulan, namun aku tidak pernah melihat nyala api (untuk memasak) di rumah istri-istri Rasulullah? Lalu selama ini, apa yang membuat kalian dapat bertahan hidup?” Sayyidah Aisyah pun menjawab: “Kurma dan air.” (HR. Imam Bukhari & Imam Muslim)

Ûqidatin-Nâr” atau nyala api, tanda bahwa di dapur sedang ada aktifitas memasak. Yang berarti selama sebulan atau dua bulan—sesuai hadis tadi—keluarga Rasulullah sudah terbiasa sekedar mengkonsumsi air dan kurma. Jadi tidak ada yang spesial dari kehidupan keluarga beliau, atau bisa dikatakan masih ‘dibawah standar’ hidup dari kebanyakan kita: yang biasa makan di rumah makan mewah sambil tebar selfie sebelum ritual makan dimulai.

Dear Ukhti…

Apakah kalian ingin tahu penyebab Ummahatil-Mukminin mampu bertahan dalam hidup sempit dan serba kurang (atau jika boleh disebut ‘miskin’) yang demikian? Alkisah, berawal dari sebagian mereka yang sempat memohon kepada Rasulullah agar dilimpahi kelapangan duniawi, paling tidak bisa hidup enak layaknya istri-istri para shahabat dengan standar hidup terendah, pun tak mengapa!

Ternyata Rasulullah marah atas perlakuan ‘agak’ tidak sopan dari sebagian istrinya, hingga beliau mengucilkan diri (‘uzlah) beberapa waktu lamanya. Akhirnya turun ayat berikut ini, sebagai teguran atas sikap sebagian Ummahatil-Mukminin tadi:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِىُّ قُل لِّأَزْوَٰجِكَ إِن كُنتُنَّ تُرِدْنَ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا وَزِينَتَهَا فَتَعَالَيْنَ أُمَتِّعْكُنَّ وَأُسَرِّحْكُنَّ سَرَاحًا جَمِيلًا * وَإِنْ كُنْتُنَّ تُرِدْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالدَّارَ الْآخِرَةَ فَإِنَّ اللَّهَ أَعَدَّ لِلْمُحْسِنَاتِ مِنْكُنَّ أَجْرًا عَظِيمًا

“Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu: ‘Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan segala perhiasannya, maka kemarilah supaya aku berikan kepada kalian hadiah (mut’ah) dan aku ceraikan kalian dengan cara terbaik. Dan jika kamu sekalian menghendaki (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya serta (kenikmatan) di akhirat, maka sesungguhnya Allah telah menyediakan bagi siapa saja yang berbuat baik di antara kalian, pahala yang sangat besar!’” (QS al-Ahzab [33]:28-29)

‘Bahasa Langit’ tersebut kalau diterjemah ke ‘Bahasa Bumi’, seakan-akan menyuruh begini: “Wahai Rasulullah! Tanyakan kepada istri-istrimu: jika kalian menikahiku karena ingin kaya, maka akan aku penuhi kalian dengan harta, tapi setelah itu aku ceraikan! Namun jika kalian menikahiku karena ingin ridha Allah dan Rasulullah, maka kalian harus mau hidup miskin bersamaku, sebab Allah telah menyiapkan surga bagi istriku yang bersabar!”

Dear Ukhti…

Jika suatu saat kalian berada di posisi ‘mengerikan’ seperti yang dialami Ummahatil-Mukminin tadi: akan dinikahi oleh lelaki yang bisa dipastikan miskin seumur hidup, apakah kalian masih bersedia? Bahkan meski dia lelaki shaleh sekalipun? Hanya Allah dan kalian yang tahu jawabannya!

Padahal dua ayat tadi (QS al-Ahzab [33]:28-29) merupakan ‘akar’ motivasi istri-istri Rasulullah, yang merubah mindset mereka sehingga menjadi pribadi tangguh, yang siap menghadapi tantangan masa depan, yang tidak cemen di depan kemiskinan. Maka amat sangat pantas, jika sosok-sosok “Ummahatil-Mukminin” menjadi teladan hebat kebanggaan kita! []