بسم الله الرحمن الرحيم

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Segala puji bagi Allah, Yang Maha Esa, Maha Kaya, Yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya. Pencipta surga dan neraka, Penerima taubat dan Pembebas kesalahan, Pengampuni dosa dan pelanggaran, Penerima amal saleh orang-orang yang saleh, dan Pemberi pahala atas amal mereka di surga yang penuh balasan dan yang penuh ketenangan.

Aku memuji Allah dan segala puji bagi-Nya, atas apa yang telah Dia berikan dan limpahkan, atas apa yang telah Dia ajarkan dan ilhami, atas apa yang telah Dia anugerahkan dan atas apa yang telah Dia muliakan.

Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, Tuhan Yang Maha Besar, Tuhan Yang Maha Pemurah, Maha Dermawan, Maha Penyayang. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, kekasih-Nya dan sang terkasih yang paling dekat dengan-Nya, manusia pilihan di antara sekian makhluk-Nya, manusia pilihan di antara sekian makhluk ciptaan-Nya, manusia yang paling mulia di sisi-Nya, yang terbaik di sisi-Nya, pemimpin segala pemimpin, pemimpin umat manusia, dan yang terutama di antara para utusan yang mulia-mulia, pemilik telaga dan maqam mulia, pemberi syafaat yang agung, ahli sujud tiada duanya, bukti hidup rahmat Allah, hiasan mata para makhluk Allah yang terkemuka, yakni Muhammad bin Abdullah.

Semoga shalawat dan salam Allah senantiasa terlimpahkan kepadanya, kepada keluarganya, anak cucunya yang merupakan para manusia mulia, para manusia pilihan, dan para manusia yang baik; pun pula kepada para shahabat Rasulullah yang mulia, para pembimbing yang mendapat petunjuk, semoga Allah meridhoi mereka semua; dan juga kepada orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik dan penuh keyakinan; dan kepada kita bersama mereka. Amin.

Hadirin sekalian…

Sebagian besar durasi Ramadan telah berlalu, dan bulannya telah mulai memudar. Maka, cepatlah, cepatlah! Bangunlah dari tidur yang penuh tipu daya. Bertaubatlah, bertobatlah dari dosa-dosa atau mengulangi dosa. Manfaatkanlah kesempatan untuk beramal, ikhlaskan tujuan dan niatan kalian, sucikan hati dan niat kalian. Waspadalah, wahai hamba-hamba Allah, terhadap keserakahan dan ketamakan; berpeganglah pada ketakwaan dan sifat wara’, karena “hakekat dari agama adalah sikap kewaraan.”[1]

Dan jadikanlah hati kalian takut kepada Allah, wajibkanlah bagi diri kalian untuk menaati Allah, hindarilah segala yang diharamkan, dan jauhilah segala kekejian dan dosa, karena sesungguhnya tempat kediaman kalian (dunia ini) hanyalah sementara, dan tempat kembali kalian (akhirat nanti) adalah tempat kediaman yang kekal. Rumah pahala dan hukuman, rumah imbalan dan pertanggungjawaban, rumah teguran dan celaan.

Hai para hamba Allah…

Barangkali malam ini adalah Malam Keagungan dan Ketetapan (Lailatul-Qadar). Paginya adalah hari Perang Badar, hari penuh kemuliaan, penaklukan, dan kemenangan, hari ketujuh belas bulan Ramadhan; bulan Allah yang agung, bulan yang penuh dengan keagungan, bulan yang dibentangkan pintu-pintu surga dan disegel pintu-pintu neraka; bulan yang dimudahkan segala ketaatan serta dihalangi segala dosa dan kesalahan, bulan yang menyucikan hati, bulan yang melepas dari kesalahan, bulan yang menyingkapkan hal ghaib, bulan yang penuh rahmat dan perbaikan, meninggalkan permusuhan dan kedengkian; bulan untuk mengkaji Al-Qur’an, bulan yang penuh keridhaan dan ampunan, bulan yang penuh kebenaran dan kebajikan; bulan yang penuh dengan amal dan kedermawanan, bulan yang penuh dengan kasih sayang dan kesetiaan, bulan yang penuh dengan cahaya dan kesucian, bulan yang penuh dengan kemenangan dan kedermawanan; bulan yang penuh dengan keikhlasan dan penyesalan, menyesali kehilangan, melepas kekejian dan kesalahan, dan kembali kepada alam akhirat.

يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ

“Dia (Allah) mengetahui tipu daya pandangan mata dan apa yang disembunyikan oleh hati.”(QS. Ghafir: 19)

وَيَعْلَمُ مَا تُسِرُّونَ وَمَا تُعْلِنُونَ

“Dan Dia mengetahui apa yang engkau rahasiakan dan apa yang engkau nyatakan.” (QS. At-Taghabun: 04)

Dan Allah mengetahui apa yang engkau rahasiakan dan apa yang kamu sembunyikan.

هُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ إِذْ أَنشَأَكُم مِّنَ الْأَرْضِ وَإِذْ أَنتُمْ أَجِنَّةٌ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ ۖ فَلَا تُزَكُّوا أَنفُسَكُمْ ۖ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَىٰ

“Dialah yang lebih mengetahui tentang kalian ketika Dia menciptakan kalian dari bentuk tanah yang pertama, dan ketika kalian masih berupa janin dalam perut ibu kalian. Maka janganlah kalian mendustakan. Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa saja yang bertakwa.” (QS. An-Najm: 32)

Ketahuilah, semoga Allah merahmati kalian, bahwa malam ini terkenal dengan keutamaannya. Telah diriwayatkan bahwa malam ini adalah Lailatul-Qadar, dan air laut menjadi tawar karenanya.[2] Sebagian kaum muslimin terdahulu bahkan melebih-lebihkan dalam pengagungannya; dan sebagian lagi meyakini bahwa malam ini adalah malam kemuliaan.

Hal ini dibolehkan, karena sebagian ulama meyakini bahwa Lailatul-Qadar itu tidak pernah diketahui di sepanjang bulan Ramadhan. Mereka mengatakan bahwa hal ini lebih dekat dengan tujuan syariat, karena tujuan seorang hamba adalah mempersiapkan diri untuk malam ini dengan menghadap kepada Allah, dan mencari cara terbaik menghadap kepada-Nya, dengan sungguh-sungguh beribadah, menyadari pertobatan yang tulus, banyak berdoa merendah, berpegang teguh pada rasa takut dan kagum, memiliki pikiran dan harapan yang baik nan kuat, erus-menerus khusyu’ dan menangis.

Barangsiapa yang melakukan semua hal itu, maka ia telah memperoleh bagian yang paling sempurna dari Lailatul-Qadar, telah memperoleh pahala dan balasan, telah memperoleh pengampunan, rahmat dan penyembunyian.

Meskipun faktanya, mayoritas ulama percaya bahwa Lailatul-Qadar terjadi pada sepuluh malam terakhir Ramadhan. Dan ini telah disebutkan dalam hadis-hadis yang terkenal dan oleh banyak teks lainnya. Allah Maha Luas dan Maha Mengetahui, dan karunia-Nya meliputi segalanya dan menyeluruh.

وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا

“Dan barangsiapa yang takut kepada Allah, maka Dia akan menghapus darinya kesalahan-kesalahannya dan memberikan kepadanya pahala yang besar.” (QS. Ath-Thalaq: 05)

Maka bertakwalah kepada Allah agar kalian beruntung.

وَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ

“Dan takutlah kepada Api Neraka, yang telah disediakan untuk orang-orang yang kafir.” (QS. Ali Imran: 131)

Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya, agar kalian memperoleh rahmat.

إِنَّمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ الْآخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ

“Kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan yang sementara, dan akhirat adalah tempat menetap yang nyata.” (QS. Ghafir: 39)

Dunia ini hanyalah panggung, yang awalnya adalah buaian dan akhirnya adalah liang lahat.

