
Oleh Al-Habib Shaleh bin Muhammad bin Ahmad bin Jakfar bin Ahmad bin Zein Al-Habsyi.[1]
بسم الله الرحمن الرحيم
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat kepada kita untuk berpuasa di bulan Ramadhan, dan menjadikan kita sebagai umat terbaik yang dilahirkan untuk umat manusia di akhir zaman, dan memberi petunjuk kepada kita dengan terutusnya Nabi Muhammad, manusia pilihan dari keturunan Sayidina Adnan.
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah semata, tanpa sekutu bagi-Nya, kesaksian dari seorang hamba yang tulus ikhlas dalam Islam dan iman. Dan aku bersaksi bahwa junjungan kita Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya bagi seluruh manusia dan jin. Semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepadanya, keluarganya, dan para sahabatnya yang merupakan tiang agama, dan kepada orang-orang yang mengikuti mereka hingga hari kiamat dengan penuh kebaikan.
Hai sekalian hamba Allah: aku memberi nasihati kepada Anda dan diriku sendiri, untuk selalu bertakwa kepada Allah. Karena takut (taqwa) adalah cara terbaik untuk meraih keridhaan sang pemilik keimanan; yang menyelamatkan dari segala bahaya, yang mendekatkan hamba kepada Tuhannya yang Maha Pemurah lagi Maha Penguasa, dan menyebabkan pemiliknya meraih surga yang setinggi-tingginya.
Waspadalah terhadap kemaksiatan, kejahatan, ketidakadilan, dosa-dosa dan pelanggaran, karena orang yang melakukannya akan ditakdirkan untuk mengalami kehancuran, kerugian, penyesalan, penuh sesal dan kekecewaan,
يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ
“Pada hari ketika harta dan anak-anak tidak berguna lagi.” (QS. Asy-Syu’ara: 88)
Tak ada istilah “saudara” pada hari kiamat, bahkan terkait dosa-dosa paling kecil dan paling ringan, yang banyak dan yang sedikit, dosa kecil maupun dosa besar, yang dilakukan oleh manusia secara diam-diam atau yang terang-terangan. Itulah hari di mana tidak berguna lagi alasan orang-orang yang zalim untuk menyelamatkan diri mereka; dan bagi merekalah kutukan di neraka, azab dan kehinaan.
Ketahuilah bahwa Allah telah melimpahkan karunia-Nya kepada kalian, memberi kalian taufik untuk berpuasa di awal bulan ini, padahal sepertiganya telah berlalu begitu saja. Kemudian, apa yang telah kalian lakukan di beberapa hari lalu? Bersungguh-sungguhlah, berikhtiarlah! Mudah-mudahan kalian dapat menebus amal saleh yang telah kalian tinggalkan di sisa bulan ini.
Mungkin malam ini adalah malam kemuliaan (Lailatul-Qadr), yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Maka bersungguh-sungguhlah untuk menaati Allah dan mencari keridhaan-Nya, karena tidak ada seorang pun yang dapat menemukan Lailatul-Qadr dan ditakdir dapat melakukan amal saleh di dalamnya, kecuali seorang hamba yang diberkahi dan diberi kebagaiaan; dan tidak ada seorang pun yang dirampas keutamaannya dan pahalanya, kecuali orang yang terhalangi dan tertolak. Maka, bertaubatlah, bertaubatlah, hai para hamba Allah; berlombalah dan berlombalah menuju ampunan dari Tuhanmu, rahmat dan keridhaan-Nya.
Dan ingatlah bahwa tiap keturunan Nabi Adam itu sejatinya sedang meninggalkan dunia yang fana ini, dan sedang berjalan darinya menuju kampung halamannya di akhirat. Bekalnya dalam perjalanan ini adalah berbuat baik dan bertakwa; sedangkan modalnya adalah umur yang telah Allah tetapkan untuknya di dunia. Maka berhati-hatilah, saudara-saudaraku; semoga Tuhan merahmati kalian, dari menyia-nyiakan diri kalian dalam hiburan dan kemalasan, mengikuti hawa nafsu dan suka berkhayal.
Mintalah pertanggungjawaban kepada diri kalian sendiri, sebelum kalian dimintai pertanggungjawaban oleh-Nya, dan sebelum kalian menemui Tuhan kalian tanpa membawa bekal dan kemudian menyesal. Karena Allah telah memerintahkan kalian untuk berbekal dengan perbuatan saleh, secara rahasia maupun diam-diam, sebagaimana Allah berfirman:
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ ۚ
“Dan ambillah bekal, dan sesungguhnya bekal yang paling baik adalah takut kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah: 197)
Wahai saudara-saudaraku, berhati-hatilah dari bersegera melaksanakan perintah Allah dan memelihara shalat berjamaah, karena Allah telah meniupkan karunia-Nya pada hari-hari yang kalian lalui. Maka perlihatkanlah diri kalian kepada-Nya, pada setiap saat dan waktu.
Waspadalah jangan sampai meninggalkan Shalat Jumat, karena barangsiapa yang meninggalkan Shalat Jumat sebanyak tiga kali tanpa alasan yang benar, maka Allah akan menutup hatinya dan akan ditimpa murka dari tuhannya. Hal ini juga telah diriwayatkan dari Nabi Muhammad dalam banyak hadis-hadis.
Bayarkanlah zakat atas harta dan tubuh kalian, yang telah diwajibkan kepada kalian oleh Tuhan dan pencipta kalian. Barangsiapa meninggalkan zakat, maka ia adalah orang yang menyesal dan merugi. Ia termasuk hamba-hamba yang durhaka kepada tuhannya dan menyembah selain-Nya, sebagaimana firman Allah:
وَوَيْلٌ لِّلْمُشْرِكِينَ * الَّذِينَ لَا يُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُم بِالْآخِرَةِ هُمْ كَافِرُونَ
“Dan celakalah bagi orang-orang musyrik, yang tidak membayar zakat dan mereka adalah orang-orang yang kafir terhadap akhirat.”(QS. Fushilat: 6-7)
Dan bersegeralah menunaikan ibadah haji ke Baitullah, karena barangsiapa yang mampu tetapi tidak menunaikan ibadah haji, maka ia akan meninggal dalam keadaan Yahudi atau Nasrani, sebagaimana telah disampaikan oleh Rasulullah. Dan jalinlah tali silaturahmi, karena menjalin tali silaturahmi dapat memperpanjang umur dan mempercepat tercapainya cita-cita.
Berhati-hatilah untuk tidak memutuskan tali silaturahmi di waktu kapan pun, karena barangsiapa yang memutuskan tali silaturahmi, maka ia akan dilaknat sesuai nash Al-Qur’an, dan ia akan terhindar dari rahmat Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Pemberi Rahmat.
Jadilah tetangga yang baik bagi para tetanggamu, karena berbuat baik kepada mereka merupakan bukti kuatnya iman orang yang melakukannya. Sebab hal itu telah sering disinggung oleh Nabi Muhammad, bahwa Malaikat Jibril senantiasa menasihati Rasulullah tentang tetangganya, hingga beliau mengira bahwa tetangganya itu juga harus menerima warisan, selayaknya keluarga dan anak-anak sendiri.
Semoga Allah menjadikan kita dan kalian pada malam ini termasuk orang-orang yang dibebaskan-Nya dari api neraka, yaitu orang-orang yang berdiri karena-Nya di malam hari di bulan ini, berpuasa karena-Nya di siang hari, dan dibimbing untuk melakukan apa yang diridhai-Nya, baik secara diam-diam atau terang-terangan.
Semoga Allah menutup kehidupan kita dengan kebahagiaan bagi kita dan kalian; semoga Dia mengumpulkan kita dan kalian, orang tua kita, anak-anak kita, guru-guru kita dalam beragama dan semua umat Islam, kelak berada di sisi Nabi Muhammad. Dan semoga Allah memasukkan kita dengan rahmat-Nya ke dalam Surga-Nya, tempat tinggal orang-orang saleh, bersama para nabi, para rasul, para shiddiqin, para syuhada, para shalihin, dan orang-orang yang baik.
ذَٰلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللَّهِ ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ عَلِيمًا
“Itulah karunia Allah, dan cukuplah Allah Maha Mengetahui.” (QS. An-Nisa: 70)
Semoga shalawat dan salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad, keluarganya, dan para shahabatnya. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. []
[1] Khutbah ini dibacakan dalam acara Khatmul-Quran di Masjid Al-Asrar yang berada di Hazm Isa di Hauthah, pada malam ke-11 bulan Ramadhan.
Diterjemahkan dari buku: Al-Khuthab Ar-Ramadhaniyah fil-Layali Al-Witriyah, tulisan al-Allamah al-Habib Ahmad bin Zein al-Habsyi al-Alawi al-Husaini asy-Syafii.