إِنَّمَا هَذِهِ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا عَرْضٌ حَاضِرٌ يَأْكُلُ مِنْهَا الْبَرُّ وَالْفَاجِرُ، وَالْآخِرَةُ وَعْدٌ صَادِقٌ يَحْكُمُ فِيْهَا مَلِكٌ عَادِلٌ

“Kehidupan dunia ini hanyalah tontonan, yang dapat dinikmati oleh orang-orang yang bertakwa dan yang fasik. Sedangkan akhirat adalah janji yang benar, yang akan diperintah oleh Raja Yang Maha Adil.” (HR. Imam Baihaqi)

Ya Allah, limpahkanlah shalawat, salam, berkah dan kemuliaan kepada junjungan para Rasul, imam orang-orang saleh, pemimpin umat yang bercahaya dan yang tersembunyi, sahabat yang paling utama dan kekasih yang paling masyhur, matahari yang paling nyata dan cahaya yang paling terang; serta kepada keluarga dan para shahabatnya.

Dan jadikanlah kami termasuk hamba-hamba-Mu yang diterima, yang beramal dalam ketaatan kepada-Mu, yang meninggalkan kemaksiatan demi-Mu, yang beruntung karena karunia-Mu, yang aman dari api neraka dan pembalasan-Mu, yang dilindungi oleh kebaikan dan kesejahteraan-Mu.

Dan jadikanlah kami termasuk orang-orang yang beramal sesuai syariat-Mu, yang tunduk kepada kekuasaan-Mu. Dan jadikanlah hal itu pula untuk kedua orang tua kami, para guru kami, kerabat kami, orang-orang yang kami cintai, dan semua kaum Muslim; dengan berkat rahmat-Mu, wahai Yang Maha Penyayang di antara sekian penyayang.

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ * وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ * وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“Maha Suci Tuhanmu—Tuhan yang Maha Perkasa—dari apa yang mereka (orang kafir) katakan. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepada para rasul. Dan segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam.”(QS. Ash-Shaffat: 181-183)

Tiada daya dan upaya terkecuali atas kehendak Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Semoga shalawat dan salam terus tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarganya, dan para shahabatnya.[3] []


[1] Diriwayatkan dari al-Qadha’i dalam Musnad Imam Syihab az-Zuhri (vol: I, hal: 59) dari Shahabat Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah pernah bersabda:

فضل العلم افضل من العبادة، وملاك الدين الورع

“Keutamaan ilmu itu melebih keutamaan ibadah. Dan hakekat dari agama itu adalah wara’.”

[2] Al-Hafiz Ibnu Hajar berkata dalam Fathul-Bari (vol: IV, hal: 263), Ibnu Abi Shaybah dan Ath-Thabrani meriwayatkan dari hadis Zaid bin Arqam, dia berkata: “Aku tidak ragu atau bimbang bahwa malam ketujuh belas Ramadhan adalah malam diturunkannya Al-Qur’an.”

Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunan Abu Daud (vol: II, hal: 53) dari Ibnu Mas’ud, ia berkata: Rasulullah bersabda kepada kami: “Carilah (Lailatul-Qadar) pada malam 17 bulan Ramadan, malam 21, dan malam 23.” Kemudian Rasulullah terdiam.

Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata dalam Latha’iful-Ma’arif (hal: 197), dikatakan bahwa versi yang benar adalah hadis ini diatributkan kepada Ibnu Mas’ud, sebagaimana diriwayatkan secara sahih bahwa ia berkata: “Carilah Lailatul-Qadar itu pada malam 17, yakni pagi hari perang Badar, atau tanggal 21.”

Imam Ahmad meriwayatkan perkataan ini dari penduduk Madinah: “Bahwa Lailatul-Qadar itu dicari pada malam 17.”

Abu Syaikh Al-Asbihani meriwayatkan dengan rantai transmisi yang baik pada otoritas Hadis Hasan, yang berkata, seorang budak Utsman bin Abil-Ahs berkata kepadanya: “Wahai tuanku, laut itu manis di bulan ini pada Lailatul-Qadar.” Abul-Ahs berkata: “Jika malam itu datang, beritahu aku!” Jadi ketika malam itu datang, budaknya memberi tahu dia, mereka pun memeriksa dan menemukannya benar manis. Itu adalah malam tahun ke 17.

[3] Khutbah ini dibacakan pada malam Khatmul-Qur’an, yang diadakan di makam Sayidi al-Habib Ahmad Zain al-Habsyi.

Diterjemahkan dari buku: Al-Khuthab Ar-Ramadhaniyah fil-Layali Al-Witriyah,tulisan al-Allamah al-Habib Ahmad bin Zein al-Habsyi al-Alawi al-Husaini asy-Syafii.